3. Pertemuan JONES

10 0 0
                                    

Esoknya, sinar matahari dengan malasnya perlahan mulai naik tempat singgasananya yang nyaman. Angin pagi tak mau kalah, ia menghembuskan udara dengan semangatnya sampai-sampai daun-daun kering yang telah disapu oleh mang Emen berterbangan hingga membuatnya berserakan kembali.

Gue terkekeh melihat tingkah lucu dari mang Emen, penjaga sekolah ini. Dia telah bekerja di sekolah ini selama 12 tahun lamanya hingga sekarang. Gue ngerasa ada seseorang yang melangkah ke arah gue, saat gue balik badan ternyata Rico dan Ranggi yang tadinya mau mengagetkan gue tapi gak jadi karna keburu balik badan.

Hari ini mereka berdua tampak rapih sekali, mulai dari atas sampai ke bawah. Rico menyisir lalu menata rambutnya kembali sambil bercermin di kaca spion gue. Ranggi merapihkan kembali pakaiannya sambil menoleh celingak-celinguk mungkin takut ada yang lihat.

"Hey,, hey bro.. ada kondangan dimana nih, rapih bener,," tanya gue sambil menepuk pundak Ranggi.

"Kita berdua,,, mau ngeceng adik kelas, mas bro" jawab Ranggi sambil menirukan gaya seorang rapper Timor Leste. Rico menoleh ke arah kami, sepertinya dia telah beres menyisir rambutnya.

"Lo juga harus rapih dong, kenapa lo masih kusut banget sih kayak kabel keseleo aja?" kata Rico dengan nada kebingungan.

"Lo berdua aja deh, gue gak minat" balas gue.

"Ayolah bro, coba dulu aja," bujuk Rico.

"Sampe kapan lo mau jomblo terus?" tanya Ranggi.

Gue diam. Diam itu bisa menjawab pertanyaannya kalo gue tuh bener-bener gak berminat dengan tawaran mereka.

Suara bel berbunyi, seketika murid-murid yang berjalan santai menuju kelas berlari-lari terburu-buru. Gue, Rico dan Ranggi ikut berlari sama seperti yang dilakukan oleh murid lain. Apabila suara bel telah berbunyi, namun ada salah satu siswa yang telat akan diberikan sanksi bila dia laki-laki maka rambutnya akan dipangkas habis jikalau dia perempuan maka di suruh membersihkan toilet sampai jam istirahat. Seperti sekolah militer saja!

-----***----

Seusai jam mata pelajaran berakhir telah selesai, terik sinar matahari masih terasa tajam menyengatkan panasnya. Saat gue mau pulang dan melangkahkan kaki dengan enteng ke arah pintu untuk meninggalkan kelas. Tiba-tiba dari belakang seorang cowo berteriak seakan memanggil dengan suara yang beratnya.

"Oy, sa tunggu," teriaknya, saat gue tengok ke belakang ternyata si idiot Rico itu yang manggil. Dia nyamperin gue dan memberi info jangan dulu pulang, katanya ada yang pengen dia sampein. Dia mendekat ke arah telinga gue. "Hari ini kita kumpul jones, bangsat!," teriaknya di depan telinga gue. Dengan terkejut gue langsung menghindar sambil mengaduh memegang telinga.

Rico selaku leaders di Jones music mengadakan pertemuan di sebuah Kedai Kopi untuk membicarakan project untuk kedepannya sekalian mengenalkan perosnil baru, jaraknya tidak jauh hanya 100 meter dari sekolah.

Setibanya di tempat kopi, kami duduk di kursi yang dihadapkan dengan meja yang melingkar. Gue lihat desain dari tempat ini mirip sekali dengan kedai yang sering dijadikan tempat nongkrong oleh para cowboy. Di setiap sudutnya terdapat tanduk dari berbagai jenis hewan, ada tanduk kambing, tanduk rusa, tanduk kerbau, baru itu yang gue lihat.

Kami memesan minuman dengan selera yang berbeda sesuai keinginan masing-masing. Sebelum memesan gue mengambil dompet dan liat isinya masih ada beberapa lembar uang Imam Bondjol, gue pesen Iced Mocha Float, harganya standar lah tidak merogoh kocek yang sangat dalam kok, hanya butuh tiga lembar uang Imam Bondjol. Sambil menunggu kami hanya mengobrol ringan saja seputar perkenalan pada Rudy dan Sandi, masih belum membicarakan ke topic intinya.

NovemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang