Now playing| Virgoun - Bukti
Selamat membaca :)
Budayakan vote sebelum membaca dan komentar setelah selesai membaca.
***
BAGIAN TIGA PULUH TIGA || AKHIR PERJUANGAN
Waktu selalu tahu kapan ia akan membalikan perasaan seseorang. Untukmu yang sudah berjuang, selamat menikmati waktu yang menyenangkan.
***
Tuan besar Pradipta melebarkan matanya saat mendapati siapa yang baru saja bertemu ke ruangan kerjanya. Sama sekali tak menyangka jika pemuda ini bernyali luar biasa untuk menemuinya, bahkan hingga ke tempat yang bisa saja membuatnya celaka dengan mudah.
"Selamat siang tuan," sapa Raka, pemuda tadi sambil sedikit menunduk, bibirnya tersenyum ramah, tak gentar dengan wajah garang dan siap meledak milik Reksa Pradipta. Apapun yang akan terjadi akan dihadapi seperti tekatnya. Tak akan menyia-nyiakan bantuan Raffa untuk dapat masuk dengan mudah ke perusahaan besar ini.
"Mau apa kamu?" Nada keras langsung meluncur dari pria berwajah tegas penuh wibawa itu.
"Maaf jika saya lancang, tapi ini bentuk kesungguhan saya untuk putri anda ."
"Keluar kamu! Saya tetap tidak akan mengijinkan!"
"Bisa saya berbicara sedikit saja, setelah itu terserah anda akan melakukan apapun pada saya. Bahkan kalau anda ingin membunuh saya, saya tidak akan melawan."
Reksa terhenyak. Pemuda yang ada di hadapannya ini benar-benar berbeda dengan ayahnya yang sampai saat ini tak pernah bisa ia maafkan. Raka berjiwa besar, seorang gentleman. Ia teringat putrinya yang sampai saat ini masih dalam keadaan baik-baik saja dan ada di dekatnya, walaupun ia tahu pasti dengan mudah Raka bisa membawa Dira lari kapanpun karena Dira benar-benar mencintai Raka, namun hal itu tak pernah ia lakukan.
"Saya tahu pasti jika tuan Reksa Pradipta adalah orang yang bijak dan baik, buktinya anda tidak membunuh saya dengan segala kekurang-ajaran saya, bahkan ayah saya anda biarkan hidup," ucap Raka tenang. Waktu yang ia lalui selama ini mengajarkannya jika api hanya akan padam oleh air.
Ada magnet dari perkataan Raka yang membuat Reksa menoleh. Senyum itu, tatapan mata sayu itu benar-benar mengingatkannya pada seseorang, merasakan jika Sofia perempuan yang pernah amat sangat ia cintai itu hidup dalam diri anak ini. Walaupun sedetik kemudian emosi itu kembali memuncak saat setiap lekukan tegas wajah Raka benar-benar mirip dengan mantan sahabat karibnya.
"Saya tahu benar apa yang anda rasakan dulu dan mengapa anda begitu membenci ayah saya juga dapat saya mengerti," Raka memulai monolognya setelah melihat wajah keras Pradipta melunak.
"Saya merasakannya," ucap Raka, suaranya sedikit bergetar, ada emosi yang mulai bergejolak.
"Kalau akhirnya Nata bisa bersatu dengan Vania, tidak dengan saya dan Sofia!"
Terdengar suara gebrakan meja cukup keras mengimbangi suara bentakan Reksa, luapan emosi dari cinta yang tidak bisa dan tidak akan pernah bisa menyatu.
"Saya masih mencintainya," lanjutnya lirih.
"Sama seperti saya mencintai putri anda."
Raka tahu cara ini yang mampu ia gunakan untuk bisa membuat cintanya dan Dira menyatu tanpa pertentanga. Luka yang sama, penanggulangan yang sama dengan ayah gadis yang ia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trilogi[1] Pelangi di Malam Hari
Dla nastolatkówCover by: @Pinterest [Mereka terlalu percaya dengan kalimat setelah hujan akan datang pelangi. Sampai mereka lupa jika hujan bisa datang di malam hari. Karena sesering apapun hujan turun di malam hari ia tidak akan pernah berjanji untuk mendatangkan...