SAVAGE 4

4.7K 131 3
                                        

08xxx

Sayang√√

√√?

Save dong, pacar
sendiri nggak disave_-√√

√√Salah orang

Astaga segitunya Lo Nay!√√

08xxx calling

"Hello calon istri ku tersayang"

"Siapa?"

"Pangeran Taksa tertampan di dunia"

"Salah sambung"

Tut Tut

Dengan cepat Naya mematikan sambungan Telepon, bisa-bisanya Taksa mempunyai nomor telepon dirinya, sedangkan yang mempunyai nomornya di sekolah hanya segelintir orang saja.

Cklek

Pintu kamar Naya terbuka dan menampakkan sosok yang beberapa hari ini ia rindukan.

"Ayah" Seru Naya dan mendekat pada sosok tersebut.

"Sudah malam sayang, kenapa belum tidur?"

"Belum bisa tidur" Adu Naya

"Eyang disini kan?" Tanya Alam memastikan dan dibalas anggukan kepala oleh Naya.

"Yaudah Naya sekarang tidur, ingat! Besok Naya sekolah" Ucap Alam dan mencium kening Naya tanda perpisahan.

Sebelum pergi, Naya mencekal lengan Alam dan menatap Alam.

"Ayah,, ayah akan di rumah kan?" Alam tersenyum mendengar ucapan putrinya.

"Kamu kira ayah akan kemana kalau nggk di rumah Naya?"

"Naya takut ayah pergi lagi" Ucap Naya sambil menunduk.

Dengan cepat Alam memeluk sang putri dengan erat. Ia tahu, putrinya sudah lelah, lelah akan kesendirian di rumah ini. Jika Alam bepergian jauh karena urusan kantor maka Naya harus berada di rumah sendirian. Walaupun kadang mama Alam juga menemani tapi ia tahu, dirinyalah yang dibutuhkan sang putri.

"Malam ini Ayah akan tidur di sini" Naya langsung berbinar mendengar ucapan sang Ayah.

"Benar?"

"Ayah tidak pernah berbohong kan dengan Naya?" Setelah mengucapkan itu. Alam melangkahkan kakinya menuju kamar mandi sang putri.

Inilah yang Alam rindukan, setelah putrinya beranjak dewasa ia jarang sekali mengobrol dekat seperti sekarang.

Naya yang ceria menceritakan kisah sekolahnya dan bahkan seperti bukan Naya saat di sekolah. Naya sebenarnya mewarisi sikap bundanya namun keseharian lah yang membuat Naya seperti sekarang. Jujur Alam juga sedih jika melihat Naya kesepian, kalau seperti ini ia selalu teringat sang istri yang sudah hampir 17 tahun pergi mendahului dirinya.

"Bercerita nya sudah sayang, Naya harus tidur"

"Ayah! Ayah tidak seru" Cibir Naya

"Kita lanjutkan besok okay? Ayah lelah sayang" Ucap Alam dan langsung membaringkan tubuhnya.

Melihat wajah letih Alam, Naya memandang sejenak dan menghela nafas panjang. Ia tahu ia tak boleh egois, ayahnya lelah karena seharian bekerja untuknya.

"Selamat malam ayah"

Hari yang berbeda seperti hari biasanya. Naya melangkahkan kakinya dengan senyum yang berkembang. Mungkin sebagian siswa yang mengenal Naya akan menganggap Naya aneh, pasalnya Naya tergolong siswa yang jarang tersenyum.

"Kalau senyum cantik juga" Ucapan seseorang melunturkan senyum cantik dari Naya.

Dengan kesal Naya mencoba mengabaikan ucapan Taksa.

"Nay kantin yuk" Naya kembali mengacuhkan Taksa.

"Lo nggak lupakan ancaman gue?" Naya menatap tajam Taksa.

"Mau Lo apa sih!"

"Gue mau ngajak Lo sarapan, apa salahnya coba?"

"Gue udah sarapan!"

"Lo itu nggak pernah sarapan kalau pagi Nay, gue tau itu!"

"Tapi kali ini gue udah sarapan Sa! Lo bisa nggak sih nggak jadi parasit dalam hidup gue!" Setelah mengucapkan itu, Naya langsung pergi setengah berlari meninggalkan Taksa yang malah tersenyum devil.

"Gue akan buat Lo bertekuk lutut dengan gue! Camkan itu!"

Melihat Bayu yang lambat laut menjauhinya membuat Naya sedih, tapi ia mencoba tegar. Toh, dia sendiri yang meminta Bayu untuk menjauhinya.

"Naya" Panggil Kara

"Kenapa?"

"Boleh pinjem ponselnya?" Naya menyerngit curiga

"Buat apa?"

"Mau ngabarin Bayu, ponselku mati"

"Nggk ada! Pake ponsel lain aja" Tolak Naya cepat.

"Please Nay, please"

"Nggak ada! Lo kenapa sih?" Geram Naya sebal.

Namun tanpa disangka Kara langsung menarik ponselnya dan membuat Naya spontan menghempaskan tangan Kara membuat kara jatuh dan membuat luka di kaki Kara.

"Kamu apa-apaan sih Naya!!" Naya memandang Bayu tak percaya.

Dia datang tepat saat Kara sudah terkulai jatuh, dan tanpa aba-aba Bayu langsung mengangkat tubuh Kara membawanya ke UKS dan perlakuan Bayu sukses mendapatkan perhatian dari masyarakat sekolah.

Hati Naya serasa remuk, ia tak percaya Bayu akan memilih Kara dan membelanya dari pada Naya. Toh, jelas-jelas yang salah Kara tapi Bayu tetap membela Kara.

Diam-diam Nara menitihkan air mata nya dibawah pohon jambu air tempatnya selalu menyendiri.

"Gue udah bilang kan, Bayu nggak cocok sama Lo!" Naya membiarkan orang yang tengah duduk di sampingnya.

"Gue nyuruh Lo mundur, dia itu cuma omong doang. Percaya sama gue"

"Terus Lo apa? Tingkah doang?" Balas Naya sambil menatap Taksa tajam.

"Lebih baik bertingkah daripada cuma ngomong doang? Bukan begitu?" Balas Taksa sambil menyeringai.

"Gue benci Lo!"

"Dan gue akan buat Lo bertekuk lutut dengan rasa benci Lo kepada gue"

Bonus ringan:)

SAVAGE ( HIATUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang