Hari pertama ⚔️

785 44 1
                                    


JANGAN LUPA VOTE & KOMEN
TERIMAKASIH ✨

Tok
Tok

Sebuah ketukan membuat Baren menghentikan kegiatan membaca beberapa berkas. Setelah mempersilahkan masuk, nampak Violat menghampiri.

"Ada apa?" Violet duduk di sebuah sofa, dan Baren menghampiri agar lebih dekat.

"Besok aku akan melaksanakan misi. Aku juga lupa, dan ceroboh tidak memberitahu sedari awal."

"Memberi tahukan apa?"

"Identitas. Apakah papa mendaftarkan aku dengan identitas ku yang asli?" Violet menatap Baren, menunggu jawaban. Itu hal yang sangat dia lupakan, bagaimana bisa dia seceroboh itu. Apa karena ini pertama kalinya menjalankan misi seperti ini?

"Iya. Tapi papa hanya memberitahukan kepada kepala sekolah jika kamu anak papa. Dan meminta agar merahasiakan kepada para guru serta murid lainnya."

"Baguslah. Aku senang mendengarnya. Kalau begitu, Violet permisi."

Baren menatap kepergian putrinya, nafa bicara yang sangat formal untuk seorang ayah dan anak. Tapi mau bagaimana lagi, ini semua karena kesalahannya dulu.

⚔️⚔️⚔️⚔️

Violet tengah merapikan Rompi sekolah, Hitam dan ungu serta garis pola 'X' berwarna silver dan logo sekolah berwarna emas menjadi daya tarik kemewahan seragam sekolah SMA HARUMA. Violet nampak cantik memakai seragam sekolah.

Dia memperhatikan pantulan diri di depan cermin full body "Oke, mari kita mulai bermain sandiwara."

Tok
Tok
Tok

"Vi, abang masuk ya." Violet menengok ke arah pintu yang masih tertutup rapat.

"Masuk aja. Engga di kunci." Serunya dan kembali menghadap ke arah cermin. Nampak Dito yang baru saja masuk, dia menggelengkan kepala takjub, Violet sangat masih cocok menjadi anak sekolah, padahal usianya sudah 25 tahun.

"Masih cocok lah jadi cewe labil."

"Engga sudi. Gue engga suka sesuatu yang labil." Sarkasnya dan menarik kursi meja rias. Dia duduk lalu matanya teralihkan saat melihat godiebag kecil yang di bawa Dito.

"Pelengkap sandiwara lo." Violet mengernyit memperhatikan Dito yang mengeluarkan beberapa aksesoris kepala yang semuanya berwarna ungu serta lilac.

"Buat apa?" Violet meraih bandana polos berwarna Lilac.

"Ya buat lo. Masa iya buat gue. Sini gue bantu pakai." Dito menarik Bandan kain yang tadi di pegang Violet.

"Tunggu. Maksud lo, semua ini buat gue? Seriusan? Gue engga suka sama pernak pernik kaya gini." Violet mendorong semua ke pinggir meja rias, jika saja Dito tidak menahan pergerakan Violet, akan di pastikan semua benda itu masuk ke dalam tong sampah.

"Dengerin gue. Semua benda tang lo kira engga guna, akan sangat berguna. Dengan lo pakai bandana atau jepit rambut, itu akan membuat lo semakin mirip siswi SMA. Lebih meyakinkan kalau li masih belasan tahun. Dan saran gue satu lagi, sikap lo jangan terlalu barbar."

Violet menatap kembarannya itu, apa harus dia memakainya?  Dan perihal sikap, dia memang sudah memikirkan itu. Gadis yang memiliki sifat lemah lembut, tidak lemah juga tentunya.

"Terserah lo. Sini gue aja yang pakai." Dito terkekeh saat adiknya itu menarik bandana dengan kasar dari tangannya.

"Nah, gitukan semakin meyakinkan kalau lo masih abg." Violet tidak menanggapi perkataan Dito, dia lebih memilih pergi meninggalkan kembarannya itu.

The Destinationt Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang