Lonceng berdentang dering dengan merdu, jam dinding menunjukan pukul dua sore itu menandakan bahwa sekarang adalah waktunya untuk pulang. Gue lihat keadaan di kelas hampir semuanya sedang membereskan buku-bukunya kemudian dimasukkan ke dalam tas, termasuk temen sebangku gue yang baru ikut melakukan hal yang sama. Gue sendiri masih sibuk dengan menghitung soal matematika yang tadi diberikan oleh Bu Lia guru matematika sebagai tugas untuk dikerjakan di rumah.
"Hesa, kamu gak pulang?" tiba tiba suara lembut itu terdengar oleh kedua telinga gue dan gue langsung menoleh ke arah suara itu, ternyata Nesa.
"Ehm.. iya nanti... bentar lagi deh kayaknya" jawab gue. Jujur sekarang gue gugup.
"Kamu lagi ngerjain apa sa?,"
"Aku ngerjain soal yang tadi."
"Biasa Nes, si Hesa tuh sok rajin orangnya. Hahaha!" celetuk Rico sambil tertawa dari depan pintu kelas dengan tas yang ia gendong.
"Apaan sih lo, rese bener" sahut gue.
Biasanya nih Rico selalu ngeledekin gue kalo dia lihat ada cewe yang nyamperin gue, Rico ini tahu percis kalo gue itu suka kikuk kalo di depan cewe.
Gue trauma sama cewe, bukan berarti gue gak suka cewe. Gue normal kok sumpah! Hanya saja dulu pernah pacaran sama cewe bukan cowo dua tahun lalu saat gue kelas satu SMA, namanya Yulia Rahma yang tadi pagi ngirim pesan, dia beda sekolah sama gue. Gue bisa kenal dia karna pas SMP satu sekolah dan pernah sekelas sama dia. Setelah lulus dia pindah ke Purwakarta bersama keluarganya dan melanjutkan pendidikannya disana.
Gue diputusin sama dia dua kali, yang pertama gue diputusin pas hari jadi kita setahunan dulu gara-gara dia ketahuan selingkuh sama gue dan dia gak ngaku lalu minta putus. Nah saat itu gue belum terima gue masih sayang sama dia lalu gue berusaha buat balikan lagi sama dia. Setelah berhasil balikan, tiga bulan kemudian dia mengulangi hal yang sama. SELINGKUH DAN GUE DIPUTUSIN!
Hati ini sakit banget, gue diputusin pas lagi sayang-sayangnya sama dia, kini setelah gue udah move on, udah lupa sama dia. Dia terus ngehubungin gue tapi gak pernah ditanggepin. Bukannya so jual mahal atau gimana, tapi gue trauma dan gak mau patah hati lagi.
Setelah kejadian itu dua tahun lamanya hingga sekarang gue mending milih jadi single, karena gue takut hal itu akan terulang lagi sama gue. Inget: single itu prinsip dan jomblo itu nasib.
"Eh, lo malah bengong lagi" kata Ranggi menepuk pundak gue dari belakang seketika lamunan gue menjadi buyar tak karuan.
"Enggak kok," jawab gue pelan.
"Maaf ya Nes, Hesa ini orangnya rada gini" tuturnya sambil menempelkan telunjuknya di dahinya dengan miring.
Ekspresi Nesa agak terkejut.
"Eh apaan sih lo, gue normal sarap,!" kata gue sambil menyikutnya pelan. Rico dan Ranggi tertawa terbahak-bahak. Vanesa hanya cengegesan gak jelas, soalnya dia gak ngerti dengan candaan sohib gue ini.
"Aku duluan ya Sa, Nggi.." pamitnya dengan suara lembut sambil berjalan ke arah pintu dan pamitan juga sama Rico yang berdiri dipintu tadi. Gue melihatnya pergi menjauh dari pandangan gue sampai ia menghilang.
Gue bergegas memasukan buku-buku yang masih tergeletak diatas meja kedalam meja, lalu gue selendangkan tas gue ini ke pundak ini. "Yuk kita balik, lo berdua ngerusak mood gue aja,," ajak gue ke mereka berdua. Mereka berdua saling tatap lalu cengengesan gak jelas kemudian mengikuti langkah gue tuk keluar dari kelas.
-----***----
Terik sinar matahari masih menyinari permukaan bumi yang sedang gue huni ini. Sinarnya terasa panas menyentuh kulit, cuaca hari ini mendukung sekali untuk tidur siang sebenarnya. Sinarnya yang cerah serta ditemani oleh awan putih dengan bentuk beraneka ragam melengkapi langit yang berwarna biru ini menjadi begitu indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
November
RomanceDia adalah Vanesa wanita yang ku cintai namun dia memilih pergi untuk membuatku lebih bahagia. Namun semua itu salah, justru aku merasa kesepian setelah dia pergi. Namun sampai kapanpun perasaan ini akan tetap sama ketika aku pertama kali bertemu.