Neneng dan Alfan?! (4)

20 5 0
                                    

HappyReading💙💙

●●●

Denis membuka pintu kamar Eni, dia melihat wanita itu sudah terlelap. Niat hati Denis ingin menanyakan di mana motornya.
"Selamat malam," ucap Denis mengecup kening anaknya. Saat Denis menutup pintunya Eni beranjak dari ranjang. Eni membuka laci mejanya. Dia mengambil selembar kertas hasil tes kemarin bersama Anabel.

Eni menatap jalanan yang masih macet oleh mobil dan motor. Dia tersenyum lalu menitikkan air mata.
"Mungkin, En gak bisa liat jalanan macet lagi nanti," lirih Eni.

●●●

"Pagi Abah!" teriak Eni dari atas tangga. Dia berlari lalu mengecup tangan Abahnya.

"Pagi, En, Abah mau nanya. Di mana motor Abah?" tanya Denis membuat Eni tak bisa membuka mulut.

"E ... i-itu motornya ke lindes truk, Bah," nyengir Eni. Denis membuka mulutnya tak percaya.

"Motor Abah ke lindes? Gimana ceritanya? Kamu markirin motor Abah di tengan jalan?" tanya Denis. Eni semakin bingung mau menjelaskan apa lagi.

"Nggak, truknya aja abal-abalan. Abah gak nanya, En selamat atau nggak? En trauma tahu pas motor Abah di lindes dan sekarang Abah marah-marah sama, En. Abah milih motor atau anak sih?" tanya Eni mengalihkan pembicaraan agar Abahnya tidak menanyakan bagaimana kejadian motornya di tabrak Truk.

"Tapi...."

"Ih, Abah tenang aja, supir truknya mau ganti rugi, kok hari ini. Udah ya, bye Abah!" teriak Eni seraya berlari menuju mobil Pak Dodi.
"Pak, ayo jalan!"

Pak Dodi adalah supir pribadi Abahnya. Sifat Pak Dodi sedikit tegas dan dingin. Saat di tengah jalan Eni bercerita banyak ke Pak Dodi. Namun Pak Dodi tidak menanggapi apapun. Eni semakin malas jika harus di supiri Pak Dodi. Eni memiliki ide agar ia tak harus di supiri Pak Dodi.
"Pak, berhenti dong. En lupa bawa minuman. Bapak beliin ya," ucap Eni. Tanpa banyak bicara Pak Dodi keluar dari mobil lalu masuk ke mini market.

Eni menjalankan misinya. Ia pindah ke kursi depan lalu melajukan mobilnya cepat. Wanita itu tak pernah menyetir mobil seumur hidupnya. Entah kenapa ia memberanikan dirinya.

●●●

"Gib, berhenti dulu! Bensin gue abis!" teriak Logan. Hari ini pria itu menaiki motor karena mobilnya ada di bengkel.

"Gue duluan aja, Gan!" teriak Gibran yang sama-sama menaiki motor.

"Temen sialan lu!" teriak Logan. Ia memberhentikan motornya di pom bensin. Logan menitipkan motornya lalu ia pergi ke kamar mandi.

Brakk!
Logan terkejut mendengar suara benturan keras sampai terdengar hingga toilet.
"Motor gue!"

Logan terkejut melihat sebuah mobil yang menabrak motor kesayangannya dari smp.
"En! Lu mau balas dendam sama gue!" bentak Logan menatap Eni yang berdiri di sebelah motornya seraya menggigit jari.

"Lo-logan ... maafin, En. En gak bisa nyetir," ucap Eni sejujur-jujurnya. Logan semakin tak habis pikir apa yang dilakukan Eni.

"Kalo gak bisa, kenapa nyetir?!" bentak Logan membuat bulu kuduk Eni berdiri. Wanita itu menggigit jarinya keras.

"Maafin En... sumpah, En gak sengaja ...."

"Kalo lu mau balas dendam, bilang aja! Jangan banyak alasan kayak gini!" bentak Logan menatap Eni tajam.

Kemudian seseorang yang menaiki motor berhenti di depan Logan. Logan itu mengetahui siapa Pria dibalik Helm itu.
"Sial! Ngapain lu ikut campur! Pergi!" usir Logan. Pria itu membuka helmnya, ternyata itu Alfan cowok super cool yang jadi musuh bebuyutan Logan.

"Terserah gue," ucap Alfan menarik tangan Eni tanpa meminta izin.
"Ikut gue."

Eni menggeleng lalu melepaskan tangan Alfan dari tangannya.
"Maaf, Alfan. En belum selesaikan urusan sama Logan," ucap Eni. Alfan menatap Eni dingin.

"Gue bakalan bantu lo." Alfan merogoh sakunya lalu melempar beberapa uang merah ke muka Logan.

Logan semakin emosi dengan kelakuan Alfan.
"Urusan gue bukan sama lo," ucap Logan menunjuk muka Alfan. Eni semakin bingung apa yang harus ia lakukan. Wanita itu memunguti uang yang jatuh lalu menyodorkan uang itu ke Alfan.

"Alfan, gapapa kok. Biar En aja yang tanggung jawab. Toh, ini juga salah En. Ini uangnya." Wanita itu tersenyum. Alfan tak mengambil uang itu tapi malah menarik tangan Eni.

Alfan memakaikan helm kepada Eni. Logan seperti dipermainkan, lantas ia menarik tangan Eni kembali.
"Dia harus ikut gue."

Eni menatap kedua tangannya yang di tarik oleh kedua pria.
"Tapi...."

Logan menarik tangan Eni keras hingga terjatuh di dekapan Pria itu. Alfan memutar bola matanya malas lalu menaiki motornya. Setelah Alfan pergi Logan menjauhkan Eni darinya.
"Logan, Logan gak marah? Nanti En ganti rugi, kok."

Logan menaiki motornya lalu memakai helm.
"Ini cuma lecet. Gue minta maaf tadi, seharusnya gue gak kasar sama lo," ucap Logan tanpa melihat Eni. Wanita itu tersenyum manis lalu naik motor Logan.
"Ngapain lo naik motor gue?"

Eni mendesis lalu mencubit perut Logan, lebih tepatnya jaket Logan.
"Kalo, En nyetir lagi nanti bisa nabrak orang lagi. Logan mau kalo, En di penjara gara-gara jadi tabrak lari?" tanya Eni dengan suara tinggi. Logan mengangguk.

"Pegangan," ucap Logan membuat jantung Eni tak karuan.

"Gapapa?"

"Iya." Eni melingkarkan tangannya di perut Logan. Pria itu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

"Bang belum bayar!" Logan tersentak lalu memutar balik ke pom bensin. Eni menyerahkan uang punya Alfan tadi untuk membayar bensin.

"Mobil lo gimana?" tanya Logan sebelum melajukan motornya.

"Gapapa, udah En chat, Abah kok." Logan mengangguk lalu melajukan motornya lagi.

●●●

Setelah pelajaran di mulai Eni semakin resah di mana keberadaan Neneng saat ini.
"En, lu kenapa?" tanya Naomi di balas gelengan oleh wanita itu.

"Omi! Neneng hilang!" tangis Eni pecah lalu memeluk Naomi erat. Kemudian ada seseorang yang mendekat ke meja Naomi dan Eni. Dia adalah Alfan Pria itu memegang kandang kucing di tangannya.

"Nih, punya lo? Gue bawa pulang kemarin. Gue liat dia di gerbang pas gue mau pulang." Alfan menaruh kandang berisi Neneng di meja Eni. Bukan main, Eni langsung mencium Neneng dan memeluknya erat.

"Makasih Alfan!" seru Eni. Pria itu sudah tidak ada dihadapannya, Alfan sudah duduk di meja depan.

"Kayaknya si Alfan, suka sama lo," ucap Naomi. Eni menjitak dahi Naomi keras.

"Jangan su'udzan, Omi! Noh, Gibran lagi PDKT-an sama kelas sepuluh," ucap Eni jujur. Saat ia berjalan ke kelas ia melihat Gibran selfie-selfie dengan murid baru.

"Biasa kali. Gue udah punya perjanjian sama Gibran. Gapapa mau selingkuh asal jangan minta putus!" ucap Naomi bangga. Eni menggeleng tak percaya temannya memegang prinsip seperti itu.

"Ish, Neneng jangan kayak, Omi yak. Omi sesat. Eh, Neneng udah mandi ya? Kok harum banget. Di mandiin siapa? Alfan?! Neneng buka aurat! Neneng kok jadi bandel! Mamak udah bilang kalo bukan, muhrim jangan mau di mandiin! Pokoknya Neneng harus minta tanggung jawab Alfan! Mamak terima, kok kalo Alfan jadi mantu Mamak. Mamak kecewa sama Neneng!" Omel Eni membuat semua orang di sana menyalahkan Alfan.

"Fan! Tanggung jawab lu!"

"Awokawok, Alfan harus nikah sama si Neneng!"

"Berisik lu semua!" bentak Alfan menutup telinganya menggunakan Head-set

●●●
Jumlah kata : 1079 kata
Jam selesai : 21.24 WIB
Tanggal selesai : selasa, 23 Juni 2020

My Last Love || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang