7. Jomblo Kok Ngenes?

7 0 0
                                    

Seminggu menjelang grup band kami berangkat untuk mengikuti lomba Festival Band se-DKI Jakarta, Jawa barat dan Banten yang diadakan setahun sekali ini. Waktu lombanya hari Sabtu, namun kami diminta datang pas hari Jumat siangnya karena malamnya akan diakan technical meeting terlebih dahulu.

Hari ini sepulang sekolah kami latihan di rumah Ranggi yang telah ditetapkan oleh Rico sebagai basecamp kami latihan. Karena di rumah Ranggi sangatlah nyaman dan bisa dikatakan cukup bebas (bebas juga ada batasnya) yang paling terpenting orang tuanya sangat mengizinkan bahkan sampai-sampai mereka menyuruh kami menganggap sebagai rumah sendiri.

Untuk latihannya sendiri, kami membawa masing-masing alat musik sendiri dari rumah yang sengaja dibawa ke sekolah agar nanti tidak harus pulang dulu untuk membawanya dan nanti bisa disimpan di rumah Ranggi sementara waktu sampai selesai lomba. Rico tidak membawa drum karena dirinya memang tidak memilikinya, namun sebagai penggantinya dia membawa cajon.

Kini kami telah berkumpul di rumah Ranggi. Kami duduk melingkar melakukan diskusi tentang lagu apa yang nanti akan di bawakan saat lomba nanti. Gue dan yang lainnya menyampaikan pendapat masing-masing serta argumen yang bisa meyakinkan satu sama lain agar setuju dengan pendapat kita yang telah disampaikan tadi.

Asal kalian tahu sebelum Rudi dan Sandi gabung, kami bertiga sering mengadakan diskusi macam seperti ini untuk mencapai kesepakatan dan menghindari pihak yang dirugikan. Karena latar belakang musik kami yang berbeda, kadang salah satu diantara kami bertiga sampai emosi hingga saling adu mulut, seperti Rico dulunya punya band yang bergenre metal rock, Ranggi dari genre ska, gue lebih suka genre pop rock. Bergabungnya Rudi dan Sandi memberikan warna dan nuansa musik yang baru bagi band kami. Rudi pianis klasik, Sandi menyukai genre jazz.

"Nanti kita saat lomba harus siapin berapa lagu?," tanya Rudi tiba-tiba.

"Saat seleksi kita bawain 2 lagu, kalo kita juara besoknya kita perfom lagi untuk penutupan 2 lagu. Jadi, berpa tuh?," jawab Rico.

"7 lagu?," Sandi mencoba meyakinkan.

"Bego! Iya 4 lagu, saat penutupan kan 2 lagu tuh, 1 lagu bebas 1 lagu ciptaan kita sendiri." ujar Rico.

"Hah? Serius?," tanya gue dengan semangat.

"Iya seriuslah," jawabnya

"Gue punya usul, bagaimana kalo kita buat stiker terus pas kita perfom si Hesa bagiin tuh stikernya ke penonton," celetuk Ranggi dengan mimik datar.

"Boleh juga," gue coba menanggapi.

"Nah iya tuh gue setuju," kemudian Rico. Rudi dan Sandi hanya mengangguk seakan mereka setuju dengan ide sengklek dari Ranggi.

"Berarti lo yang koordinir untuk bikin stiker ya, nanti gue kirim logonya" ujar Rico.

Akhirnya kami mulai latihan pukul 4 sore. Di sela-sela latihan kami beristirahat sejenak untuk menghela nafas, ada yang mengambil minum, membeli bakso di depan rumah Ranggi.

Gue langsung kepikiran sama kesepakatan bersama tempo lalu saat di kedai bahwa saat kami ikut lomba di Bandung harus membawa doi. Kemarin katanya, Rico telah meminta persetujuan dari Pak Sofyan terkait ide gilanya tersebut, tanpa berpikir panjang Pak Sofyan menyetujuinya.

"Baiklah, kalo itu dirasa perlu untuk membuat kalian bersemangat dan menghilangkan grogi. Apa boleh buat? bapak menyetujuinya dan nanti bapak bilang ke Kepala Sekolah," katanya ringan.

Ranggi, Rudi dan Sandi senang mendengar kabar baik tersebut terkecuali gue, karena sampe sekarang gue masih bingung mau ngajak siapa. Kalo mereka berempat sih gak usah nyari-nyari lagi karena doi mereka satu kelas dengan gue bahkan dengan mereka juga. Jadi, tak perlu susah payah lagi untuk mencarinya.

NovemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang