Rionando

1K 58 6
                                        

Malamnya setelah sholat isya Bri memperhatikan satu persatu data siswanya, dia berusaha menghafal nama dan wajah di pas photo siswanya. Saat itu Miko datang menemani Bri, dia duduk di hadapan Bri yang saat itu tengah fokus membaca.

"Kalau ada yang mau ditanya, silahkan ditanya saja bang, aku kenal anak-anak sini"

"Kamu dulu sekolah di SMP ini kan?" tanya Bri.
Miko mengangguk.

"Menurutmu bagaimana dengan kehidupan anak-anak remaja disini"

"Remaja sini rata-rata keras bang, karena terbiasa membantu orang tua di ladang, namun walau nakal mereka patuh kok pada guru. Jarang terjadi ada murid yang melawan guru" jelas Miko pendek sambil melihat data siswa yang tengah dibaca Bri yang bernama Rionando Manalu.

"Kasihan dia" ucap Miko lagi. Bri mengangkat alis karena tidak mengerti.

"Siapa?"

"Itu si Rionando" jawab Miko. Bri kembali menatap lembar ditangannya.

"Memangnya dia kenapa?"

"Dia anak haram" jawab Miko pendek. Bri mau tak mau kaget juga mendengarnya.

"Miko, jangan bercanda, mana ada namanya anak haram?" ucap Bri.

"Aku serius bang, ayahnya tidak jelas, ibunya ketika berumur 16 pernah disekap dan menjadi korban pemerkosaan berkali-kali sama penyekapnya. Tak lama kemudian diapun hamil. Untuk menutupi aib dia dikawinkan dengan saudara jauhnya, setelah itu baru satu bulan mereka bercerai, jelas saja, siapa juga lelaki yang mau sama janda beranak tidak jelas begitu" Miko memberikan keterangan dengan singkat dan padat.

Bri rasakan tengkuknya merinding. Ada rasa kasihan dihatinya. Bri sendiri pernah merasakan pelecehan, apalagi seorang wanita, pasti penderitaannya lebih berat.

"Terus ibunya bagaimana? Apakah menikah lagi?"

"Ibunya terus menjadi janda, pemuda maupun duda tidak ada yang mau mempersuntingnya. Rio sendiri sering jadi bahan ejekan orang-orang. Namun anak itu tahan banting, mentalnya kuat. Kalau aku jadi dia aku pasti sudah ngedrop, malah dia sekan cuek, karena sikapnya itu banyak juga temannya." jelas Miko.

Bri mengangguk mengerti, sedikit banyaknya calon siswanya yang bernama Rionando itu mulai mengusik pikirannya. Riwayatnya yang kelam membuat Bri penasaran dengan anak itu.
***

Esoknya Bri berangkat sekolah diantar Mikolaz. Hari senin pagi itu suasana sekolah mulai sedikit ramai. Ada segerombolan anak yang tengah bermain sepakbola, berhubung hari ini senin dan akan ada upacara bendera, mereka bermain bola dengan mengenakan baju kaos karena takut seragam putihnya kotor dan kusut. Bri memasuki gerbang sekolah, sedangkan Mikolaz kembali melajukan kereta menuju SMA nya yang cukup jauh dari kampung.

Begitu Bri memasuki gerbang sekolah tampak beberapa murid memandang padanya dengan tatapan heran dan penuh tanya, lalu murid-murid itu saling berbisik, hanya gerombolan anak-anak laki yang sedang berlari dilapangan menendang bola yang tak memperhatikannya.

Tiba-tiba seorang anak menendang bola itu dengan kuat ke arah gawang namun meleset, bola malah meluncur kearah Bri dan siap membenturnya, murid-murid perempuan yang melihatnya menjerit tertahan. Namun semua terkesima tatkala Bri menahan laju bola itu dengan dadanya dan kejap kemudian bola itu dimainkannya di kedua kakinya dengan sedikit berakrobat, setelah puas memainkan bola itu Bri menendang bola itu kembali ke tengah lapangan.
Anak yang menendang bola tadi menatap heran sekaligus kagum. Begitu juga murid-murid perempuan yang berteriak tadi.

Bri melangkah mendekati lapangan, menjumpai murid yang tadi menendang bola. Setelah dekat Bri langsung terkesiap, anak inilah yang tadi malam dibahasnya bersama Miko,  dialah Rionando Manalu.

"Ma... Maaf Pak, ti...tidak sengaja" Ucap anak itu tergagap-gagap. Dia siap menerima hukuman, bahkan mungkin siap di jewer atau di suruh push up, hukuman yang biasanya sering didapatnya ketika berbuat nakal.

"Lain kali hati-hati ya Rio. Teruskan mainnya, tapi jangan lama-lama, sebentar lagi UPB" Bri menepuk pundak anak itu lalu melangkah pergi menuju ruang guru.

Rionando kaget karena guru asing itu mengenali dirinya.

"Siapa tuh?" tanya temannya yang bertubuh agak gemuk.

"Mungkin guru baru" jawab temannya satu lagi.

"Keren juga main bolanya? Apa dia guru Penjas?"

"Hah gak mungkin, masih ada Pak Rafli disini"

Lalu kembali mereka asyik bermain bola, cuma Rionando yang tak lagi ikut, diam-diam hatinya jadi tak enak karena guru baru itu mengenalnya tanpa pernah bertemu sebelumnya.

Rio melangkah menuju kantin, dari tasnya dikeluarkannya handuk kecil untuk membersihkan keringat, setelah dirasa adem barulah dia kembali mengenakan seragamnya. Kini baru terlihat betapa menawannya anak ini.
Rambut rapi, berkulit sawo matang, hidung mancung, dengan kedua bola mata yang setajam elang. Tubuhnya tinggi dengan bobot sedang. Setelah memakai dasi anak itu langsung berlari masuk ke kelas.

Bel berbunyi nyaring pertanda UPB dimulai. Tampak kebanyakan murid pasang wajah tidak suka, karena cuaca yang cerah, meski udara di tempat itu sejuk bahkan cenderung dingin karena masih wilayah pegunungan.
Namun ketika mereka melihat ada satu wajah guru baru diantara barisan para guru yang mengikuti UPB mau tak mau mereka penasaran juga.

Ketika arahan dari Kepala Sekolah, Pak Santo pun memperkenalkan Bri.

"Anak-anak kami yang tersayang, hari ini sekolah kita kehadiran guru baru, kalian mendapat satu lagi orang tua didik tambahan yang baru saja ditugaskan ke SMP kita yang tercinta ini. Beliau bernama Pak Febri yang akan menjadi Guru Bahasa Inggris kalian"

Bri sendiri setelah diminta akhirnya melangkah maju menuju podium uoacara dan berdiri disamping Pak Kepsek.

Sementara di barisan kelas 8-C, Rionando memandang tak berkesip pada guru yang menepuk pundaknya tadi pagi, rasa penasaraannya semakin kuat. Dia ingin tahu lebih dalam lagi tentang gurunya itu.

"Assalamualaikum semuanya, salam sejahtera bagi kita semua. Saya pribadi tak henti bersyukur kepada Tuhan karena diberi kesempatan untuk menjadi tenaga pendidik sekaligus  salah satu orang tua kalian, anak-anak didik kami di sekolah ini. Juga suatu keberuntungan bisa bekerja sama dengan Kepala Sekolah, para guru dan jajaran staf pengajar juga warga sekolah yang saya hormati. Semoga kebersamaan kita nanti membawa manfaat yang baik dan positif untuk memajukan sekolah ini terutama untuk anak didik sekalian. Salam kenal dan terima kasih atas sambutannya"  Bri memberikan kata-kata sambutan setelah diperkenalkan oleh Kepala Sekolah.

Setelah doa, upacara bendera berangsur selesai. Semua murid masuk ke kelas masing-masing.
***

Pict : Gambaran Rionando

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pict : Gambaran Rionando

Pria Terakhir (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang