Siang ini Momo sedang menunggu Brian di taman kampus, Brian akan menjemputnya dan itu sangat membuat Momo senang. Brian akhir-akhir ini sibuk bahkan Momo hanya melihat Brian setiap sarapan saja, itupun hanya sebentar.
Momo menghela nafas, di kedua tangannya sudah ada 2 cup ice cream yang mulai mencair, kedua matanya menatap ponsel di samping dengan harapan Brian memberinya sebuah pesan singkat.
Matahari sangat terik membuat Momo berkeringat sedikit, Brian bilang 10 menit lagi ia akan sampai tapi sudah 20 menit Momo menunggu dan Brian belum datang juga.
Momo menundukan kepalanya sambil mengayunkan kedua kakinya, perutnya merasa tidak enak akhir-akhir ini dan senyum kecil tercipta diwajah cantiknya ketika melihat sepasang sepatu berada di hadapannya.
"Da-Ayah"
"Hai"
"Emmm hai Ayah"
"Boleh Ayah duduk?"
Momo mengangguk lalu sedikit menggeser tubuhnya untuk Wonpil.
"Bagaimana kabar kamu?"
"Seperti yang Ayah lihat, kalau Ayah?"
"Ya Ayah sedikit kesepian"
Momo menatap Wonpil yang sedang berbicara, karena Wonpil selalu mengajarinya akan hal untuk menatap seseorang ketika orang itu sedang berbicara.
"Boleh Ayah bilang, kalau Ayah rindu kamu?"
Wonpil menatap sendu Momo, ia sungguh rindu.
"Maafkan Ayah atas semuanya..."
"... bikin kamu tersiksa"
Momo yang memang berhati lembut langsung mengambil kedua tangan Wonpil.
"Ayah, aku tak apa"
"Yaa kamu sangat sehat"
Momo tersenyum lalu memeluk Wonpil dan memejamkan matanya, ia juga rindu.
"Apakah Brian kasar terhadapmu?"
"Tidak Ayah"
Wonpil melepaskan pelukannya lalu mengambil sesuatu dari jaket denimnya dan melepaskan jaket itu, karena sangat panas.
"Ini foto kamu pas kecil, imut banget bahkan sampe sekarang"
Momo tersenyum, Ayahnya kenapa?.
Momo melihat senyum di wajah Wonpil, Ayahnya sangat tampan jika lembut seperti ini dan Momo tau bahwa Wonpil benar-benar kesepian.
"Ini kamu pegang ya?"
"Loh kenapa?"
Wonpil memberikan foto-foto Momo kecil kepada Momo dan mengambil jaketnya juga berdiri.
"Ayah gabisa lama-lama disini, Ayah takut Brian lihat dan Ayah janji buat lunasin semua hutang-hutang Ayah dan ambil kamu lagi"
"Ayah, tapi itu semua gaakan terjadi"
Wonpil menghela nafasnya, Momo benar.
"Maaf sekali lagi"
Wonpil menekuk lututnya membuat dia berlutut kepada Momo, kedua tangannya mengambil tangan Momo yang berada di atas kedua pahanya yang terbalut celana jeans panjang.
"Maaf untuk semuanya hiks..."
"... Ayah sakit, Ayah kesepian, Momo maaf"
Momo mengangguk, tak kuasa menahan air matanya yang sedari tadi di bendung.
"Ayah jangan seperti ini"
"Ini semua salah Ayah"
Wonpil menundukan wajahnya membiarkan air matanya menetes begitu saja.
"Ayah, a-"
"Ayah sakit Momo"
Momo menatap rambut lebat Wonpil, dia ingin mengelusnya tetapi tidak bisa karena Wonpil menggenggam tangannya sangat kuat.
"Ayah sakit apa? Jangan buat Momo khawatir"
"Ayah sakit kanker ginjal dan sudah stadium akhir, maka dari itu Ayah meminjam uang kepada Brian hiks..."
Wonpil menatap Momo dengan air mata yang masih keluar juga hidung yang memerah.
"... dengan dalih perusahaan bangkrut da-dan kamu hiks..."
Momo memeluk Wonpil, menenggelamkan wajah Wonpil di perutnya membuat Wonpil semakin terisak juga membalas pelukan puterinya.
"... dan kamu yang Ayah relakan, maafkan Ayah"
Momo menggeleng, dia sangat sakit mendengar Ayahnya seperti ini.
"Ayah, aku mohon bertahanlah untukku"
Wonpil melepaskan pelukannya lalu kembali berdiri membuat Momo mendongak.
"Ayah harus pergi dan tolong hiduplah dengan tenang dan bahagia, Ayah sayang kamu"
Wonpil mencium kening Momo dan pergi meninggalkan Momo dengan tangisnya, membiarkan ice cream itu benar-benar cair dan 20 panggilan tak terjawab dari Brian.
"Momo, kamu dimana?!"- Brian.
.
.
.
.
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy 'Brian'
RomanceBagaimana bisa seorang calon hukum terjebak dengan seorang mafia?