Eighteenth Petal

39 6 3
                                    

Malamnya...

Si kembar berjalan ke arah pintu masuk kediaman. Menurut undangan, rumah yang dimaksud terletak di dekat laut di Nagasaka, Okata. Keduanya sudah menggunakan kimono dan hiasan rambut yang dibeli tadi siang, juga topeng kucing berwarna putih yang hanya menutupi bagian mata. Mereka membawa tas tenteng kecil berisi ponsel dan dompet.

Rumah keluarga itu merupakan bangunan bertingkat dua yang megah dan, sesuai dengan undangan, bergaya barat. Ada dua pilar di pintu masuk dan dua patung di depan gerbang. Di dalam terdapat halaman yang luas dan memiliki air mancur dengan patung seorang penunggang kuda. Atapnya berwarna biru dan dindingnya bercat putih. Di sekeliling rumah terdapat hamparan rumput yang sudah dipotong dengan merata dan semak-semak di kedua sisi jalan berbatu menuju pintu masuk yang terpangkas rapi.

Sesampainya di depan pintu masuk, Tsubaki mengetuk pintu dengan pelan. Beberapa detik kemudian, seorang pelayan laki-laki membuka pintu sedikit dan hanya memperlihatkan sebagian wajah. "Undangannya."

Tsubaki memberikan undangan tersebut. Pelayan itu pun melepas rantai pintu dan membukanya. "Masuklah. Tuan dan Nyonya sudah menunggu Anda."

Shiragiku dan Tsubaki pun melangkah masuk. Mereka terkejut melihat isi rumah tersebut yang tak kalah megah. Di ruang utama terdapat chandelier emas yang menyala dengan cahaya kuning yang lembut, lantai marmer yang sudah dipel hingga mengilat, dan perabotan yang juga mewah. Si kembar yakin keluarga yang baru pindah itu kaya raya.

Pelayan itu kemudian mengantarkan mereka ke ruang makan yang luas. Di sana sudah ada makanan yang tersedia dan gelas kaca. Si kembar melihat ada sekitar empat orang yang tengah berkumpul di salah satu sisi ruangan dan terlihat sedang mengobrol satu sama lain. Dua orang laki-laki remaja dengan kimono berwarna gelap yang serasi dan topeng kelinci putih, satu orang pria berusia sekitar 25 tahun dengan jas hitam dan topeng tanpa ekspresi, dan seorang wanita bergaun hitam dengan topeng mata berwarna emas.

"Hanya segini, ya," bisik Tsubaki.

Shiragiku hanya mengangkat bahu. "Mau menghampiri mereka?" tawar si camellia merah. Saudarinya menganggukkan kepala.

Baru saja sudah akan menghampiri, si kembar seketika berjengit ketika melihat dua orang yang cukup familiar di antara mereka. Berambut hitam pendek yang dipotong rapi, kimono serasi, dan keduanya memakai topeng mata berbentuk kelinci. Mereka berdua tidak mengira akan bertemu dengan kedua orang itu setelah cukup lama tidak bertemu. Tidak, lebih tepatnya saling tidak ingin bertemu.

Si kembar Hazuki, Kaede dan Momiji.

"Sungguh... si kembar Hazuki juga diundang oleh mereka?" Tsubaki mendengus dari balik topengnya. "Kenapa di antara semua anak di Izu Oshima, harus dua curut itu yang diundang?"

Seperti yang dikatakan Tsubaki, kedua saudara itu terlihat bersama dengan dua tamu undangan lainnya. Salah satu dari mereka pun menoleh dan menyadari kedatangan si kembar Hanazuki. Kedua gadis itu menghela napas, siap-siap saja mereka adu mulut lagi seperti ketika terakhir kali bertemu.

Yang menoleh itu kemudian tersenyum sinis. "Wah, wah, lihat siapa yang datang. Aku masih bisa mengenali kalian dari kimono yang dipakai," ledeknya.

Tsubaki melipat tangan di dada. "Kalian juga sama saja, terlalu mudah dikenali," balasnya. "Kenapa pula mereka harus mengundang sepasang saudara angkuh yang bahkan tidak bisa teliti dengan satu petunjuk yang penting. Yang ada kalian akan membuat kami malu."

"Hei, kami pasti akan teliti kali ini! Dan kami akan benar-benar mengalahkanmu!"

"Baiklah. Kita lihat saja nanti...," Tsubaki tersenyum meledek. "siapa yang menang kalau saja ada kasus baru, Hazuki atau Hanazuki."

[End] Chrysanthemum & Camellia 2: Second TrialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang