°•°DEUX CÔTÉS14°•°

2.5K 359 44
                                    

.

.

.

.

Sudah 3 bulan berlalu, kehidupan Juyeon dan Hyunjae kembali seperti biasa. Tapi, ada satu hal yang berbeda dari Juyeon yaitu sikap nya pada Hyunjae. Sudah beberapa minggu ini Juyeon menjadi agak dingin pada Hyunjae. Membuat pria cantik itu bingung dan sedih, ia tak merasa membuat kesalahan besar apapun, yang bisa membuat Juyeon marah. Lalu, kenapa Juyeon menjadi seperti itu? Hyunjae sangat bingung.

Malam ini, Hyunjae kembali tidur di kamar nya. Ia tidak mau tidur dengan Juyeon saat sedang seperti ini. Suasana di sekitar mereka pasti akan menjadi sangat canggung. Dan ia tidak mau terjebak dalam kecanggungan itu.

Hyunjae duduk termenung di sofa yang menghadap ke jendela. Rasa nya ia ingin menangis, dada nya sungguh sesak mendapat perlakuan dingin Juyeon.

"Lagipula aku hanya asisten kan, jadi aku harus tau diri untuk tidak menaruh rasa apapun pada nya. Sadar Hyunjae! sadar!" Hyunjae memukul-mukul kepala nya, air mata ikut mengalir membasahi pipi nya.

Hyunjae membenamkan wajah nya pada lipatan tangan nya, tubuh nya bergetar hebat seiring dengan air mata yang mengalir semakin deras. Pria cantik itu terisak tanpa suara, membuat dada nya merasa sakit. Tapi untuk saat ini hati nya lebih sakit.

Hyunjae terus menangis, mengabaikan waktu yang sudah menunjukan pukul 12 malam. Tak peduli kalau besok mungkin mata atau bahkan wajah nya akan membengkak. Ia ingin mengeluarkan semua walau hanya lewat air mata nya.

Tanpa Hyunjae sadari, Juyeon berada di pintu kamar nya. Menatap punggung rapuh asisten cantik nya. "Maafkan aku." Lirih Juyeon menutup kembali pintu kamar Hyunjae dan kembali ke kamar nya.

Punggung bergetar Hyunjae perlahan tenang, mungkin pria cantik itu terlalu lelah menangis hingga berakhir tertidur dalam posisi duduk di sofa.

°•°

Juyeon bersandar pada headboard, pria tampan itu memejamkan mata nya walau tidak tidur. Ia merasa sakit melihat Hyunjae menangis seperti tadi. Ini semua salah nya tapi ia juga tidak bisa berbuat apapun.

"Maafkan aku Hyunjae." Juyeon membenarkan posisi nya menjadi berbaring bersiap untuk tidur.

°•°

Pagi nya Juyeon sudah rapi dengan setelan nya, tak lupa sebuah koper hitam di seret nya hingga ruang tamu.

Hyunjae dengan mata sembab nya menatap Juyeon. Namun kembali memalingkan wajah saat pria tampan itu balas menatap nya. Mereka sedang sarapan bersama sekarang.

Hyunjae berharap saat Juyeon melihat keadaan nya yang bisa di bilang mengenaskan pria tampan itu akan perhatian pada nya. Tapi kenyataan nya Juyeon hanya menatap nya tanpa mengucapkan apapun.

"Kenapa kau berubah hyung?" Inner Hyunjae sedih.

Juyeon menyelesaikan sarapan nya. Ia bangkit dari kursi di ikuti Hyunjae. "Aku akan mengatar sampai depan." Ucap Hyunjae lalu meneguk susu nya yang sudah mendingin seperti sikap Juyeon.

Juyeon menatap Hyunjae lekat, senyum tipis tercipta di wajah tampan nya.

"Ayo!" Juyeon mengangguk.

Juyeon berdiri di ambang pintu, berbalik manatap ke arah Hyunjae yang sedang menunduk.

"Jaga lah dirimu selagi aku pergi." Hyunjae hanya mengangguk tanpa mengangkat wajah nya.

"Aku sudah pernah bilang bukan, aku tak suka berbicara pada lawan bicara yang tidak menatap ku." Tubuh Hyunjae menegang, perlahan ia mengangkat kepala nya dan menatap Juyeon.

"Aku akan menjaga diri, hyung juga hati-hati." Ucap Hyunjae.

Juyeon mengangguk "Kalau begitu aku pergi." Pamit Juyeon, menyeret koper nya keluar dari rumah.

Hyunjae menatap sendu punggung tegap Juyeon. Tak ada pelukan, ciuman di kening atau ucapan manis. Dada nya kembali sesak, mata nya memanas dan cairan bening kembali menumpuk di mata nya.

"Cepat kembali hyung." Lirih Hyunjae kemudian menutup pintu.

°•°

Juyeon sudah berada di dalam pesawat yang akan mengantar nya ke Paris. Ia menatap langit cerah dari jendela pesawat.

"Kau yakin melakukan ini?" Tanya seseorang di sebelah Juyeon.

Juyeon mengangguk dan menoleh pada lawan bicara nya. "Ya, aku sangat yakin." Jawab nya tanpa ragu.

Orang itu menghela napas nya, keputusan Juyeon memang tidak bisa di ganggu gugat oleh siapapun.

"Baiklah terserah dirimu saja, tapi kau jelas tau ini sangat menyakiti Hyunjae kan?" Ucap orang itu. Dapat jelas ia lihat mimik wajah Juyeon berubah sendu.

"Aku tau, tapi bagaimana lagi." Jawab nya pelan.

°•°

Sudah seminggu semenjak kepergian Juyeon ke Paris, sungguh hari-hari yang sangat sepi bagi seorang Lee Hyunjae. Sendirian di rumah besar Juyeon.

Dan lagi, tuan tampan nya itu sama sekali tak memberi kabar apapun pada nya. Walau hanya sebuah pesan singkat ia akan sangat bersyukur. Tapi nyata nya tidak.

Hyunjae yang sedang menonton televisi mendengar bel rumah berbunyi, ia bangkit dari duduk nya dan berjalan ke depan.

Kalau itu tamu Juyeon, ia akan menyuruh nya kembali lain waktu saat Juyeon sudah kembali.

Hyunjae membuka pintu, sosok Changmin yang sedang menangis di pelukan Younghoon membuat nya bertanya-tanya.

"Hikss.. Hyunjae, Juyeon.." Ucap Changmin kemudian memeluk Hyunjae.

Hyunjae bingung, hanya bisa membalas pelukan Changmin. "Ada apa? Juyeon hyung kenapa?" Tanya Hyunjae.

Changmin masih menangis di pelukan Hyunjae. Younghoon menepuk bahu Hyunjae.

"Juyeon hyung kecelakaan saat berada di perjalanan." Hyunjae menahan napas, mata nya memanas dan air mata mengalir begitu saja.

"Tidak! Ini pasti hanya lelucon kan? Sungguh lelucon yang sangat tidak lucu." Hyunjae membantah, Juyeon pasti baik-baik saja dan Younghoon beserta Changmin hanya mempermainkan nya,

"Tidak ada alasan untuk menjadikan ini sebuah lelucon." Ucap Changmin menatap Hyunjae.

Hyunjae jatuh terduduk, pria cantik itu mulai terisak. "Aku ingin bertemu Juyeon hyung, hikss.."

"Kau bersiap lah, kita akan berangkat malam ini ke Paris." Ucap Younghoon yang di angguki Changmin.

"Changmin bantu Hyunjae ya, dan tenangkan dia." Changmin kembali mengangguk.

"Ayo Hyunjae." Changmin membantu Hyunjae bangun lalu menuntun Hyunjae masuk ke dalam.

°•°

°•°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DEUX CÔTÉS °•° ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang