HappyReading
"Kok, punggung En nyeri ya?" gumamnya memegang punggung bagian bawah. Naomi menatap temannya seperti kesakitan.
"Lo kenapa?" tanya Naomi. Eni hanya menggeleng lalu mengurut pelan punggung bawahnya.
"Lo sakit?""Nggak, Omi. En hanya kecapean aja." Naomi mengangguk lalu meneruskan makannya. Eni hanya menatap makanan itu dan tidak memakannya.
"Lo gak mau makan?" tanya Naomi lagi. Eni menggeleng lalu menjauhkan mangkok mie dari dirinya.
"Lo lagi diet, En?""Nggak, kurus kayak gini dibilang diet. Gak tahu kenapa, selera makan En hilang," jawab Eni menghembuskan nafas berat.
"Gimana hasil cek-up kemarin?" tanya Naomi mengingat jika sahabatnya itu rutin cek-up.
"Lo sehat, 'kan?" Eni tersentak lalu menggeleng cepat."Ih, ini itu Omi atau reporter, sih?" protes Eni. Naomi terkekeh lalu menepuk pundak Eni sedikit keras.
"Ya maaf. Ini artinya, gue sayang dan peduli sama lo," ucap Naomi. Eni menatap sinis Naomi, pasti ada tujuan dibalik ini semua.
"Tadi, uang gue ketinggalan di kelas. Lo bayarin ya?""tuh, ada tujuannya, 'kan? Gapapa deh. Buat Omi, solokan akan En sebrangi, tanjakan emen akan En daki," ucapnya dramatis. Naomi terkekeh lalu memeluk Eni.
"Makasih, En. Lo udah mau jadi sahabat gue. Meski lo aneh dan sedikit gila, gue terima kok." Eni melepas pelukkannya lalu menatap sinis Naomi.
"Omi gak mau, En traktir lagi?"
●●●
"Abah!" teriak Eni saat membuka pintu. Hari ini ia pulang naik ojek online karena Pak Dodi sedang cuti.
"Ini di ruang tamu!" teriak Denis. Eni berlari menuju Abahnya lalu menatap Abahnya sedang asik menonton sinetron kesukaannya dan Eni.
"Udah mulai ya?" tanya Eni duduk di lantai. Eni mengambil cemilan yang ada di meja lalu menatap televisi serius.
"Dari tadi, itu si ceweknya kemarinkan mati? Nah, sekarang ada kembarannya," jawab Abahnya menjelaskan episode yang tertinggal oleh Eni.
"Wah, seru dong! Ateu mana, Bah?" tanya Eni tanpa melepas pandangan dari televisi. Begitu pula Abahnya.
"Ateu lagi di rumahnya, katanya mau pindah rumah ke sini. Rumah yang itu mau di jual sama Nabilah," jawab Abahnya. Eni memasukkan cemilan ke mulutnya sampai mulutnya penuh. Hening, hanya terdengar suara televisi di ruang tamu.
■■■
"Kamu kira?"
"Anda siapa?"
"Ka-kamu seperti kira."
"Siapa kira?"
"Kira adalah mantan istri saya, ia meninggal sebulan lalu akibat tertabrak mobil di sini. Kenapa kamu mirip sekali dengan Kira?"
"Saya tidak tahu. Maaf, saya harus pergi."
"Tunggu! Nama kamu siapa?!"
"Saya Naila."
"Saya Sigit, boleh minta nomor wa."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Love || ON GOING
Ficção Adolescente"Aku tidak percaya dengan cinta terakhir. Karena jika aku sudah tidak ada, mungkin kamu akan mencari penggantiku dan perlahan melupakanku." ----Eni Olivea Amartha----