Now playing| Mahalini - Melawan Restu
Selamat membaca :)
Budayakan vote sebelum membaca dan komentar setelah selesai membaca.
***
BAGIAN EMPAT BELAS || PENOLAKAN
Ada yang tetap berusaha meskipun sudah tau hasilnya.
***
Pemuda tampan berkulit putih itu kembali menjejakkan kakinya di sebuah rumah belajar yang sudah beberapa hari ini tak ia datangi. Dengan terpaksa ia menunda janjinya pada gadis manis yang menolongnya tempo hari hanya untuk mengejar Dira.
Ia kembali datang untuk memenuhi janjinya dan mencoba mencari sebuah ketenangan di tempat ini. Dari jauh sayup-sayup sudah terdengar nyanyian riang bocah-bocah yang memecah sepi di deretan rumah cela antara satu dengan lainnya.
Sudah lewat dua puluh lima menit dari pukul tiga, Davian- pemuda tadi yakin jika Anjani sudah pulang dari sekolah dan sekarang sedang mengajar anak-anak kurang mampu di daerah ini.
Benar dugaannya, gadis cantik itu tengah memainkan sebuah gitar sambil menyanyikan sebuah lagu di hadapan murid-muridnya saat Davian memasuki rumah belajar itu.
Anjani menyadari kedatangan Davian, namun ia tetap bersikap biasa saja. Pura-pura tidak menyadari keberadaan laki-laki putih itu. Jujur ia tak suka pada orang yang senang melanggar janji dan Davian melakukannya, tak ada alasan bagi gadis itu untuk tidak marah.
Davian bersandar di pembatas tembok. Hanya tak ingin menggangu kegiatan yang sedang berlangsung di hadapannya. Ada ketenangan tersendiri yang ia dapatkan saat mendengar paduan suara dari anak-anak lugu itu, walaupun dengan suara seadanya. Setiap nada dan lirik yang mereka keluarkan memiliki arti sendiri dan terasa lebih bermakna, sebuah masterpiece berjudul Laskar Pelangi mereka bawakan dengan cara mereka diiringi petikan gitar Anjani. Petikan gitar Raya yang ternyata luar biasa untuk ukuran seorang yang hanya belajar otodidak tanpa bimbingan ahli. Mungkin gadis ini memang mewarisi bakat alam dalam bermusik.
Tiga puluh menit kemudian, kumpulan anak-anak itu berhamburan lari keluar dengan riang karena jam belajar mereka disini memang sudah habis. Seketika tempat itu terasa sunyi, menyisakan Anjani yang masih sibuk membereskan buku yang berantakan dan Davian yang belum juga beranjak dari tempatnya.
"Gue kira lo amnesia, lupa sama janji sendiri." Kata Anjani tiba-tiba, terdengar sangat sinis ditelinga Davian. Entah kenapa di hati kecil Raya justru tak rela jika kenyataan itulah yang sebenarnya terjadi.
"Gue banyak masalah. Maaf," Balas Davian mencoba sabar.
"Gue kangen sama lo, sama tempat ini," Lanjut Davian jujur.
DEG!
Jantung Anjani serasa ingin melompat dari tempatnya mendengar ucapan manis Davian. Namun buru-buru ia menggelengkan kepalanya sebelum hal itu bener-benar terjadi.
"Orang kaya emang selalu punya omong gede ya?" Sindir Raya lagi.
"Please, lo jangan bikin gue marah. Emosi gue bener-bener labil sekarang, " Balas Davian terdengar sedikit memohon.
"Terus lo ngapain ke sini lagi?"
Anjani sama sekali belum menatap Davian, dan kini ia lebih berkonsentrasi pada tumpukan buku dihadapannya menatanya kembali di dalam rak.
"Bayar janji gue dan mencari ketenangan, biar pun lo nyebelin, dengan berat hati gue akui lo selalu bisa buat gue lupa sama masalah gue."
Spontan Anjani menoleh ke Davian, mencari sebuah keseriusan di wajah tampan itu dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Sepertinya memang Davian berkata sejujurnya. Hati Anjani melonjak tersanjung mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trilogi[1] Pelangi di Malam Hari
Teen FictionCover by: @Pinterest [Mereka terlalu percaya dengan kalimat setelah hujan akan datang pelangi. Sampai mereka lupa jika hujan bisa datang di malam hari. Karena sesering apapun hujan turun di malam hari ia tidak akan pernah berjanji untuk mendatangkan...