52. Pergi

540 33 6
                                    

HAPPY READING💖

HOPE U ENJOY THIS STORY LUV💜

I Purple u :)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Author POV

Hari demi hari berlalu, dan keadaan Alfa masih belum menunjukkan perkembangan. Selama itu pula Dara tak pernah absen menemani Alfa, menunggu dengan harapan laki laki itu sadar. Tetapi hasilnya nihil, laki laki belum membuka matanya barang sedetik pun.

Soal SNMPTN, Dara sudah dinyatakan lolos di prodi pilihan pertamanya yaitu Desain Komunikasi Visual, atau biasa disingkat dkv di ITB. Sungguh Dara tak mengira ia akan lolos, karena setahunya prodi dkv memiliki keketatan yang cukup tinggi ditambah lagi nilainya pas pasan.  Bahagia? Tentu, tapi Dara juga merasa sedih karena harus meninggalkan Alfa dan juga kota kelahirannya, Jakarta.

"Dar, lo mikirin snm lagi?" tanya Disya yang kini duduk disebelah Dara.

Sejak tau hasil pengumuman SNMPTN sekitar dua bulan yang lalu, Dara terlihat begitu murung dan lebih banyak melamun. Ditambah lagi, Dara masih sering teringat dengan Reyhan. Disya yang tau permasalahan Dara pun berusaha untuk menghibur sahabatnya itu. Disya juga memutuskan untuk mengambil prodi yang sama dan juga universitas yang sama dengan Dara saat SBMPTN kemarin, dan untungnya dia lolos di prodi itu. Disya tak mau Dara terpuruk sendiri di kota orang. Setidaknya dengan adanya dirinya, Dara tak merasa sendiri. Bukankah begitu gunanya sahabat?

Oh ya, Hendra dan Dirga juga sudah duduk dibangku kelas dua belas sekarang. Bersama dengan Alfa juga tentunya. Kalian pasti bertanya tanya bagaimana bisa Alfa naik kelas padahal dia tidak mengikuti ujian semester. Itu karena Alfa termasuk jajaran siswa terpandai di satu angkatannya. Selain itu juga karena Alfa sudah banyak memiliki nilai dari tugas tambahan, Alfa selalu meninta tugas tambahan untuk menyempurnakan nilainya. Guru guru berpikir jika nilai itu sudah cukup untuk mengganti nilai ujian kenaikan kelas Alfa.

"Rasanya berat banget, gue tau gue harus ninggalin Alfa atas permintaan bokapnya, tapi gue gabisa jauh dari dia" curhat Dara.

"Bisa Dar, jalanin aja dulu, kalo Alfa jodoh lo, kalian bakal dipertemukan dengan skenario tuhan yang gak bakal bisa lo duga" nasihat Disya. Gadis itu mengusap bahu Dara, seolah memberikan sahabatnya itu kekuatan.

"Halo gaissss, Hendra disini" sapa Hendra.

"Ehh, maba itb sedih terus perasaan, gamau ldr nih kayaknya" goda Dirga sambil menatap Dara dengan kedua alis yang dinaik turunkan.

"Heh paok ngaca dong, kau pun juga bakal ldr. Bacot mulu kau ini, ke kantin aja lama kali, udah kayak keliling Jakarta" kesal Dara.

"Gak sor ya kau sama aku?" tanya Dirga tak terima.

"Gak sor emang"  jawab Dara enteng.

"Btw kak, kalian ke Bandungnya kapan?" tanya Hendra.

"Eumm, mungkin dua minggu lagi mungkin, seminggu sebelum ospek lah intinya, biar ga buru buru" jelas Disya.

Tenang saja, untuk hubungan Dirga dan Disya tetap berlanjut. Mereka berdua sepakat berjuang untuk ldr. Ya walaupun mereka tau ldr sangatlah sulit, ditambah lagi Dirga juga harus fokus belajar agar bisa satu univ dengan pacarnya itu.

"Doain ya kak, kita bertiga nyusul di itb" celetuk Hendra.

"Aamiin" ucap keempat orang yang berada diruangan itu dengan serempak.

"Kita bertiga keluar dulu ya kak, kayaknya lo butuh waktu berdua sama Alfa" pamit Dirga. Laki laki itu mengode Disya dan Hendra agar mengikutinya keluar dari ruangan Alfa.

Sekeluarnya ketiga temannya, Dara segera menghampiri Alfa. Gadis itu menggenggam erat tangan Alfa. Air matanyapun luruh seketika. Dara sudah tak kuat, ingin rasanya ia menyerah. Dua minggu lagi dirinya harus pergi, tapi Alfa belum juga sadar. Keinginan Dara untuk menghabiskan detik detik perpisahan mereka bersama sepertinya harus pupus.

"Al, apapun yang terjadi nanti, aku cuma pengen kamu tau kalo perasaan aku gabakal berubah buat kamu, walaupun aku tau ini salah"

"Yang ku takutkan dulu, akhirnya terjadi juga Al, aku harap kamu bangun sebelum kepergianku. Setidaknya aku bisa menatap matamu untuk terakhir kalinya Al. Ich liebe dich Alfa Centauri Aldebaran" gumam Dara panjang lebar dan diakhiri kecupan singkat di dahi Alfa.

Setelah puas bermonolog sendiri didepan Alfa, Dara segera keluar dari ruangan itu. Tujuannya sekarang adalah pulang ke rumah, ia ingin menulis surat untuk Alfa. Dara takut jika ia tak sempat melihat Alfa sadar. Ayah Alfa juga sudah menghubunginya beberapa hari yang lalu, meningatkan Dara jika ia harus segera meninggalkan Alfa.

Sesampainya di rumah, Dara segera memasuki kamarnya karena tak ada seorangpun yang berada dirumah. Orang tua Dara berada di Singapura, sedangkan Varo, laki laki itu sibuk dengan kuliahnya.

Setelah berganti pakaian, Dara mendudukkan dirinya di meja belajarnya. Diambilnya beberapa lembar kertas binder yang akan digunakannya untuk menulis.

Dear Alfa

Mungkin saat kamu membaca surat ini, kamu sangat membenciku. Tapi tolong bacalah surat ini sampai selesai. Setelah itu, terserah kamu mau memaafkanku atau tidak.

Maafkan aku harus mengambil keputusan ini Al. Maafkan aku yang memilih untuk mengakhiri hubungan kita tanpa persetujuanmu. Tapi yang perlu kamu tau, sampai kapanpun rasa ini tak akan pernah berubah.  Aku mengambil keputusan itu bukan tanpa alasan Al. Ada suatu alasan yang membuatku terpaksa meninggalkanmu. Tapi maaf, aku tidak bisa memberitahumu.

Kau tau Al? Saat aku mendapat kabar kamu kecelakaan, rasanya duniaku runtuh seketika. Ditambah lagi Tante Dian bilang kamu koma. Aku sampai merasa Tuhan sangat tidak adil waktu itu. Karena sebelumnya aku juga hampir meregang nyawa, Thania mendorongku dari rooftop. Untung saja ada Dirga yang menyelamatkanku.

Al, kau ingat? Dulu aku pernah menjauhimu karena tak mau menghadapi yang namanya perpisahan. Tentang perbedaan kita, kamu pasti paham itu. Bagiku, lebih baik tidak pernah bersama daripada harus menelan pahitnya perpisahan.

Dan sekarang, semua itu terjadi Al. Kita harus berpisah. Aku hanya punya waktu sampai liburan semester usai Al. Awalnya aku berpikir kamu akan segera bangun, setelah itu kita bisa menghabiskan waktu berdua dan mengubah perpisahan menjadi sesuatu yang indah untuk dikenang. Tapi ternyata aku salah Al, kamu belum juga bangun. Dan perpisahan kita akan menjadi hal yang paling menyakitkan untukku.

Terimakasih Al, dalam waktu yang singkat kamu telah membuatku jatuh begitu dalam. Aku tak akan pernah melupakanmu. Aku juga tak akan pernah menghapus perasaan ini. Aku percaya jika memang kita ditakdirkan bersama, kita akan dipertemukan di waktu yang tepat.

Ich liebe dich Alfa Centauri Aldebaran.

Spica Adara

Setelah menyelesaikan suratnya, Dara segera memasukkannya kedalam amplop. Kemudian diletakkannya kedalam box yang berisi beberapa barang yang akan diberikannya pada Alfa.

"Dari awal kita emang ga seharusnya bersama Al. Aku terlalu egois, telah memaksakan agar kita bisa bersama. Spica dan Aldebaran tak mungkin berada dalam satu rasi. Seperti kita yang tak mungkin bersama dan berdampingan" gumam Dara sambil menatap langit malam di balkon kamarnya.

Gadis itu tersenyum ikhlas, berusaha menerima kenyataan yang terjadi. Mungkin, inilah jalan terbaik yang Tuhan berikan. Alfa, hanya datang untuk singgah, bukan menetap. Dan kisah mereka hanyalah selingan bukan kisah yang sebenarnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TO BE CONTINUED

Yogyakarta, 7 Juli 2020

ADARA ALDEBARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang