6

115 25 4
                                    

"Loh, Jaehyun? Kamu datang lagi?"

Dengan mata yang masih mengantuk, Nara menuju pintu utama sebab terdengar ketukan seseorang. Seusai berbaikan—baik Nara dan Jaehyun saling mengutarakan janji tidak akan mengulangi kesalahan mereka lagi—Jaehyun pun pulang ke rumah tepat jam sembilan.

Dan kini didapati Nara, Jaehyun kembali menghampirinya sekarang. Adakah barang yang tertinggal? Kalau iya, kenapa tidak menghubunginya terlebih dahulu?

Waktu sudah menunjukan pukul dua dini hari. Udara dingin menyelimuti tubuh Nara yang terbalut pakaian tidur. Keadaan di sekeliling sangat sepi dan sunyi, hanya terdengar suara binatang-binatang malam.

Aneh. Setelah beberapa menit baru Nara sadari. Jaehyun kenapa masih berpakaian seragam?

"Jaehyun? Kenapa diam? Barangmu ada yang tertinggal?" Tanya Nara.

Tidak mendapati jawaban dari lelaki itu, membuat Nara sedikit takut. Jaehyun hanya diam mematung—menatap Nara. Bulu kuduk Nara pun seketika berdiri.

Pria ini seperti bukan Jaehyun yang Nara kenali.

Perasaan tak mengenakan Nara rasakan. Nara berjalan mundur langkah demi langkah. Setelah berhasil di belakang pintu, Nara pun segera menutup pintu. Namun saat pintu akan tertutup tepat—Jaehyun keburu menahan.

Sungguh, jantung Nara berdegug begitu kencang. Bukan, kali ini bukan karena rasa senang dihampiri Jaehyun ... melainkan sebab rasa takut.

"Aku mau ngomong. Jangan ditutup pintunya."

Nara sedikit tertegun mendengarkan.

Kini berganti menjadi Nara yang mematung dan Jaehyun yang beralih dari posisinya. Lelaki itu mulai memasuki rumah Nara walau belum gadis ini persilakan—seperti biasanya.

"Aku boleh masuk, kan, Nara?" Jaehyun berdiri tepat di hadapan Nara. Kini keduanya saling berhadapan. Di sisi lain, tangan kiri Jaehyun mulai menutup pintu rumah Nara.

Mulut Nara serasa kaku serta tubuh semakin merinding. Tetapi ia masih sanggup untuk menjawab pertanyaan kekasihnya itu.

"Ka-kamu ...  enggak biasa begini. Aku belum suruh kamu masuk, loh?" Ujar Nara, memberanikan diri. "Emang, ka-kamu mau ngomong apa? Enggak bisa di sekolah aja ngomongnya?"

Nara hingga tidak berani menatap balik mata Jaehyun—yang tak sekalipun mengalihkan padangan ke arah lain, hanya kepada Nara.

"Aku mau kamu."


































































Belum sempat Nara ingin menjawab, Jaehyun lebih dulu mendahului. Ternyata ucapan lelaki ini belum selesai.

"Aku mau kamu pakai gaun merahku lagi, Nara."

Raut kebingungan muncul diwajah Nara. "M-maksud kamu? Kamu mau aku pakai sekarang? Tengah ma–tengah malam begini?"

"Bukan malam ini."

"Lalu besok?"

"Iya, besok."

Nara menghembuskan kasar napasnya sambil memejamkan sejenak kedua mata. Jaehyun ini apa-apaansih? Jadi dia datang ke rumahnya malam-malam begini hanya untuk itu?!

Apa sekarang Jaehyun sedang mengerjainya? Apa sedang Jaehyun siapkan kejutan untuk Nara?

Jaehyun tau betul Nara takut dengan situasi saat ini. Terlebih lagi, Nara tinggal seorang diri. Orangtua Nara sudah lima tahun lalu meninggal. Jadi sekarang Nara hanya tinggal bersama rumah peninggalan orangtuanya saja–dengan bibi yang biasa beberes rumah namun hanya saat pagi hingga siang.

Tapi ... batin Nara tidak mengatakan bahwa Jaehyun memang tidak sedang mengerjainya atau pun menyiapkan kejutan seperti yang kepala Nara kira.

"Kamu ini ya ampun, Jae. Kenapa enggak ngomong di ponsel aja, sih? Aku sampai takut tau sama kamu," Jawab Nara setelah cukup sekian lama diam. "Emang besok kita mau pergi ke mana? Perginya malam atau langsung saat pulang sekolah?"

"Besok saat di sekolah," kata Jaehyun, tersenyum. "Aku mau kamu pakai gaun merahku lagi seperti di sekolah tadi."

"..apa, Jaehyun?"

"Harus mau, ya?"

























































"Tapi, kan, kamu sendiri yang bilang kalau—"

"Shh! Ikuti kataku yang sekarang. Ya, sayang?"

















































"Iya, Jaehyun."








☠️💃💃💃

Red Dresses : Jaehyun ft JihoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang