Sagara tahu harusnya dia tidak berada di sini.
Selain karena kondisi tubuhnya baru pulih kemarin, Laras tidak mengiyakan ketika dirinya meminta izin untuk datang, tapi tidak juga melarang ketika Sagara tetap ngotot ingin datang.
Jadi akhirnya, setelah kelas yang kebetulan selesai lebih awal, Sagara segera tancap gas ke daerah Setiabudhi, dan di sinilah dia berada.
Di parkiran dekat dormitory, memarkirkan mobilnya di sana karena kebetulan letak dormitory dekat dengan Gymnasium—di mana perayaan wisuda tengah dilaksanakan hari ini.
Sekarang masih pukul 11 pagi, yang artinya para wisudawan masih terjebak di dalam sana. Normalnya wisudawan dibubarkan sekitaran pukul 1 siang karena jumlah mahasiswa yang diwisuda mencapai ribuan.
Setelah memarkirkan mobilnya dengan rapi, Sagara ke luar dari dalam sana untuk kemudian berhadapan dengan kebetulan yang tidak bisa dihindari.
Dia bertemu dengan Gilang—kakak laki-laki Laras.
Cowok itu rupanya memarkirkan mobil fortuner-nya tidak jauh dari tempat Sagara memarkirkan brio putihnya.
Dan tidak sendiri, kakak tingkatnya semasa kuliah itu tengah menuntun sesosok gadis kecil yang amat familiar dan sudah lama tidak dia temui.
Bagaikan drama, mereka hanya saling pandang dalam jarak sekitar tiga meter, sebelum Sagara bergerak terlebih dulu untuk menyalami Gilang.
"Bang, apa kabar?" tanya Sagara, menyapa santai dengan senyuman bertengger di bibirnya.
Gilang memandangi Sagara heran, dari atas kepala sampai bawah kaki, kemudian kembali lagi ke atas. "Ga, udah balik lo?" selesai menyalami Sagara dengan satu tangan karena tangannya yang satu lagi masih menggenggam lengan keponakannya, Gilang mendengus geli ketika sadar akan sesuatu.
"Baru juga nyampe udah ketahuan aja." Sagara terkekeh pelan yang dibalas Gilang dengan pukulan ringan di bahu.
"Lo beneran dateng buat adek gue?"
"Buat siapa lagi, Bang? Gue cuman kenal Laras di sini."
Setelah mengatakan itu Sagara kemudian menunduk, sedikit merendahkan tubuhnya untuk mempertemukan matanya dengan mata jernih milik Anya, yang tengah memandangnya penasaran.
Gadis itu mengerjap beberapa kali, seakan ingin membuka mulut namun ragu, membuat Sagara mengulum senyuman tipis karena tingkah menggemaskannya.
"Nya, inget gak? Temennya Onty kamu, nih." tanya Gilang sambil menggoyangkan lengan Anya pelan.
Sagara menatap Gilang heran, "Bang, gue nggak pernah ngenalin diri sebagai temennya Laras."
"Terus?"
"Ya langsung aja bilang.... gue Om Aga... gitu..."
Gilang tergelak dibuatnya, mendengar kalimat yang terpatah-patah dari seorang Sagara membuatnya tidak bisa menahan tawa.
Sagara tidak pernah terlihat gugup sampai hari ini. Gilang baru tahu adik tingkatnya itu bisa bersikap canggung seperti sekarang.
"Nyanya, ini Om Aga." kata Sagara sambil berjongkok hingga tingginya sejajar dengan gadis kecil itu.
Dan detik berikutnya, Anya langsung melepaskan genggaman tangan Gilang dan melompat heboh ke dalam pelukan Sagara, membuat cowok itu hampir terlempar ke belakang jika saja tidak bisa menjaga keseimbangannya.
"Om Aga.... Nyanya kangen...."
Sagara kembali merasakan perasaan yang membuncah ketika akhirnya bisa memeluk tubuh itu lagi, setelah setahun lebih tidak berjumpa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LARASATI [Book #2]
General Fiction(COMPLETED) Dalam kisah wayang Jawa, nama Larasati dikenal sebagai salah satu istri Arjuna dari jumlah keseluruhan empat puluh satu, dan putri dari Harya Prabu Rukma. Dalam hidup saya, Larasati punya kisah tersendiri. Layaknya tokoh Larasati dalam...