Happy Reading🤗
Brukk
Eni meringis kesakitan saat dia ditabrak oleh seorang pria di super market.
"Argh! Tuhkan? En jatuh!" bentak Eni mengusap keningnya yang sakit karena terbentur ke lantai. Eni mendongkak lalu menatap pria itu.
"Ihhh! Logan?!" teriak Eni antusias saat mengetahui orang yang telah menabraknya.Logan bergidig ngeri saat mengetahui jika itu Eni. Dari lama Eni memang vans setia satu-satunya Logan. Bukan karena ketampanannya saja, tapi karena Logan banyak-banyak
membantu Eni.
"Sorry, gue gak liat," ucap Logan lalu berlari kecil ke kasir untuk membayar barang yang ia beli di sana. Eni bangkit lalu mengejar Logan. Setelah selesai pembayarn, Logan segera berlari menuju parkiran, dia takut jika Eni mengikutinya dan mengetahui letak rumahnya. Logan menaiki mobil putih lalu melajukannya dengan kecepatan tinggi. Saat Eni membuka pintu super market dia melihat Logan telah pergi."Logan, Logan," ucap Eni menggelengkan kepalanya beberapa kali. Lalu berjalan menuju motornya, Eni mengingat kejadian tadi lalu tersenyum sendiri, bagaimana tidak? Orang yang ia sukai dari smp mengucapkan maaf kepadanya. Mungkin sedikit lebay, tapi Eni belum pernah disapa ataupun berbicara dengan Logan. Eni menghentikan motornya tepat di depan rumah yang tak begitu besar dan tak begitu kecil. Rumahnya terdapat kolam berenang dan lapangan basket kecil. Eni memegang kantong plastik lalu masuk ke dalam rumahnya. Saat Eni melangkah pertama kalinya, Eni disuguhkan pemandangan yang mengerikan.
"Dari mana?" tanya seseorang membuat Eni nyengir salah tingkah. Itu adalah Abahnya Eni, namanya Denis Ricardo. Eni memperlihatkan kantong plastik yang ia pegang ke Abahnya.
"Kenapa gak izin dulu sama, Abah?" tanya Denis membuat Eni semakin takut jika Abahnya akan marah."Ih, Abah! En bukan anak kecil lagi. Lagian, En juga udah minta izin tadi sama Ateu. Abah aja yang gak denger," jawab Eni membuat Abahnya mengangguk dengan tangan dilipat di dada. Denis mendekat ke arah Eni.
"Itu ice cream? Udah, Abah bilang jangan makan Ice Cream terus! Ngeyel banget." Denis menjewer telinga Eni sedikit keras lalu mengambil kantong plastik yang Eni pegang. Tak ada perlawanan, Eni menyerahkan ice creamnya yang ia beli tadi.
"Kamu jangan pergi-pergi lagi. Ganti baju terus cek-up ke rumah sakit bareng Ateu," titah Denis seraya memakan ice cream yang ia dapat dari Anak tunggalnya. Eni menatap ice cream yang sudah tersisa setengah lagi di tangan Abahnya.
"Kenapa liat-liat? Mau?!" Eni cemberut lalu menggeleng pelan. Percuma juga Eni jawab iya. Denis pasti mengomelinya.Eni melangkah lemas ke arah kamar lalu melemparkan tubuhnya ke kasur empuk yang berkarakter ice bear.
"En, jangan makan ice crem, jangan ujan-ujanan, jangan pake motor sendiri, jangan temenan sama cowok, jangan makan pedas mulu. Euh!! Kenapa sih?!" teriak Eni menutupi wajahnya dengan bantal lalu menutup matanya perlahan.Pukul 06.00
Eni membuja matanya perlahan lalu berjalan ke kamar mandi. Dia terlelap hingga pagi hari. Setelah selesai aktivitasnya di kamar mandi, Eni membuka lemari lalu mengambil baju sekolahnya. Hari ini adalah semester pertama baginya di kelas 11.
"Neng, bangun!" teriak Eni menggoyangkan tubuh kucing orangenya. Dia bernama Neneng, Eni merawat Neneng dari umur 5 bulan hingga sekarang umurnya sudah 4 tahun. Neneng belum mempunyai anak karena Eni selalu melarangnya keluar rumah."Neneng! Sekarangkan liburnya udah selesai! Ayo, Neneng bangun. Kalo gak mau bangun, Mamak bilangin ke Kakek mau?! Ayo Neneng! Kalo gak mau sekolah mau jadi apa?! Begal? Jambret? Ouh copet ya? Mamak udah bilang jangan bergaul sama si Jenifer! Dia itu gak di sekolahin! Liat dia, akibat gak di sekolahin, dia udah punya anakkan? Neneng mau punya anak? Umur aja masih lima tahun! Mamak yang umurnya 17 aja belum mau punya anak!" omel Eni menggoyangkan kardus yang Neneng tiduri.
"Meng!" Eni semakin geram saat Neneng berusaha mencakarnya.
"Udah berani sama Mamak? Mamak bilangin ke Kakek mau?! Abah, Neneng gak mau bangun!" teriak Eni membuat Denis berjalan kesal ke kamar Eni.
"Hah! Tahu rasa kamu Neneng! Mamak gak kasih uang jajan nanti di kantin!"Denis membuka pintu kamar Eni, ia di suguhkan pertengkaran antara Anak dan Cucunya.
"En, cepat makan! Biar Abah urus si Neneng!" bentak Denis membuat bulu kuduk Eni merinding. Ia berlari meninggalkan Abahnya di kamar berdua dengan Neneng. Eni berlari menuju meja makan lalu menatap Ateunya yang sedang memasak."Ateu! Cacing En, udah lapar!" seru Eni membuat Anabel terkejut. Anabel adalah Adik Denis. Dia tinggal di samping rumah Eni. Anabel setiap hari memasak untuk Denis dan Eni setelah Kakak iparnya meninggal sembilan tahun lalu.
"Kasyu! Kasyu!" teriak Eni mengebrak meja menggunakan sendok dan garfu. Anabel menatap Eni tajam."Diam, En! Atau Ateu gak kasih kamu makan?" ancam Anabel membuat Eni nyengir. Wanita itu tampak manis dengan rambut pendek dan poni yang menutupi dahinya. Eni mengunakan seragam rapi beserta topi.
"Nah, gitu kan enak."Eni menyandarkan dirinya ke kursi, ia sedikit malas menunggu masakan Anabel.
"Cuci tangan dulu. Ateu tahu kamu baru aja nyentuh, Neneng." Anabel mengambilkan nasi untuk Eni."Ateu jahat! Neneng itu bukan virus lah! En, itu Mamaknya! Ateu jahat beut!" teriak Eni seraya berjalan ke wastafel untuk mencuci tangannya. Anabel menggeleng pelan lalu melihat Denis yang turun dari tangga membawa Neneng dipangkuannya. Eni menatap Neneng sudah rapi dengan pita pink di kepalanya. Eni merentangkan tangan bermaksud ingin mengambil alih pangkuan Neneng.
"Makan dulu! Nanti pangku Nenengnya kalo mau berangkat sekolah!" teriak Anabel membuat Eni mendesis pelan.
"Neneng biar disuapin sama Abah kamu aja.""Iya, iya. Ateu bawel! En, mau bawa Neneng ke sekolah lagi. Boleh?" tanya Eni seraya memasukan makanan ke dalam mulutnya. Ateunya tersenyum licik menatap Eni penuh maksud.
"Percuma juga kamu minta izin. Kalo Ateu bilang gak boleh, kamu tetap bawa, Neneng ke sekolah." Eni nyengir dengan mulut penuh makanan.
"Hari ini Abah kamu bolehin kamu bawa motor, soalnya Ateu ada agenda penting di kantor. Abah kamu juga ada acara sama omeu kamu," ucap Anabel membuat mata Eni terbuka sempurna. Akhirnya ia bisa membawa motor sendiri. Omeu adalah sebutan Eni untuk Omnya namanya Arya. Arya adalah seorang dokter.Eni buru-buru menghabiskan makanan dan minumannya. Lalu menggendong Neneng di pangkuannya. Tak lupa ia juga membawa kandangnya dan tas Neneng. Setelah berpamitan Eni keluar dengan tergesa-gesa ia takut jika Abahnya akan berubah pikiran dan memesankan ojek online untuknya.
Bersambung
Jumkat : 1000 kata
Jam selesai : 23.17
Tanggal hari ini : 17 juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Love || ON GOING
Teen Fiction"Aku tidak percaya dengan cinta terakhir. Karena jika aku sudah tidak ada, mungkin kamu akan mencari penggantiku dan perlahan melupakanku." ----Eni Olivea Amartha----