Dua

2 0 0
                                    

"Apakah ini rencana Tuhan? Jika benar, aku sungguh bahagia bisa berada sedekat ini dengannya."

Senja tak larut dalam keramaian di kelasnya itu, ia segera berusaha menenangkan teman-temannya yang masih ramai menanyakan siapakah bidadari yang telah membuatnya jatuh cinta, wajar saja kelasnya ramai, lelaki berbadan jangkung nan tampan itu kini telah berani menambatkan jangkar hatinya pada seorang wanita.

"udah, diem kalian semua!" ucap Senja berusaha menenangkan kelasnya itu. Semua teman Senja tertawa karena amarah Senja yang terlihat kekanak-kanakan. Suasana kelas berubah menjadi senyap ketika guru yang mengajar pagi itu memasuki kelas, hingga tiba waktu istirahat.

Ia kemudian mengajak kawannya itu untuk pergi ke kantin dan melanjutkan pembicaraan mereka .Sesampainya di kantin Senja langsung berkata kepada kawannya "Gam, aku butuh saran nih."

"Tentang cewe itu?"

"iyanih, gak tau gimana rasanya aku suka deh sama dia."

"seriusan? tumben bisa suka ke cewe?"

"beneran bro, sejak ketemu dia, aku langsung suka."


Percakapan mereka itu kemudian diakhiri dengan bel tanda istirahat telah usai, sepanjang pelajaran hari itu Senja hanya memikirkan si gadis manis, selain itu, tidak ada lagi.


Kringggg, pelajaran hari itu telah usai, Senja keluar kelas kemudian menuju tempat parkir motor, berharap gadis itu lewat dan menyapanya, setengah jam berlalu, nihil, ia tak melihat gadis yang berhasil meluluhkan hatinya itu lewat. "Ah, mungkin dia pulang naik mobil jemputan." Senja mengambil kunci motor di sakunya, ia segera pulang kerumah dikarenakan hari mulai gelap.


Ia memasuki rumahnya yang sunyi, hanya ada ia dan pembantu paruh waktu yang disewa orang tuanya dikarenakan mereka selalu sibuk akibat dituntut pekerjaan. "Mbak, mama sama papa belum pulang?" tanya Senja kepada pembantu yang akrab ia sapa Mbak Dewi. "Sudah kak, tadi pulang waktu kakak masih sekolah, terus berangkat lagi jam 12 siang, katanya ada rapat penting di luar kota, mbak cuma dititipin ini sama nyonya." Ujar Mbak Dewi sembari memberikan beberapa lembar uang dan secarik kertas, setelah itu Mbak Dewi pamit untuk pulang karena jam kerjanya sudah habis.

"Senja, mama sama papa mau ke luar kota beberapa hari, kamu jaga diri ya nak, jangan buat masalah selama mama sama papa pergi, mama sudah titipin uang saku buat kamu sbeberapa hari kedepan, tanda kasih, mama." Senja membaca surat tersebut dengan menggerutu, kapan sih ada waktu buat aku, gerutu Senja dalam hatinya.

Senja kemudian tertidur. Ia sangat lelah hari itu. Dalam mimpinya, ia teringat akan paras manis gadis impiannya itu. Tanpa sadar, Senja tersenyum ketika ia masih tertidur. Andai saja ada gadis yang melihatnya, ah sudah pasti hatinya luluh melihat senyumnya.

Pukul 9 malam Senja terbangun. "Ah capek sekali badanku ini." keluh Senja pada dirinya sendiri. Ia pergi menuju ruang makan dan tidak mendapati makanan diatas meja makan. Senja memutuskan untuk keluar dan membeli makan. Senja pergi menaiki motornya.

Pergi tanpa tujuan, hingga pada akhirnya ia menemukan sebuah warung nasi goreng di pinggir jalan. "Bu, nasi goreng nya satu ya!" seru senja kepada penjual nasi goreng tersebut. Setelah nasi goreng dihidangkan, Segera saja Senja memakannya dengan lahap.

Sudah pukul sepuluh malam, sudah dua porsi ia makan dengan lahap. Ibu penjual nasi goreng mulai membereskan gerobak tempatnya memasak, melihat hal tersebut, Senja bertanya "Mau tutup bu?"
"iya nak." jawab ibu itu singkat
Senja merasa sungkan, sebab ialah pembeli terakhir malam itu, dan sepertinya ibu itu menunggu Senja selesai makan untuk menutup warung. "Mari saya bantu bu." tawar Senja.

Senja mendorong gerobak berdua bersama ibu penjual. Sebelumnya Senja sudah memastikan bahwa rumah ibu tersebut dekat. Ia mendorong gerobak bersama sang ibu penjual. "Rumah saya di depan situ kok nak." baru saja ibu itu selesai berbicara, kemudian keluarlah seorang gadis dari rumah yang tadi ditunjukkan oleh ibu penjual. "Mama." sapa gadis itu. Senja terkejut, yang memanggil penjual dengan sebutan mama itu ternyata adalah Jingga, ya, Jingga yang Senja suka.

Thanks for reading:*

Senja dan DirinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang