CHAPTER 17

3 2 0
                                    

"astagfirullah muntaz nge chat gw, dapet dari mana nomer gw cuk" ucap Faya.

"Yaa temennya lah" ucap Tania sambil menunjuk diri sendiri.

"ANJING! KENAPA LO KASIH NOMER GW KE MUNTAZ?!" Ucap Faya sambil melemparkan bantal ke muka Tania.

"Astagfirullah muntaznya kok yang maksa" ucap Tania.

"Bohong" ucap Faya.

"Beneran, nih lo cek sendiri" ucap Tania sambil memberikan ponselnya ke Faya.

Faya langsung mengecek ponsel Tania. "Dia minta sendiri ke lo? Beneran? Tumben?"

"Yaa mana gw tau lah" ucap Tania.

"Ga usah ribut woi, gw lagi nonton jimin" ucap Riza yang berada di meja belajar Ara. Sambil menonton di laptopnya.

"Udah kelar mang, ributnya" ucap Faya.

"Eh lo kok diem mulu. Ga biasanya lo begini" ucap Tania.

"Tadi jay ga masuk masak" ucap Ara.

"Ooo ayang bebepnya ga masuk, terus galau deh" ucap Faya.

"Apasih ga lucu" ucap Ara sambil melempar bantal ke muka Faya. Lalu berjalan ke arah jendela kamar.

"Gw takut jay ikut gelut" ucap Ara.

"Jangan bilang lo liat jay ada di salah satu dari mereka" ucap Tania.

"Yang mana?" Tanya Faya.

"Duh yang kemaren lusa, yang ke bukit itu lho" ucap Riza.

"Lo liat jay ra?" Tanya Faya.

"Iyaa gw liat jay, dia pake jaket hitam" ucap Ara.

"Kedinginan kali ra" ucap Riza.

"Serius za, dia pake jaket warna hitam terus bawa senjata pisau kecil gitu" ucap Ara sambil duduk di pinggir ranjangnya.

"Jangan bilang dia sekarang sekarat di rumah sakit" ucap Tania.

"Eh setan, jangan ngomong gitu. Itu anak orang" ucap Ara.

"Ya kali anak monyet ra" ucap Tania.

"Tapi ya lo tumben-tumbenan mikirin cowok" ucap Faya.

"Nah bener, biasanya mah bodo amat" ucap Riza.

"Sama, masa iya gw suka sama jay" ucap Ara.

"Pasti suka" ucap Faya.

"Gw bingung antara suka sama kagum" ucap Ara.

"Mending lo nyebur ke samudra, terus lo pikir baik-baik lo itu suka apa kagum" ucap Tania.

"Kenapa ga nyebur ke got depan aja?" Ucap Riza.

"Bego" ucap Ara.

_____________________

"Gimana kabar si jay?" Tanya Tania.

"Udah seminggu dia ga masuk" ucap Ara.

"Lho ada surat nggk?" Tanya Tania.

"Nggk ada blas" ucap Ara.

"Coba lo telpon anaknya" ucap Tania.

" Gw ga punya nomernya, kalo punya kan gw pasti nelfon dari minggu kemaren" ucap Ara.

"Oh iyaya, kejar ra" ucap Tania.

"Ngapain di kejar?" Tanya Ara.

"Lo ga pernah kayak gini sebelumnya. Kalo lo emang beneran suka sama jay, kejar ra jangan diem mulu" ucap Tania.

"Gw takut ini cuman kagum doang" ucap Ara.

"Apa yang lo rasain pas di deketnya?" Tanya Tania.

"Nyaman" ucap Ara.

"Tuh kan bener, lo itu suka sama jay. Lebih dari suka ini mah" ucap Tania.

"Assalamualaikum mamang" ucap Faya membuka pintu kamar Tania sambil membawa satu kantong plastik kecil, sedangkan Riza membawa dua kantong plastik besar.

"Waalaikumsalam. Astagfirullah kok lo enak banget cuman bawa satu plastik kecil" ucap Ara.

"Gw capek" ucap Faya.

"Emang lo pikir gw ga capek apa?" Ucap Riza.

"Minum dulu riz, biar ga emosi" ucap Faya sambil menjulurkan minuman dingin.

"Itu pesenan gw ada semua kan?" Tanya Ara.

"Gw juga kan?" Lanjut Tania.

"Iya aman, minimarket sebelah lengkap banget. Bangga gw nge kos di sini, deket sama minimarket pula" ucap Faya.

"Sapa dulu dong yang pilih, gw gitu lho" ucap Tania sambil memainkan lidahnya.

"Kok gw jijik ya, denger tania ngomong gitu" ucap Ara.

"Abaikan ra, ayo kita pesta makan jajan" ucap Tania.

_________________

One years later

"Ra siap?" Tanya Tania.

"H-ha?" Ara membuyarkan lamunannya.

"Kok lo ngelamun mulu, napa ra?" Ucap Tania.

"Jay ngilang" ucap Ara.

"Tuh kan bener, lo itu suka sama jay. Ga mungkin kan setahun ini lo mikirin jay mulu, mending lo cari info tentang jay deh" ucap Tania.

"Udah gw cari kemana-mana, ke temen kelas gw. Tapi mereka ga ada yang tau" ucap Ara.

"Bentar ra, jay itu manusia apa jin ra? Kok dia cuman muncul sekejab doang, hebat skali" ucap Tania.

"Ya manusia lah" ucap Ara.

"Ya udah ra mau gimana lagi. Kita udah lulus terus kita mau balek ke rumah" ucap Tania.

"Hmm iya juga" ucap Ara.

"Ya udah yok pulang. Tuh si faya sama riza udah nungguin di mobil" ucap Tania sambil membantu membawa barang-barang Ara.

Ara mengunci pintu kamarnya. "Huft sampai jumpa bandung"

Selama perjalanan. Ara mengingat kembali kenangan itu. Ke bukit, ke cafe, ke warteg terus tertawa bersama hingga lupa waktu.Dengan angin malam yang sangat dingin. Tapi ini hanyalah sebuah kenangan yang terlintas di pikiranku saat ini.

Ineffable (Completed) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang