Kubiarkan semesta bekerja, aku tidak berlari, luka terbuka yang kudapat, salahku terlalu percaya
Salah satu sumber menyebutkan bahwa makanan dapat menenangkan suasana hati dan menjernihkan pikiran.
Ujian akhir telah dekat, jadi aku disini, di depan rumah Dejun dengan kotak hijau emerald di pelukanku.
Sudah kukatakan sebelumnya kan? Dejun penggemar berat warna hijau. Begitu pula makanan dan minuman yang berwarna hijau.
Aku membeli beberapa makanan dan minuman dengan rasa matcha dan green tea. Aku tidak paham bagaimana Dejun akan menelan semua produk hijau ini? Maksudku, hei warnanya saja sudah menyakiti penglihatanku.
Jika Dejun seorang penggemar matcha dan green tea, maka aku adalah hater mereka.
Aku memasuki rumah Dejun setelah dipersilahkan masuk oleh Bunda Jessica.
"Ngapain?" tanya Dejun yang berada di ruang tamu.
"Oh, hai! Tebak siapa yang habis belanja hijau-hijauan?" seruku dan menggoyangkan kotak di tanganku
Dejun mengangkat alis kanannya, "Gak jelas,"
"Iya, aku emang lagi gak jelas banget. Ini aku taruh dimana ya?" tanyaku
"Bawa balik aja, gue gak terima sumbangan." ucap Dejun dengan nada sinis
"Ck, sombong amat Bang, nanti nyesel loh!"
Dejun melirikku sekilas, dia melanjutkan kesinisannya lagi, "Gak bakal! Udah sana pergi lo!"
Aku yang tidak terima diusir Dejun segera berlari ke arah dapur dan mengadu pada Bunda Jessica.
"Bundaaa, Dejunnya nakal!"
"Aih, kalian kenapa lagi?" tanya beliau
Ku ceritakan saja semuanya, yang terjadi selanjutnya aku sudah berada di kamar Dejun dan menyusun produk-produk hijau ini di kulkas kecil milik Dejun.
Dejun tadinya seperti akan melarangku untuk pergi ke kamarnya tapi dia tertahan oleh cubitan keras khas milik Bunda Jessica.
Dejun bersandar pada tembok dekat meja belajarnya,
"Lo pernah ngukur kadar menyebalkannya lo sama matematika gak sih?"
Aku mendongakkan kepalaku, "Belum, gak ada waktu." jawabku
"Kalian menyebalkan banget." ucapnya
"Berarti aku sempet lewat di pikiran kamu dong ya?"
"Terserah deh." ucap Dejun, ia merebahkan badannya di kasur yang tidak terlalu besar miliknya dan menutup matanya
"Lain kali gak usah ngasi beginian lagi ke gue." ucap Dejun masih dengan mata tertutup.
"Kenapa?"
Dia bangun dari rebahannya dan berkata, "Gak guna."
"Tapi kan selalu habis?"
Skakmat kao Dejun!
Dejun hanya terdiam karena ucapanku.
Ini sudah seperti kebiasaan, menjelang ujian akhir aku akan memberikan makanan dan minuman pada Dejun sebagai tanda semangat.
Aku hanya ingin Dejun paham, bahwa aku selalu ada untuknya. Meskipun dalam bentuk produk yang jika di telanpun akan menjadi benda hasil pencernaan juga.
Setelah selesai menyusun produk-produk itu, aku menghampiri Dejun untuk memberikan surat kecil untuknya. Tetapi hal tersebut tertunda sejenak karena aku melihat wajah kodok di samping Dejun yang sedang berpose tampan diatas meja belajarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason
RomanceKalau ada Q and A bersama malaikat yang mengurus seleksi manusia yang akan dilahirkan ke dunia, aku akan bertanya mengenai apa motivasinya untuk meloloskanku lahir ke dunia ini? Dejun bilang aku menyebalkan. Mama dan Kak Hendery bilang mereka tida...