Candi

1.9K 82 3
                                        

Jam 2 sore, setelah makan siang, Ricky mengajak Bri jalan-jalan.
"Ayo bang, jalan keluar yuk!"
"Kemana?"
"Ke candi" jawab Ricky.
Bri langsung mengangguk sembari mengingat Candi Muara Takus yang baru sekali dikunjunginya.
Setelah bersiap-siap, mereka berdua langsung bergerak.

Namun ditengah jalan mereka berpapasan dengan Josua dan Rika. Jo terlihat tampan dengan kemeja sedangkan Rika terlihat seksi dengan kaos lengan panjang bunga-bunga dan jeans ketat berwarna ungu.
Ricky membunyikan klakson yang langsung dibalas dengan hal sama.

"Hai, mau kemana?" sapa Rika.
"Biasa nyenangin istri" jawab Ricky yang langsung meringis saat satu cubitan dari Bri mendarat di punggungnya.

Rika tertawa, namun tidak dengan Josua,  wajahnya langsung berubah masam melihat Bri dan Ricky.
Mereka berpisah karena berlawanan arah.

"Bang, tadi si Josua ngeri kali tatapannya melihat kita?"

"Masa sih? Aku gak memperhatikan dia" ucap Bri.

Tiba-tiba Ricky menabrak kumpulan batu kecil di jalan yang hanya terdiri dari tanah tandus bercampur batu-batuan.

"Aduh! Ky kalau bisa cari jalan yang rata" ucap dan rintih bri dari belakang.

"Kenapa bang?"

"Entah kenapa pantatku sakit, memang udah beberapa hari aku sembelit susah BAB, tadi pagi aku paksa dan keluarnya keras, mungkin melukai kulit" jawab Bri.

Ricky langsung sadar, semua itu bukan karena sembelit tapi akibat perbuatan terkutuknya. Ricky kembali merasa bersalah. Kini untuk menebusnya Ricky lebih hati-hati dalam memilih permukaan jalan.

Untuk sekian menit Ricky menjadi diam, wajahnya muram, Bri bisa melihat semua dari spion motor, ada tetesan air mata disana.

"Ky, kenapa nangis?" tanya Bri.

"Eh anu aku .. Aku kelilipan"

"Kalau kelilipan wajah gak nunjukkan kesedihan" bantah Bri.

"Maaf bang, aku telah melukaimu hingga sakit" ucap Ricky juga, entah mengapa ada dorongan untuk jujur sekarang.

"Melukai? Ohhhh peristiwa tadi malam, bukan salahmu Ky, aku aja yang sok-sokan minum tuak! Oh begonya aku" Bri salah pengertian rupanya.

"Udah gak usah dipikirin , ayo fokus sama jalan aja" tambah Bri lagi.

Ricky kembali batalkan niat untuk jujur, biarlah semua jadi rahasia, demi kebaikan dirinya dan juga kebaikan Bri.

"Siap istriku" jawabnya.

Ricky bersiap-siap menerima cubitan, tinjuan, atau jitakan dari Bri.
Namun yang dinantinya tak kunjung hinggap ditubuhnya. Malah bang Bri dekatkan wajahnya ke telinga kanan Ricky. Jangan-jangan mau menggigit telingaku, Ricky bergidik ngeri.

"Hati-hati ya suamiku!" tiba-tiba Bri berbisik lembut ditelinganya dengan intonasi yang mesra manja dan bersahaja.

Satu bisikan yang membuat Ricky melambung bahagia, wajahnya memerah karena malu namun bibirnya menyeruakkan satu senyuman manis yang teramat lebar. Bri gelungkan tangannya ke perut Ricky.

"Eh tumben peluk-peluk" ucap Ricky heran bercampur senang.
"Kenapa? Kan kamu suamiku" jawab Bri coba cuek. Jawaban yang mungkin hanya candaan, namun Ricky menganggapnya suatu ungkapan kenyamanan. Ricky kembali bersemangat, jalan tanah dan bebatuan kini berganti dengan aspal mulus seiring bertukarnya suasana sawit dengan perkebunan karet. Dikejauhan tampak barisan bukit yang menghijau

"Indah ya?" ucap Bri
"Bang Bri pernah ke bukit?"
"Pernah, sama Jo dulu ke bukit Suligi" ucap Bri.

Ya elah lagi-lagi Josua, plis Bri paling tidak untuk hari ini jangan sebut nama itu lagi saat bersama Ricky.

Pria Terakhir (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang