CHAPTER 1

67 9 11
                                    

"Anjir si ara mana?!! 5 menit lagi bel masuk!" Protes Faya sambil memukul meja di depannya. Faya selalu keburu dalam hal apapun.

"Masih pagi fayaaa, santai dulu nape" ucap Tania yang asik membaca buku novelnya. Tania kalau bicara, pasti ada akhiran 'e'. Dia selalu santai dimana pun dan kapan pun.

"Gimana gak panik coba tan, Pr PPKN belum dikerjain. Terus lu tau kan Bu Ariati kayak apa?"

"Jika ada satu anak saja yang belum mengerjakan tugas dari ibu, pasti bakal dihukum satu kelas. Aku tau fay, tapi kamu tenang dulu. Masak pagi-pagi gini, hawa di kelas udah panas kayak nerake"

"Ssstt bentar gw telfon ara dulu" ucap riza sambil menelfon Ara.

"Ck!"

"Nape za?" Tanya Tania.

"Ara ga bisa di hubungin anjir" kesal Riza.

"Duh gue ga mau dihukum ya!" ucap Faya sambil menunjuk Tania.

"Lah kok gue?" tanya Tania kebingungan.

"Ya elu sih, pakai acara tenang-tenang segala. Udah tau kondisi lagi panik mencekam gini"

Riza melerai mereka, "Udah fay, terima nasib aja". Faya pun melipatkan kedua tangannya di depan dadanya sambil menghela napas.

Pintu kelas yang awalnya tertutup tiba-tiba terbuka. Seseorang membuka pintu itu lalu berjalan dengan santainya.

"Gak ada bedanya sama Tania"

"Araaaaaaa!" teriak Faya.

"Hm?"

"Buku PPKN lo mana?" Tanya Faya.

"Lah, emang kenapa nyarik-nyarik buku PPKN gue?" Bingung Ara.

"SEKARANG ADA PR PPKN ANJIR!" tegas Riza.

"Loh gw gak inget tuh" jawab Ara dengan santai.

"Astaghfirulah gustiii! Berati lo gak inget klo ada pr sekarang?" Tanya Tania.

"Ya kagak lah"

"Mampush bisa mati kita" ucap Faya.

Mendengar percakapan itu. Ketua kelas naik ke atas meja. "Guys mohon perhatiannya!" Perintah igo.

Anak-anak langsung fokus kepada igo. "Karena kita semua belum mengerjakan pr PPKN, jadi kita harus sepakat jangan ada yang kasih tau ke Bu Ariati kalau ada pr. Ngerti?!" Jelas Igo.

"Siap goo" serentak anak-anak.

Dari jendela, Igo melihat Bu Ariati berjalan menuju ke kelas. Dengan cepat igo langsung turun dari meja dan mengatur anak-anak untuk duduk tempat nya masing-masing.

"Assalamualaikum anak-anak".

"Waalaikumsalam ibuu" serentak anak-ank.

"Gimana ada yang masih bingung tentang materi yang kemaren? Kalau tidak ada, saya lanjut ke materi selanjutnya".

Salah satu anak mengacung tangan nya. "Iyaa zeyna?" Tanya Bu Ariati.

"Bu sekarang ada pr" ucap Zeyna. Membuat heboh satu kelas.

"Yang di tanya tentang materi, yang jawab malah tentang pr. Bego" kesal Ara.

"Ck...si mulut ember berulah" cibir Tania.

"Itu zeynaa mulut galon! Udah gw bilang jangan kasih tau, malah dikasih tau bego argh" ucap igo sambil memukul meja.

"Ayo pr nya dikumpulkan sekarang!" Perintah Bu Ariati.

"..."

"Kenapa diem semua?!"

"..."

Kali ini suara Bu Sri makin memuncak."Sekarang kalian keluar semua, berdiri di tengah lapangan sampai jam pelajaran berikutnya!".

"Tu anak gw kasih perhitungan ntar"

"Kasih perhitungan gimana tan?" Tanya Riza.

"Wait". Tania berdiri lalu menghampiri Zeyna yang berada di depan bangkunya. **Bruk**

Zeyna terjatuh."Aw sakit woi!".

"Rasain tu zeyna" ucap Faya.

"Eh jatoh? Maap zey ga se-nga-ja" ucap Tania sambil memperjelas ucapannya.

Lalu Zeyna berdiri dan mendekati Tania. "Makanya kalau jalan pake mata!"

"Eh sorry sorry ni ye. Gw jalan pake kaki, yang liat mata gw HAHA" ucap Tania.

"Udah udah ayok ke lapangan" ucap Ara melerai Tania dan Zeyna.

Anak-anak sudah menata barisan di tengah lapangan dengan cuaca yang sangat panas membuat keringat bercururan.

"Eh by the way, Miss Reno mana? Kok ga keliatan hidungnya" tanya Faya dengan mata mencari sosok Reno.

"Huft... Dia kan td dateng setelah gw" ucap ara.

"Truss?" Ucap Faya sambil memajukan mulutnya seperti kuda.

"Yaa pastinya Reno udah lah"

"Oh" jawab singkat Faya.

"Argh!"

"Kenapa lu tan?" Tanya Riza.

"Tangan gue pegel anjir, ck" ucap Tania sambil menurunkan tangannya. "Taniaa tangannya hormat!"

"Anjir ah kecyduk" cibir Tania sambil menaikkan kembali tangannya membentuk **hormat**.

"Mampush lo tan HAHA" ucap Faya sambil ketawa jahat.

"Masyaallah doi gw cakep kalau keringetan" ucap Ara dengan mata melihat sosok yang di maksudnya itu di pojok barisan.

"Eh eh sapa ra?" Kepo Faya.

"Eh ga jadi" ucap Ara salah tingkah. Mata Ara kembali melihat Bendera sambil menutupi salah tingkahnya. Yeah... Ujung-ujungnya tetep ketauan sama tiga teman laknatnya itu.

"Ra jangan jadi Riza ke dua deh" ucap Tania.

"Aku?" Tanya Riza.

"Bukan, setan" kesal Tania. Udah panas-panas kayak gini ditambah Riza berulah, huft...tambah panas ni suhu. Kayak lagu hareudang aja.

Tiba di kelas anak-anak langsung rebahan. Ada yang rebahan di lantai, di meja, di kursi. Ada juga yang rebahan di atap, sungguh hebatnya temanku ini, kayaknya mau menjelma jadi cicak. Tapi tidak dengan para kadal, mereka langsung ke kantin. Emang ga ada harga dirinya mereka, udah dihukum masih aja buat kesalahan yang berbeda.

"Aduhh... Haus. Taniaa bawa air ga?" Tanya Ara.

"Airku tinggal dikit, di abisin sama si faya nih" jawab Tania sambil mengibas baju seragamnya.

"Hehe... Kan Tania baek" ucap Faya sambil cengar cengir kayak orang gila ditambah mata kedap kedip kayak orang ga punya dosa. Eh tapi kalau mata ga kedap kedip ntar di kira ga normal lagi. Argh!, ntah lah.

"Ck! Eh Riza bawa air ga?"

"Bawa neh, minum aja tapi jangan di abisin" ucap Riza sambil mendorong botolnya ke Ara.

"Thanks"

Ineffable (Completed) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang