°•°DEUX CÔTÉS9°•°

2.7K 384 36
                                    

.

.

.

.

Hyunjae dengan pelan mengoleskan salep pada punggung tangan Juyeon yang terkena minyak panas dan membalut dengan perban. Sambil menangis ia terus menggumamkan kata maaf pada Juyeon. Sedangkan Juyeon hanya bisa tersenyum saat melihat wajah merah Hyunjae yang menggemaskan.

"Hikss.. maafkan aku hyung, jangan pecat aku. Hikss..." Ucap Hyunjae, penglihatan buram karena air mata.

Juyeon mengusap kepala Hyunjae dengan tangan satu nya lagi, "Tidak apa-apa. Berhentilah menangis." Ucap Juyeon lembut.

Hyunjae mendongak menatap Juyeon, bibirnya semakin melengkung ke bawah saat Juyeon berkata seperti itu.

Dia bahkan masih bersikap lembut pada ku. Pikir Hyunjae dan semakin menangis.

Juyeon menjadi bingung, dan akhir nya memilih untuk memeluk Hyunjae. Mungkin bisa sedikit menenangkan pria cantik itu.

Dengan lembut tangan Juyeon mengusap kepala hingga punggung Hyunjae. "Sstt... sudah ya jangan menangis, aku tidak apa-apa, sungguh." Ucap Juyeon.

Hyunjae mendongak menatap wajah tampan Juyeon, "Benarkah?" Juyeon mengangguk.

Hyunjae meraih tangan Juyeon yang terluka, ia kecup punggung tangan yang terluka itu. Juyeon kaget, ia tak menyangka Hyunjae akan melakukan itu.

"Cepat sembuh." Hyunjae tersenyum manis.

Juyeon gemas, Hyunjae saat mode lembut sangat membuat nya gemas pada asisten cantik nya.

"Terimakasih."

"Tidak, aku minta maaf."

Juyeon menangkup wajah Hyunjae, dan semakin mendekatkan wajah nya pada Hyunjae.

Pria cantik itu otomatis memejamkan mata, sedikit menegang saat bibir tebal Juyeon kembali meyapa bibir tipis nya. Tapi elusan di tengkuk nya membuat nya santai.

Perlahan Juyeon menggerakan bibir nya, melumat bibir semerah cherry milik Hyunjae.

Semakin lama pagutan kedua nya semakin intens, bahkan Hyunjae sampai berpindah ke pangkuan Juyeon.

Hyunjae meremat rambut Juyeon, ciuman Juyeon begitu memabukan bagi nya.

"Emhhh..." Hyunjae memukul dada Juyeon, ia sudah hampir kehabisan napas.

Pagutan kedua nya terlepas, menciptakan benang saliva antara bibir kedua nya.

"Aku harus pergi setelah ini, ingat ucapan ku tadi." Ucap Juyeon sambil mengelus pipi Hyunjae.

Hyunjae mengangguk kecil, ia malu mengingat kegiatan yang baru mereka lakukan dan posisi nya yang duduk di pangkuan Juyeon.

"Hyung akan pulang besok kan?" Juyeon mengangguk.

"Itu yang aku inginkan, tapi aku tidak akan tau apa yang akan terjadi diasana nanti." Inner Juyeon.

"Aku akan menunggu mu." Hyunjae memeluk Juyeon menelusupkan wajah nya di leher Juyeon, entah kenapa dada nya merasa sesak membuat nya ingin menangis.

Juyeon membalas pelukan Hyunjae, ia mengusap kepala Hyunjae saat merasa tubuh Hyunjae bergetar dan merasa leher nya basah.

"Hyung aku tidak tau mengapa, tapi aku ingin kau tidak pergi."

"Tidak bisa, aku harus pergi." Juyeon berdiri dari duduk nya, ia menahan tubuh Hyunjae di gendongan nya.

Juyeon tersenyum manis pada Hyunjae, "Kau akan menunggu ku?" Hyunjae mengangguk cepat.

"Aku akan kembali pada mu. Aku janji."

Hyunjae kembali memeluk Juyeon dengan erat.

"Ya sudah, aku harus berangkat sekarang."

"Aku antar sampai pintu, dan biarkan aku di gendongan mu." Hyunjae memasang cengiran nya.

Juyeon mengangguk, ia berajalan ke depan dengan Hyunjae di gendongan nya. Saat di depan pintu Hyunjae menolak untuk turun, kata nya agar Juyeon tidak pergi. Tapi akhir nya Juyeon berhasil memberi pengertian pada si cantik.

"Jaga diri mu, dan ingat pesan ku."

"Hyung juga, jaga diri hyung. Aku menunggu mu kembali."

Hyunjae mendekatkan diri pada Juyeon, memeluk pria tampan itu sekali lagi. Lalu memberi kecupan di seluruh wajah Juyeon.

Juyeon tersenyum sangat manis, senyuman termanis yang hanya ia perlihatkan pada Hyunjae.

"Aku pergi." Dengan berat hati Hyunjae membiarkan Juyeon pergi.

Setelah kepergian Juyeon, Hyunjae menangis kencang di balik pintu. Ia takut Juyeon tidak akan kembali lagi.

|Selamat siang Komisaris, besok kita harus segera menangkap ketua mafia Choi. Kita di minta bersiap karena seperti yang kita semua tau, walaupun mereka adalah kelompok mafia kecil tapi mereka mempunyai kekuatan yang lumayan besar.

Kira-kira seperti itulah isi pesan yang tak sengaja Hyunjae lihat di ponsel Juyeon.

Selama ini yang ia tau hanya lah Juyeon seorang pria yang bekerja di kantor tak menyangka kalau Juyeon adalah seorang anggota kepolisian. Dengan tugas yang sangat berbahaya.

"Joel, ku mohon jangan bangun di saat seperti itu. Juyeon hyung sedang dalam bahaya." Hyunjae sangat takut, sisi lain Juyeon akan bangun di saat yang tidak tepat.

°•°

Juyeon masuk ke dalam ruangan yang sudah di penuhi anggota yang akan bertugas bersama nya.

Semua nya di sana membungkuk hormat pada Juyeon.

"Dimana lokasi nya?" Tanya Juyeon tegas.

"Sebuah desa terpencil yang sangat  jauh dari kota." Jawab salah satu dari mereka. Juyeon mengangguk mengerti.

"Kalau begitu 15 menit lagi kita berangkat. Kalian periksa ulang semua nya aku akan menemui Jendral dahulu."

"Siap!!."

Semua nya segera bersiap untuk keberangkatan mereka. Menyisakan Juyeon sendiri di ruangan itu.

Juyeon memejamkan mata nya, bayangan Hyunjae sangat jelas terlihat. Senyum manis nya, ekspresi nya saat marah, sedih, semua nya terlihat jelas oleh Juyeon.

"Aku akan kembali pada mu, aku berjanji." Tekad Juyeon, bagaimana pun ia tidak bisa meninggalkan Hyunjae begitu saja.

°•°

note : bagi yang mau jawab, aku mau nanya dong kesan dan koreksi dari kalian ke cerita ini tuh gimana si? jujur ya😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

note : bagi yang mau jawab, aku mau nanya dong kesan dan koreksi dari kalian ke cerita ini tuh gimana si? jujur ya😉

DEUX CÔTÉS °•° ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang