Besoknya sepulang sekolah gue kerja kelompok di rumah Reni teman sekelas juga untuk mengerjakan tugas makalah mata pelajaran sejarah yang diberikan oleh Pak Edi. Dalam tugas ini dalam satu kelas dibagi menjadi tujuh kelompok disetiap kelompok terdiri dari enam orang.
Di kelompok ini, gue sekolompok sama Aska, Aris, Reni, Niken dan Vanesa. Iya, gue satu kelompok dengan Vanesa. Dalam hati, ini kesempatan gue agar bisa dekat dengannya hanya untuk mengajaknya menemani gue saat lomba festival band.
"Tunggu ya gue, mau ambil minum dulu," kata Reni."masuk aja," tambahnya.
Kami berlima tersenyum dan melaksanakan perintah dari tuan rumah. Kami masuk ke dalam sebuah ruangan yang terdapat sepaket sofa berwarna hitam elegant yang melingkari meja yang berbentuk kotak yang terbuat dari kaca, diatasnya ada sebauh ranjang kecil yang dipergunakan untuk menyimpan beberapa minuman gelas dan sekotak tisu.
Yap! Kami memasuki ruang tamu. Dindingnya berwarna cokelat bermotif berwarna merah marun, terdapat sebuah bingkai foto keluarga, di foto tersebut ada seorang pria paruh baya mengenakan jas hitam rambutnya tersisir rapi kearah kanan berdiri tegap bersama seorang wanita paruh baya mengenakan kebaya berwarna orange rambutnya disanggul memakai kacamata. Mereka adalah ayah dan ibunya Reni. Di depannya terdapat seorang pria yang usianya sekitar baru lulus SMP dia adalah kakaknya Reni dan disampingnya itu Reni yang pada saat itu masih dibangku SD. Kami duduk di atas sofa yang disediakan oleh tuan rumah.
Sekitar jam delapan malam kami baru selesai menyelesaikan tugas makalah ini. Di rumah Reni kami dijamu sangat ramah tamah oleh Ibunya Reni, disela-sela mengerjakan tugas lalu istirahat sejenak, tadi kami diajak bermain Truth or Dare oleh Niken.
Truth or Dare adalah sebuah permainan jujur atau berani. Jujur dalam artian pemain harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pemain lain dengan jujur tanpa rekayasa sama sekali, sedangkan berani adalah berani menerima tantangan atau melakukan sesuatu yang diberikan oleh pemain lain.
Kebanyakan orang mengira bahwa permainan ini hanyalah permainan bodoh atau aneh saja. Namun permainan ini menge-test mental juga. Kami memainkannya dengan memutar botol aqua untuk mendapat giliran. Yang akan memutar aqua adalah Reni selaku tuan rumah, kami telah duduk melingkar di lantai.
Reni memutar aqua botolnya.
Aqua botolnya masih memutar melewati Aris, Aska, Reni, Niken, Vanesa dan gue.
"Tek... Tek..... Tek...." suara aqua botolyang semakin lambat memutarnya.
Aqua botolnya berhenti memutar dan menunjuk ke arah Niken. Gue menarik nafas dengan lega dan berkata "Untung bukan gue,".
"Yaaaaaaa Niken!!! Hahaha,," teriak Reni sambil menunjuk ke arah Niken dan tertawa. Kami tertawa terbahak-bahak, melihat wajah Niken seketika menjadi muram dan tampak lesu tak bersemangat.
"Ah ini mah lu sengaja ya Ren," kata Niken memelas.
"Sabar aja Ken, hehe" ucap Nesa sambil tersenyum masih sisa tertawa. Akhirnya Niken memilih opsi true atau jujur. Sebelumnya kami sepakat untuk memainkan tiga babak yang diantaranya, dua babak untuk jujur dan satu babak untuk berani. Pada giliran jujur kita hanya memberikan tiga pertanyaan saja sedangkan untuk berani hanya satu. Walaupun satu itu sungguh menguji mental melebihi uji nyali.
"Oke deh, siapa yang mau nanya duluan,?" sahut Aska.
Dengan tampang yang mencurigakan Aris mengacung tangannya. Aska melihatnya dan mengisyaratkan untuk Aris segera memberi pertanyaan.
"Ehmmm.." Aris berdeham. "Siapa mantan lo yang ada di kelas?," katanya sambil melirik Niken meledek. Kami berlima tercengang atas pertanyaan dari Aris.
KAMU SEDANG MEMBACA
November
RomanceDia adalah Vanesa wanita yang ku cintai namun dia memilih pergi untuk membuatku lebih bahagia. Namun semua itu salah, justru aku merasa kesepian setelah dia pergi. Namun sampai kapanpun perasaan ini akan tetap sama ketika aku pertama kali bertemu.