☁️anneke Jovelyn Kezra 27☁️

8.2K 719 55
                                    

Sedih banget, aku udah nyelesain part ini tinggal di up doang, eh pas dibuka malah ilang, kosong. Jadi harus nulis ulang lagi huhu.

"Nathan, Nicholas!" Anne berlari ke arah nathan dan Nicholas yang sedang memilih buku di bilik baca.

"Xavier, kau harus membawa nathan dan Nicholas ke penjara bawah tanah, tempat kau dulu di penjara!" nafas Anne memburu, ia berbicara dengan susah payah.

Anne mengambil sebuah pisau lipat yang menonjol di saku baju nathan.

Ia mengiris telapak tangannya dengan cukup dalam. Anne mengumpulkan darah di telapak tangannya, ia menyodorkan tangannya kearah Nicholas. "minumlah, mereka tidak akan bisa melukai kalian. Karena didalam diri kalian telah mengalir sempurna darahku, "

Nicholas menghempaskan tangan Anne hingga darah yang ia kumpulkan tumpah berceceran di lantai. "tidak mau." Nicholas melipat tangannya di depan dada, ia membuang wajahnya kearah samping.

Mata Anne berkaca kaca, anne berusaha menahan emosi nya untuk tidak memarahi Nicholas saat ini,

Nathan memperhatikan wajah Anne, ia menarik tangan Anne lalu menyodorkan nya di hadapan Nicholas "minum. Nicholas" Nathan berdesis, ia menatap Nicholas dengan tajam.

Nicholas Terpaku, kakaknya tidak pernah berucap seperti itu kepada nicholas, nathan selalu berkata lembut kepadanya.

Nicholas menarik tangan Anne dengan tidak ikhlas, ia menjilat telapak tangan Anne.

Nicholas mengecap lidahnya berusaha memastikan rasa di mulutnya. Pupil mata Nicholas berubah menjadi merah gelap, sisi iblisnya bangkit begitu merasakan darah Anne.

Nicholas menggigit pergelangan tangan Anne, ia menghisap darah Anne dengan kuat.

Anne menahan ringisan yang hendak lolos dari bibirnya, rasanya lebih menyakitkan dari pada saat Lucifer menggigit nya, sisi iblis Nicholas lebih besar dibandingkan dengan lucifer.

Kepala Anne terasa pening, pandangannya memburam. Anne berusaha sekuat tenaga untuk tetap menjaga keseimbangan nya. Ia tidak boleh pingsan, ia harus tetap memastikan kedua anaknya tetap selamat.

Nathan menarik tubuh Nicholas, gigitan nya di pergelangan tangan Anne terlepas, "sudah cukup"

Pupil mata Nicholas kembali kewarna semula, yaitu hitam keemasan. Nicholas mengusap sudut bibirnya yang terdapat bercak darah.

Nicholas tidak menyangka jika darah Anne semanis ini, jika ia tahu bahwa rasanya se enak ini, ia akan meminta nya setiap saat kepada Anne.

Kedua bekas gigitan Nicholas telah menutup. Kini tersisa luka di telapak tangannya yang sedang menutup secara perlahan.

Tubuh Anne tidak bisa mengobati dirinya dengan cepat jika luka itu berasal dari perak, kekuatannya akan bekerja dengan lambat. Dan sial nya pisau lipat milik nathan terbuat dari perak, anne tidak memperdulikan lagi entah itu perak atau emas sekalipun, ia tengah dikejar waktu agar bisa melindungi semuanya.

Anne beralih kearah xavier, anne menekan luka di telapak tangannya, luka nya kembali menganga lebar, darah kian keluar dengan derasnya.

Anne mengumpulkan Darahnya, ia mengambil telapak tangan xavier,

Anne memindahkan Darahnya ke telapak tangan xavier, darah itu menyerap ke tubuh xavier melalui pori pori. "dulu kau pernah meminum darahku, tapi aku tidak tahu apa itu masih berlaku untuk saat ini, itu sudah terlalu lama. Jadi kau hanya membutuhkan ini,"

Anne menatap xavier. Ia menepuk bahu xavier dengan tegas,"kau harus menjaga mereka, xavier. Apapun yang terjadi."

"seharusnya kau yang bersama mereka, anne. Bukan aku," Xavier berdesis, ia menatap Anne dengan murka.

Anne selalu berusaha melindungi orang lain, ia bahkan tidak memperdulikan dirinya sendiri.

"kalau aku bersama anakku, para warrior milik Lucifer akan banyak yang mati, bahkan Lucifer sendiri akan mati. Jadi aku harus melindungi nya," Anne menatap kedua anaknya dengan sayang.

"Nathan, lindungi adikmu," Nathan tersenyum, dia tidak mengerti dengan keadaan yang terjadi, tapi ia akan mengikuti permintaan Anne.

Anne kembali menatap xavier, ia mengangguk pelan.

Anne melengos, ia berlari meninggalkan mereka bertiga yang sedang menatap nya.

Xavier mengacak rambutnya dengan sebal. Ia menatap nathan dan Nicholas dengan tajam. "kalian harus mengikuti perintahku."

Nathan mengerlingkan matanya dengan genit kearah xavier. "tidak perlu kasar kepada kami, paman"

"berhenti memanggilku paman!" Xavier berdesis.

"tapi kau adalah paman kami," Nathan kembali mengedipkan sebelah matanya.

"berhenti bercanda! Aku akan membunuh kalian jika kalian bukan anak Anne! Cepat ikuti aku." Xavier murka. Ia sangat tidak terima mendapat kondisi ini. Tempat dulu ia di penjara cukup aman, tidak ada yang bisa masuk jika itu orang sembarangan. Xavier tidak bisa berdiam diri di sana sedangkan Anne sedang mempertaruhkan nyawa nya diluar sana.

Xavier sangat mengutuk Lucifer, mengapa Anne begitu mencintai Lucifer yang bodoh itu, mengapa Anne tidak mencintai dirinya saja?! Lagipula ia juga tidak kalah tampan dari wajah Lucifer.

Justru lebih tampan dirinya dari pada si pendek Lucifer, padahal mereka hanya berbeda beberapa senti saja xavier sudah merasa sombong.

Xavier kembali berdecak, ia menatap pintu perpustakaan dengan nyalang. "Anne, bodoh" gumamnya.



See you again!!

Jadi yang ini agak beda sama yang awal, karena aku lupa dan kehapus. Mohon dimaklumii.


Anneke Jovelyn Kezra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang