Hujan Agustus (8)

14 4 0
                                    

HappyReading🤗

●●●

Eni berlari menuju kamarnya lalu menangis keras. Ia mengunci pintu agar tidak ada yang masuk ke dalam kamarnya.
"Kenapa, sih?! Alfan gak mau nikahin, Neneng? Padahalan Neneng cantik! Apa gara-gara Neneng gak pake baju?! En benci sama Alfan!" teriak Eni membuat orang-orang yang ada di meja makan berlari menuju kamar Eni.

"En, buka! Kamu jangan gegabah! Nyebut, En!" teriak Anabel mengetuk-ngetuk pintu kamar Eni keras. Karena menyerah, Arya mendobraknya.
"En, jauh-jauh dari pintu!"

"Pergi! Jangan dobrak pintu kamar En! Dia gak salah! Yang salah itu Alfan!" teriak Eni lalu membuka pintunya. Anabel dan Arya terkejut melihat wajah Eni yang berantakan dan matanya juga lembab.
"Apa?" tanya Eni tersedu-sedu.

"Kamu kenapa?" tanya Anabel memegang pundak Eni. Wanita itu menggeleng, ini bukan sepenuhnya karena Alfan menolak Neneng. Tapi juga karena keluarganya lupa jika jari ini ulang tahun Eni.
"Cerita sama, Ateu."

"Nggak! Ateu sama Omeu gak inget hari ini hari apa? Omeu udah gak sayang sama, En lagi? Ateu udah gak mau ngurusin, En lagi? Gapapa deh. Gak penting juga untuk kalian," ucap Eni membuat mereka semakin bingung. Abahnya hanya diam tanpa ekspresi lalu meninggalkan mereka bertiga.
"Abah! Semuanya menyebalkan! Tinggalin En sendiri!"

"Ya udah, ayo Bie," ajak Arya menarik tangan Anabel. Eni semakin geram lalu menutup pintunya keras.

"Ya allah, kenapa sih mereka ini? Gapapa mereka lupa sama ulang tahun En. Tapi kenapa mereka kayak gitu? Apa En, anak angkat atau anak tiri kaya Cinderella?" ucap Eni menatap bintang-bintang yang mengedip kepadanya.
"Happy brithday to me... happy brithday to me...."

"Selamat ulang tahun wanita aneh, dunia menyayangimu, jangan rapuh dong. Ini cuma ulang tahun, bukan kematian. Kenapa harus sedih? Padahal, En dikelilingi orang-orang yang sayang sama En. Happy brithday to En...."

●●●

"En bangun! Hujan agustus, nih. Gak dibangunin ngambek, dibangunin gak bangun-bangun!" teriak Anabel. Setiap kali hujan pasti Anabel memberitahu Eni, karena dia mempunyai ritual khusus.

"Apa Ateu? En udah tahu dari tadi, En lagi cari toples cantik! Bantuin ayo!" teriak Eni sibuk mencari sesuatu. Anabel terpaksa melakukannya lalu membantu Eni mencari.

"Eh, kemarin toplesnya, Ateu cuci!" seru Anabel menepuk dahinya. Ia lari ke dapur lalu membawa toples Eni.
"Nih, jangan langsung main ujan-ujanan," peringat Anabel. Ia tahu jika Eni pasti akan berlarian main hujan.

"Siap Ateu!" seru Eni berlari menuju luar lalu memulai ritualnya.
"Lain kali Logan harus bantu Eni mengumpulkan air hujan tiap bulan," gumamnya kepada diri sendiri seraya mengumpulkan titik demi titik air hujan, hujan kali ini tidak lebat seperti biasanya. Hanya hujan kecil.

Setelah penuh, Eni menutup toples beraksesoriskan kucing hitam dan bertulisan agustus. Eni menatap toples itu penuh kebahagiaan lalu menuliskan tanggal hari ini dan jam beserta detik saat Eni mengumpulkan air hujan itu. Ia menyimpan toples itu di atas lemari ranjangnya.

"Yey! Udah delapan bulan! Tinggal empat lagi!" seru Eni menatap satu persatu toples berisikan air hujan tiap bulan. Ia memulai mengkoleksi air hujan dari bulan januari.
"Waktunya tidur lagi," ucap Eni. Hari ini adalah hari minggu, wanita itu selalu bermalas-malasan setiap hari libur.

"Happy brithday to you! Happy brithday to you! Happy brithday, Happy brithday, Happy Brithday My Princess." Eni terbangun dari tidurnya lalu menatap sekeliling, ia terkejut saat melihat Anabel, Arya dan Denis membawa kue kecil beserta kado sedikit besar.

"Abah! Omeu! Ateu! Makasih!" seru Eni meniup lilinnya tanpa aba-aba.
"Harusnya, 'kan kemarin?" Denis terkekeh lalu mengecup kening putri semata wayangnya itu.

"Kamu ingat dulu? Mamak kamu selalu merayakan ulang tahunmu sehari lebih akhir," jawab Denis membuat Eni menundukkan kepalanya.
"Maaf, Abah gak bermaksud mengingatkanmu tentang itu," ucap Denis merasa bersalah. Eni menggeleng pelan lalu tersenyum manis.

"Gapapa, itu Omeu! Kadonya biar, En buka sekarang," ucap Eni mengambil kado dari Arya.
"Apa ya? Kunci? Kunci apa?"

"Itu kunci kandang," jawab Arya menunjukkan kandang kucing.
"Abahmu membelikan kucing baru, buat teman Neneng. Omeu pusing kamu terus merengek bahas-bahas, Jenifer." Eni tersenyum senang lalu memeluk satu per satu keluarganya.

"En doain, semoga Ateu sama Omeu mendapatkan anak secantik, sebaik, sepinter dan selucu, En!" seru Eni mengecup Anabel penuh cinta.

"Aamiin."

"Kuenya... Abah...," rengek Eni memergoki Denis sedang asik memakan kue ulang tahun Eni.

●●●

Hari minggu usai, hari ini adalah hari paling menyebalkan bagi Eni. Bukan karena upacara saja, hari ini ada kerja bakti di sekolah. Ia mendapatkan toilet kembali, ia sebal karena Icha dan Logan bisa kerja bersama yaitu menyapu sekeliling sekolah.
"Andai ini mimpi...," lirih Eni menatap Icha yang terus mencari muka kepada Logan.

"Icha, apaan sih Icha? Kok nggak kerja? Icha gak mau, ya? Kalo gak mau kita tukeran aja!" protes Eni menatap tajam Icha. Icha menjulurkan lidahnya lalu mengikuti Logan terus.

"En," panggil Alfan menyentuh pundak Eni.

"Iya Alfan?"

"Lo gak bersihin ini?" tanya Alfan. Alfan adalah ketua osis yang menjadi panitia kerja bakti kali ini.

"Bentar, En lagi males."

"Gue bantu," ucap Alfan membuat Eni tersenyum senang. Eni mengambil sikat lalu menarik tangan Alfan.

"Ayo bantuin," ucap Eni menyadarkan lamunan Alfan. Pria itu mengangguk tanpa tersenyum sedikit pun.
"Eh, Alfan kenapa Alfan jadi cowok cold, sih? Kalo jadi cowok cold itu susah buat dapet cewek tahu."

"Terserah gue."

"Iii, kalo jadi cowok jangan dingin-dingin amat, Alfan. En jadi suka tahu," ucap Eni bercanda. Eni memang suka tipe laki-laki yang dingin tapi romantis, ia terinspirasi dari drama korea yang selalu ia tonton.
"Alfan jangan baper ya. Soalnya nanti Alfan jadi menantu En. Eh, tahu gak? Sebelumnya, En mau minta maaf. Neneng udah punya pacar sekarang, namanya Joni. Dia itu baik, dingin, romantis dan tampan banget, loh. Alfan gak sakit hati, 'kan?" tanya Eni hati-hati. Ia benar-benar takut jika Alfan menghajarnya. Karena ia tahu jika Alfan itu suka ribut dengan Logan.

"Oke," jawabnya singkat membuat Eni kesal. Wanita itu menghentikan aktivitasnya membersihkan toilet.

"Alfan, En lelah. Boleh En duduk dulu?" tanya Eni memegang pinggangnya yang remuk.

"Iya," jawab Alfan tanpa melihat Eni sedikit pun. Eni hanya menatap Alfan dari tempat duduknya.

"Dilihat-lihat, Alfan itu ganteng ya. Kayak Logan," gumam Eni tersenyum manis.

"Jangan sama-samain gue sama dia," ucap seseorang membuat Eni nyengir. Dia tidak tahu jika Logan berada di belakangnya.
"Lo ngapain duduk-duduk di sini?"

"En capek. Logan mau mijitin pundak, En?" tanya Eni membuat Logan terkejut. Siapa wanita ini? Bisa menyuruh dia sesukanya.

"Ora sudi."

Bersambung
Jumlah kata : 1035
Tanggal selesai : Sabtu, 27 juni 2020
Jam selesai : 21.41

My Last Love || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang