Home away from home

14.7K 2.2K 1K
                                    


"Ga, cepet jemput gue di Southbank Club!"

Sagara yang tengah anteng memandangi layar proyektor yang menayangkan serial Netflix—You harus meringis ketika mendengar suara melengking Tiara dari sambungan telfon.

Melirik jam dinding, sekarang sudah pukul dua belas lewat tengah malam. Cewek itu pasti melakukan hal aneh lagi di luar sana, begitu pikir Sagara.

Semenjak ia kembali ke Bandung, orang-orang semacam berlomba-lomba merepotkannya mentang-mentang hanya Sagara satu-satunya di sini yang masih pengangguran. Pendaftaran program magister memang baru dibuka bulan Januari, sehingga bulan ini Sagara masih tidak punya kesibukan apa-apa selain sesekali rapat dengan The Committed untuk konsep album mereka selanjutnya atau juga, sedikit membantu pekerjaan Pakdenya di kantor.

"Lo ngapain di sana jam segini, Ra?"

Pertanyaan retorik Sagara dibalas dengan dengusan kasar di ujung sana, "Menurut lo aja jam segini gue di Southbank ngapain? Tadarusan? Ya mabok, lah, Sagara!"

"Terus kenapa minta gue jemput? Lanjutin aja maboknya." sindir lelaki itu dengan nada yang sengaja membuat Tiara emosi.

Tiara menggeram, siap mengomel, "Jemput gue cepetannnn! Gue hampir digrepe-grepe Om Om! Sekarang gue udah nggak mood mabok! Tadi gue udah nelfon si Tirta kagak dijawab juga, molor pasti tu anak! Gue nggak mungkin minta jemput Regan karena gak enak sama ceweknya, dan apa yang bisa gue harapin dari si bloon Ijal?! Jadi cepetan, Agantenggg, jemput gue sekarang!—sial, gue mau muntah. Cepetan—hoek!"

Sagara menghembuskan napas kasar. Buru-buru mematikan panggilan dan bergegas meraih kunci mobil, dompet dan jaket.

Astaga, apakah tidak bisa ia dibebaskan dari teman-teman Dajjal macam Tiara?

-

Begitu memarkirkan mobil di parkiran, Sagara langsung dapat melihat sosok Tiara yang berjongkok di sebelah mobil Pajero Sport dengan rambut berantakan dan baju kurang bahan. Bahkan di tengah pencahayaan yang remang-remang, Sagara bisa melihat wajah Tiara yang lumayan pucat.

"Lo jangan muntah di mobil mahal, anjir!" seru Sagara begitu melihat Tiara bersiap muntah di ban mobil warna silver itu.

"Agaaaaa my luvvvv!" sambut cewek itu gembira tapi setengah menangis, "Huhuhuhu, gue pusing banget! Sebeeeeel, gara-gara om om kampret, mood gue langsung anjlok huhuhu!"

Sagara membantu tubuh Tiara berdiri, namun tubuh cewek itu seperti tidak bertenaga sama sekali. Membuat Sagara kewalahan.

"Lo beneran ke sini cuman sendiri? Mana temen-temen lo?"

"Ngamaaaar." rengek Tiara sambil melingkarkan tangannya di pinggang Sagara, "Gue lagi malessss."

"Nyusahin aja kerjaan lo." Sagara mencoba memapah tubuh Tiara, tapi cewek berambut sepunggung itu tiba-tiba berhenti dan tanpa disangka berbalik ke mobil Pajero Sport silver tadi dan berakhir kembali muntah di—ban mobilnya!

Astaga! Sial! Sagara menjerit heboh dalam hati.

"Ra, woy, bego! Jangan muntah di mobil orang—anjing!"

Sagara meremas rambut frustrasi, menyaksikan bagaimana tubuh lemas Tiara tergolek di tanah dengan rambut berantakan menghalangi wajahnya. Tapi yang membuat Sagara ingin mengubur diri adalah, bagaimana muntahan Tiara mengotori mobil mahal itu.

"Hngggh, gue pusiiiiing."

"Kampret lo!" maki Sagara tidak tahan lagi, "Bener-bener dosa lo ya, nyusahin gue begini!"

LARASATI [Book #2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang