Tabun - Yoasobi🎶
Dua minggu lebih bersama Azura adalah masa paling jungkir balik bagi Langit. Sejak bertemu gadis aneh itu, Langit jadi segila dan semeledak ini.
Bahkan menjadi penulis dulu tidak pernah terlintas di benaknya. Siapa sangka dalam kurun waktu kurang dari seminggu cerita berjudul 'Gadis Hujan' yang dipublikasikannya di Wattpad pembacanya akan semeledak sekarang.
Perlahan, bukan lagi karena takut Azura merajuk, Langit benar - benar menulis karena dia sendiri ingin. Pria itu menjadikan menulis sebagai kebutuhan.
Di manapun dan kapanpun, selagi punya waktu luang, Langit jadi memanfaatkan waktu untuk melanjutkan ceritanya dengan sebaik - baiknya. Sekarang untuk merutuki perasaan kesepian karena ia yang tinggal sendirian pun tidak pernah ada kesempatan.
Rasanya ... selagi Azura ada di dekatnya, Langit terus dan akan selamanya merasa langit miliknya semakin membiru dan lebih cerah dari kemarin. Karena Azura, Langit berhasil menemukan dunianya.
Langit jadi tahu rasanya bersahabat dengan kehilangan. Langit jadi tahu dimana seharusnya ia diposisikan. Langit jadi sadar, bahwa bertemu Azura adalah sebentuk dari rasa syukurnya selama menopang beban sendirian.
'Ceritanya manis abiss! Sukaa ^^'
'Makin ke sini rasanya makin gak sabar buat baca part selanjutnya. Semangat, Kak Langit!'
'Baper aku, Thor! Tanggung jawab'
'Uwwu ... penulisnya manis, karyanya nggak kalah manis:" '
'Next terus, Kak! Semangat ngetiknya >.<'
Ting ....
Sebuah notifikasi pesan membuat Langit menghentikan kegiatan membaca komentar - komentar dari para pembacanya. Pria jangkung itu beralih segera membuka pesan yang ternyata dari Azura.
Oyasumi, Penulis sok ganteng. Lanjut nulisnya besok lagi, ya:v
Besok sekolah?Kayaknya nggak bisa, hehe.
Masih sakit?
Iya, utusan hujan masih perlu minum obat radar rindu lebih banyak lagi:v
Saya jenguk besok, boleh?
Dasar! Tau rumahku aja enggak:v
Makannya kasih tau saya rumah kamu di mana! Kamu itu sukanya ngilang habis itu nggak mau ngasih tau alasan ngilang. Kan saya jadi bingung harus gimana!
Good night, Langit cerewet! Holang kyud bobo' dulu:*
Saya masih belum selesai ngomong, ya!
Jangam tidur dulu! Saya masih mau ngomelin kamu_-
Nggak adil banget kalau selama ini kamu tau segalanya tentang saya sedangkan saya nggak tau apa - apa tentang kamu.
Kayaknya kamu beneran sudah tidur.
Beneran tidur, ya?
Yaudah deh, selamat tidur. Jangan lupa cepet balik ke sekolah.
Saya rindu:v
Selesai menyepam Azura lewat pesan, Langit memilih berbaring terlentang di kasurnya. Azura menghilang lagi.
Sudah 2 hari gadis itu tidak menemuinya di sekolah. Gadis itu hilang jejak. Bodohnya untuk kedua kalinya Langit tidak bisa melakukan apa - apa.
Beruntung saja kali ini dia sudah mempunyai nomor ponsel gadis itu. Jadi setidaknya Langit bisa meneror si utusan hujan menyebalkan bernama Azura itu agar segera memberi kabar padanya.
Menjengkelkannya ketika Langit menelepon hingga berkali - kali, panggilannya ditolak tanpa henti. Sedangkan malam ini gadis itu tiba - tiba mengiriminya pesan sok manis seolah tidak habis berbuat kesalahan apapun.
Haishh! Intinya besok kalau gadis itu sekolah atau membalas pesannya lagi, akan Langit teror Azura sampai gadis itu terganggu hingga memilih menampakkan diri.
Lihat saja!
Sibuk berperang dengan kepala sendiri, Langit akhirnya tertidur dengan handphone masih dalam genggaman serta posisi telungkup. Selain menyebalkan, setiap hal tentang Azura ternyata juga melelahkan.
*****
TRINGG ....
Langit terlonjak sekaligus terbangun dari tidurnya. Hp di genggamannya berbunyi.
Menatap nama 'Makhluk Aneh' di layar handphone - nya, Langit segera mengangkat panggilan. Gadis ini! Dari tadi siang bahkan kemarin ditelepon kenapa harus sekarang dia balik menelepon?
Melirik pada jam yang tertera di sudut kanan atas handphone, Langit semakin mengernyit bingung. Untuk apa gadis itu menelepon jam 3 begini?
"Halo?" Langit membuka obrolan begitu menggeser tombol hijau pada layar benda pipih itu.
Tidak ada sahutan. Justru senyap. Langit pikir mungkin Azura tidak sengaja memencet kontaknya ketika tengah tertidur, tapi begitu satu isak samar terdengar, mata Langit kontan terbuka.
"Zura ... kamu kenapa?" tanya Langit kontan panik sendiri.
Masih tidak ada sahutan. Justru kali ini terdengar grasak - grusuk dari seberang sana. Langit mulai menerka - nerka sedang apa gadis itu sekarang dengan luar biasa cemas.
"Zura? Kamu nggak pa-pa, 'kan? Kamu lagi di mana?" tanya Langit lagi.
Masih tidak ada sahutan. Tapi kali ini satu isak lirih kembali lolos dari seberang sana. Berikutnya disusul isak lain yang membuat Langit semakin tak keruan.
"Zur---"
"Langit, k-kayaknya musim kemarau makin deket, deh. Aku takut kita gak ketemu lagi."
Selanjutnya, telepon dimatikan. Langit menelepon ulang Azura hingga berkali - kali. Tapi tetap tidak ada balasan.
Justru gadis itu kembali me - reject teleponnya. Mengacak rambut frustasi, Langit memilih berjalan ke luar kamar.
Kantuknya hilang seketika. Terganti perasaan cemas juga tanya yang semakin banyak bermunculan di kepala tentang Azura.
Ada apa dengan gadis itu sebenarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Hujan [TAMAT]
Teen Fiction"Aku suka hujan, aku suka sekolah, aku suka semua yang kupunya kecuali kehilangan." *** Langit tidak pernah menyangka, pertemuannya dengan gadis misterius di halte pagi itu begitu banyak mengubah hidupnya. Ia yang semula benci sekolah, jadi lebih ra...