PENGAKUAN PASANGAN (7)

42 23 4
                                    

Zhell mengajak kedua sahabatnya ke kantin kampus.

Feby mulai merasakan ada keanehan pada harga makanan di kantin kampusnya itu. Feby terkejut , semua harga makanan di kantin sangatlah murah ditahun itu.

"500 rupiah? Disini satu porsi 500?! Itu cuman harga satu plastik keripik dirumahku."

"Dimana? Dimana rumahmu? Keripikmu terbuat dari emas?" Ujar Zhell.

"Feby. Liat!" Perintah Zhell dengan melirik ke arah dinding yang penuh dengan Tulisan abstrak berisi tentang kemarahan para mahasiswa atas naiknya harga makanan kantin.

"Hah!"

Mereka bertiga duduk dan makan seperti biasa , tidak seperti Feby.

Zhell dan chelli saling berpandangan, mereka bingung apa yang terjadi dengan Teman satunya ini.

"Enak." Kata Feby dengan mulut penuh dan terus melanjutkan acara makannya itu.

"Kenapa kalian gak makan? Kenyang liatin aku?" Tanya Feby.

"Oh.. em.. iya kita makan." Ujar Chelli dan zhell bersamaan.

(1999 Go Back)

Chelli , Feby dan Zhell makan bersama di kantin seperti biasanya sambil berbincang pendek.

Chelli dan zhell dengan lahap menyantap makanan yang telah mereka pesan.

Feby dengan malas hanya memainkan ponselnya sambil memakan pesanan makannya hanya sedikit , iya sedikit.

Baru sebentar tiga sekawan itu duduk dan makan. Namun dengan cepat pula Feby meletakkan sumpit dan mengambil air mineral yang ada disampingnya.

"Aku kenyang."

"Kenyang?" Tanya Chelli sambil menatap wajah Feby kaget.

"Hsstt. Aku minta kentang sama sosisnya ya.. " Izin Zhell tanpa menunggu jawaban dari Feby , ia langsung menarik Mangkuk yang ada dihadapan Feby.

"Aku mau sayurnya." Pinta Chelli tak mau kalah.

"Em.. iya makan semua , Mangkuknya juga." 

(Go Back off)

"Kamu emang laper banget ya Feb?" Heran Chelli.

"Supnya enak? Aku coba ya... slruupp" Feby mencelupkan sendok makannya ke dalam mangkuk milik Zhell dan langsung mencoba sup itu dengan rakus.

"Enak bangett, Ini direbus sangat lama dalam panci besar. Rasanya beda saat aku masak dirumah mertuaku." Kata Feby dengan mulut menggembung.

"Biasanya kamu gak pernah makan punya orang lain. Kamu puasa?" Tanya Zhell.

"Sembarangan! Kalau puasa ngapain makan. Kalian pasti ngerasain kalo punya anak nanti."

"Apa?" 

"Anak??"

"Nggak papa..." Gugup Feby bingung khawatir.

Feby dan teman-temannya mengakhiri makan mereka dan berjalan keluar kantin. Feby merapikan pakaian dan rambutnya setelah mencuci tangan. Feby mulai mengikuti langkah Chelli menuju kelas. 


"Apa rencana habis makan malam?" 

"Kita ketemuan!" Semangat Reyy.

"Sekarang kan udah ketemu?" Tanya Rion sok polos.

"Hem..."

"Kita Ketemuan sama siapa?" Tanya Rion kembali.

"Perempuan."

"Siapa?"

"Tumben banyak omong." Tukas Abrav melanjutkan langkahnya menuruni tangga diikuti dua temannya itu.

"Yes." Sorak Rion.

Feby dan Rion akhirnya dipertemukan dalam kebencian di tangga universitas mereka. Feby dengan kedua sahabatnya hendak menaiki tangga menuju ke ruang kelas mereka. Berbanding terbalik dengan Rion bersama kedua temannya mulai melangkahkan kaki mereka menuruni tangga menuju ke kantin.

"Kenapa aku harus liat dia lagi astaga." Batin Feby saat berpapasan dengan Rion.

"Feby? Hah! jangan selalu didepan mataku!!" Tekan gumam Rion mengepalkan kedua tangannya.

-

Di cafe saat pertemuan, Semua duduk saling berhadapan laki-laki dan perempuan. Reyy duduk berhadapan dengan Chelli dan Zhell duduk berhadapan dengan Abrav dan Rion berhadapan dengan Feby. Semua tidak keinginan sendiri, namun si Nicko lah yang menentukan karena ia yang mengusulkan adanya acara ini. 

Semua sibuk merapikan penampilan mereka dari rambut hingga pakaian, Tidak dengan Rion dan Feby mereka saling menatap benci satu sama lain. 

"Ngapain dia ikut?"

"Apa ini...." 

"Ini hari pertama aku bertemu dengannya Di kehidupan nyata itu? Aku harus mengulangi semuanya? GILA." Batin Rion sedikit mengingat tempat ini merupakan tempat saksi pertama kalinya ia bertemu Feby.

"Kamu yang undang bom itu?" Tanya kesal Reyy pada Abrav.

"Bonia Lihat rambut cowok itu, Mereka mirip lampu lalu lintas apa-apaan itu." Bisik Rana pada Bonia si bom.

"Paling parah dia , Namanya Reyy bukan? Aku kira tadi perempuan. Panjang rambutku beeda jauh dengannya." Sindir Rana dengan berbisik menandakan ia sedikit iri dengan keindahan rambut Reyy yang panjang dan smooth itu.


Iya , aku bertemu dengannya disini.

Kenapa harus hari ini?

Gak. Gak boleh.

Aku cuman perlu menghindar.

Selamanya.



Kenapa aku mimpi buruk?

Aku mengutuk hari dan momen ini seumur hidupku.

Sayang..

HAHAHA..

Jangan terlibat lagi dengannya.





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PENGAKUAN PASANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang