Twenty Fourth Petal

33 7 0
                                    

Malam itu...

Akane menghampiri Kakure yang tengah berada di bangunan tempat keduanya bertemu kemarin. Laki-laki itu tengah melihat ke bawah, memantau jalanan dan mencari apakah ada gerak-gerik mencurigakan dari butik di seberang jalan.

Kakure menoleh ketika melihat kedatangan Akane. "Kau datang juga akhirnya."

"Aku sudah diminta untuk membantumu, tidak mungkin aku tidak muncul," ujar Akane. "Lalu, kau menemukan sesuatu?"

"Kebetulan sekali, aku baru saja mendapat informasi penting terkait pemilik toko butik itu. Tapi...," dia menoleh dan melihat dua sosok polisi yang tengah berpatroli di dekat sana. "kurasa kita harus berpindah tempat. Aku tidak mau repot-repot berurusan dengan polisi."

Akane menoleh dan melihat dua polisi itu. "Sejak kapan?"

"Baru saja. Aku sempat mendengar pembicaraan mereka ketika lewat. Mereka tampaknya ditugaskan berpatroli malam ini dan mencegah adanya orang yang berkeliaran malam-malam. Tentu saja, jam dua belas malam adalah jam paling tepat orang-orang mabuk atau mereka yang tidak tahu diri akibat terpengaruh alkohol membuat masalah baru."

"Jadi polisi memutuskan untuk bergerak dan memantau jalanan dan mengawasi jika si pembunuh akan bergerak malam ini?"

Kakure tersenyum sinis. "Kau tahu sendiri jawabannya," laki-laki itu kemudian berdiri. "Sebaiknya kita juga harus pindah. Polisi itu pasti memeriksa semua tempat, tanpa terkecuali."

"Lalu kita harus kemana?"

"Aku kebetulan tahu suatu tempat yang bisa dijadikan sebagai persembunyian. Dan kalaupun mereka melihatmu, seharusnya kau bisa berakting baru saja pulang bekerja."

Akane menghela napas. "Baiklah."

Keduanya pun bergegas menuruni bangunan tersebut. Lalu perlahan mengendap-endap pergi menjauh dari kota dan naik bus ke arah desa Furusato. Di sana, Kakure membawa Akane ke sebuah toko antik. Dia bilang jika dibawahnya ada sebuah tempat rahasia yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu.

Begitu mereka sampai di toko tersebut, Kakure dan Akane menuruni tangga di dekat pintu masuk yang mengarah ke sebuah pintu masuk lain. Dia berjalan ke arah pintu tersebut dan mengetuknya.

Tak berapa lama, seseorang membuka celah yang ada di pintu. "Urusanmu?"

"Aku kebetulan membawa tamu. Ada hal yang harus kami bicarakan."

"Berikan kodenya."

"Enam. Kakure, Akane."

Orang tersebut membuka gerendel pintu. "Selamat datang kembali. Silahkan masuk."

Kakure dan Akane pun melangkah masuk. Di dalam sana adalah sebuah bar kecil yang terlihat normal, seperti bar pada umumnya. Hanya ada satu atau dua pengunjung yang tengah berbincang santai, dengan topik yang Akane tidak peduli tentang apapun itu. Di belakang meja bar pun terlihat bartender yang menyiapkan minuman.

Laki-laki itu menunjuk ke sebuah kursi. Lalu keduanya duduk di sana. "Kau menemukan bar ini dari mana?"

"Aku memang bekerja di sini. Bar ini terhubung langsung dengan toko antik di atasnya, jadi kau bisa berpura-pura kalau kau baru pulang bekerja dari tempat ini jika saja ada polisi yang melihatmu. Toh, orang-orang bertopeng atau mencurigakan seperti kita juga tidak akan ketahuan secepat itu. Hal seperti ini sudah jadi pemandangan biasa."

Akane tidak menggubris jawaban terakhir dan segera menuju ke intinya. "Jadi keadaannya sudah darurat, ya. Aku sudah menduga hal seperti ini akan terjadi cepat atau lambat," dia menaruh kaki kiri di atas kaki kanan. "Lalu apa yang akan kita lakukan? Melanjutkan investigasi kita?"

[End] Chrysanthemum & Camellia 2: Second TrialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang