Rickymerasa kaget, ketika pagi sekali Bri meng-SMS meminta di jemput di rumah Josua. Maka setelah ijin sama emaknya Ricky memutuskan pulang ke rumah dan langsung menjemput Bri.
Sepanjang perjalanan Bri meneteskan air mata dibelakangnya.
Sampai dirumah Bri langsung menuju kamar dan berbaring lunglai."Bang? Kau kenaoa? Apa kau sakit? Atau Josua menyakiti hatimu?" tanyanya cemas.
Bri menggeleng."Tidak Ky, aku cuma lagi gak mood. Josua tak ada salah, aku saja yang bodoh, mengharap bintang dilangit yang tak mungkin bisa ku jabgkau"
Ricky menghela nafasnya, lagi-lagi ada perih ketika Bri masih menyebug nama Josua.
"Bang, aku rasa lebih baik abang beralih hati saja"
"Maksudmu?"
"Masih ada orang lain yang peduli, perhatian bahkan mengharap cinta darimu?"
"Siapa?" tanya Bri yang kini telah duduk di tepi ranjang, di sebelah Ricky.
Ricky rasakan goncangan dadanya menguat, ada rasa ragu di hatinya untuk jujur, namun akhirnya dia bukatkan tekad, terserah ini baik atau tidak yang penting dia harus mengatakannya.
Ricky menarik tangan Bri lalu menempelkannya di dada kirinya di atas jantungnya."Bisakah kau rasakan detak jantungku"
Meski heran Bri mengangguk.
"Detak jantungmu aneh, cepat sekali, seperti orang jantungan" jawab Bri sambil tersenyum gokil.
Namun senyum lucunya menghilang ketika ditatapnya mata Ricy, ada bias asa dan harap di sana.
"Aku... Aku,,, aku sayang padamu, aku cinta padamu, bahkan sejak pertama kali melihatmu tiga tahun yang lalu" Ricky akhirnya keluarkan semua rasa yang selama ini dipendamnya.
Bri terpana mendengarnya, jujur dia tidak siap menerima pernyataan cinta itu. Namun terus terang ada sejuk yang merasuk dihatinya. Bagaimanapun Ricky adalah seseorang yang selalu baik padanya, bahkan teramat baik.
"Aku tau, aku tidak setampan Josua, aku tau aku tidak sepandai Josua menarik perhatianmu. Namun bisakah kau memandang lebih sedikit saja bagiku? Meski aku banyak dosa padamu, jujur, sampai sekarang dosa itu masih memghantuiku"
"Dosa? Dosa apa?" tanya Bri.
"Aku.." Ricky hentikan ucapannya, dia teringat peristiwa ketika dia dan bri mabuk, dia telah menggauli Bri.
"Aku telah memperkosamu bang, ketika kau mabuk kemarin itu, aku memperkosamu jauh sebelum Arjun melakukannya padamu" jujur Ricky.Bri rasakan nyawanya seolah terbang. Ada sakit yang tiba-tiba menyerang jiwanya. Rasa kagetnya membuat sosoknya bangkit berdiri. Dipandanginya Ricky tanpa berkedip. .
Ricky tiba-tiba memeluk kedua lututnya, bahkan mencium telapak kaki Bri."Maafkan aku bang, sebenarnya aku ingin merahasiakan hal ini, namun aku tak ingin dikejar rasa bersalah terus-terusan. Hukumlah aku, kalau perlu bunuh aku" Ricky mulai menangis. Bri meski kaget luar biasa, namun entah mengapa ada rasa iba di hatinya, apalagi kata-kata Ricky berikutnya semakin membuatnya terenyuh.
"Waktu itu aku mabuk, kau juga mabuk berat. Bahkan aku tak ingat bagaimana peristiwa itu terjadi. Yang aku tahu bahwa aku teramat menyayangimu, teramat ingin memilikimu. Meski ku tau semakin hari, mencintaimu hanyalah membuatku sakit" Ricky masih dalam posisi memeluk ke dua lututnya.
"Tapi aku tak pernah putus asa, meski perhatianku padamu ibarat angin yang meniup gunung batu, karena kau tak pernah mengerti betapa ku ingin kau ikut denganku. Tapi kali ini, ku mohon padamu, terimalah cintaku, terimalah ketulusanku, aku rela, bahkan teramat sangat rela meski hanya menjadi pelarian cintamu, karena ku tau bahwa Josua masih membekas di hatimu" suara Ricky terdengar memberat, lalu terdengar isak tangisnya. Bahkan kembali dia mencium kedua telapak kaki Bri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Terakhir (SELESAI)
RomanceWarning ! cerita ini bergenre GayRomance jadi buat yang homophobic silahkan menjauh! Sinopsis : Febri atau dipanggil Bri mencoba untuk mengulang semua kenangan yang dialaminya tiga tahun yang lalu di sebuah PT perkebunan kelapa sawit dengan cara men...