"Seberapa panjang jembatan ini?" Tanya Bri sambil memandang jembatan yang membentang di hadapannya, terlihat kokoh dan gagah, dibawahnya mengalir sungai besar kehijauan yang katanya teramat dalam, dinding sungai berupa dinding-dinding bukit berhias pepohonon khas hutan tropis, hanya di beberapa bagian tepi sungai yang landai. Beberapa perahu motor milik penduduk melintas.
"Mungkin lebih dari 200 meter" Jawab Josua. Bri memperhatikan sekelilingnya, ramai sekali, jembatan itu seperti salah satu ikon di koto kampar ini. Pengunjung banyak yang datang berombongan, bermobil dan bersepeda motor, ada yang berkeluarga namun kebanyakan merupakan pemuda-pemudi pasangan kekasih."Kalau begitu lebih panjang jembatan di Tanjung Balai, di daerahku" jawab Bri. Jo hanya mendengarkan saja karena tidak pernah melihat jembatan yang dimaksud Bri.
"Tapi ini lebih indah" jawab Bri jujur. Sepanjang jalan di di sekitar jembatan berjajar warung lesehan yang kebanjiran pembeli. Ada yang makan, numpang berteduh atau sibuk berfoto-foto.
"Bang lapar" ucap Josua tiba-tiba.
"Ya udah kita ke warung itu" Bri melangkah mendahului sedangkan Jo mengikuti, mencari warung yang sedikit sepi.
Si pemilik warung seorang bapak-bapak menghampiri mereka."Mau pesan apa bang?" tanyanya ramah.
"Ada jual nasi gak?" tanya Bri.
"Wah disini gak ada menu nasi bang?""Terus adanya apa?" tanya bri lagi.
"Mieso, Mie rebus dan pop mie" jawab si bapak.Di benak Bri terbayang Mie rebus dengan kuah kental lengkap dengan pergedel, udang dan pernak-pernik lainnya. Sudah lama dia tidak mencicipi makanan itu.
"Oke Mie rebus dan es teh manis dingin" ucap Bri"Samakan saja pak" jawab Jo pula.
Bri duduk bersandar di dinding kayu warung dengan kaki selonjoran, warung lesehan benar-benar membuatnya nyaman dan bebas menggerakkan kaki, karena suasana yang cukup sepi di warung itu, apalagi tidak ada dinding penyekat antara meja satu dengan yg lainnya. Jo malah menunggu pesanan dengan berbaring sambil membuka beberapa kancing atas kemejanya. Cuaca meski berawan namun panas sekali.
"Bang pinjam hape dong" ucap Josua pada Bri. Bri pun baru sadar bahwa Josua tidak memiliki HP.
"Emangnya gak punya HP?" Tanya Bri seakan belum percaya.
"Benar! Cuma abangku si Edi yang di
belikan, dia anak kesayangan mamak ku" jawab Josua."Lah, minta saja sama Ayahmu"
"Ayah ku sudah meninggal ketika aku masih kelas dua SD" Jawab Josua tanpa kesedihan sedikitpun seolah-olah sudah melupakan salah satu moment paling menyedihkan bagi tiap orang itu.Bri terpana mendengarnya, tanpa pikir panjang di serahkannya HP nya yang hanya berisi baterai 30% lagi, maklum tinggal di perkebunan dengan listrik di jatah membuat bri sering telat mengisi daya batre hingga tidak penuh.
"Jangan dihabiskan batre nya" ucap Bri lalu dia kembali sibuk melihat kearah jembatan dan sungai yang di penuhi manusia itu. Tiba-tiba Josua bangkit dari tidurnya dan beringsut mendekati Bri. Bri heran seingatnya dia tidak pernah memasang segala pola dan sandi di HP nya, terkecuali di menu folder yang ada beberapa file pribadi yang disembunyikannya, lalu kenapa Josua mendekatinya kembali.
"Bang ada bokepnya gak?" tanyanya setengah berbisik. Bri langsung melotot. Nih anak gila atau gimana, di tempat ramai begini masih mau menonton bokep.
Namun Bri menurut pula, dicarinya folder tempat dia menyimpan bokepnya.
"Wih banyak kali" ucap Josua yang langsung merebut HP itu lagi.
"Jangan disuarakan" Bri mengingatkan. Josua kembali tidur namun kali ini dalam keadaan menelungkup. Bri segera tahu tujuan Jo tidur dengan posisi itu, tentu saja untuk mencegah sesuatu yang bisa tegak berdiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Terakhir (SELESAI)
RomansaWarning ! cerita ini bergenre GayRomance jadi buat yang homophobic silahkan menjauh! Sinopsis : Febri atau dipanggil Bri mencoba untuk mengulang semua kenangan yang dialaminya tiga tahun yang lalu di sebuah PT perkebunan kelapa sawit dengan cara men...