Terlempar ke Dimensi Lain dan Menjadi Ratu

83.2K 5K 374
                                    

Kacamata hitam menghiasi wajah mungilnya. Dengan menggunakan setelan mahal, gadis itu keluar dari mobil mewahnya. Langkahnya terasa anggung saat memasuki pusat perbelanjaan. Langkah kakinya langsung menuju ke lantai tiga, di mana terdapat pakaian, tas dan perhiasan mahal dengan Brand ternama. Perempuan memang menyukai hal yang indah. Mata mereka akan berkilau dan segera membelinya jika tertarik terlebih lagi ketika mereka mempunyai uang.

Saat gadis itu sedang asyik memilih tas. Tiba-tiba ponselnya berdering. Wajahnya merengut saat mengetahui nama si penelepon. Segera jari lentiknya menggeser tombol hijau.

“Ayah ada apa?”

“Sung Hwa, di mana kamu sekarang?”

“Di pusat perbelanjaan.”

“Ayah, aku sibuk.”

“Sibuk berbelanja?”

“Itu salah satunya.”

“Jika kamu tidak datang ke kantor sekarang, kamu akan menyesal.”

“Ayah.”

“Aku akan memblokir semua kartumu.”

“Baiklah, aku akan pergi ke kantor!”

Setelah menutup sambungannya, Sung Hwa langsung keluar toko dengan terburu-buru. Tanpa memperhatikan langkahnya, gadis itu merasakan sepatunya secara tidak sengaja turun selangkah dari tangga eskalator. Karena tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya, seluruh tubuhnya segera terjatuh dari tangga. Butuh beberapa saat sebelum tubuhnya berhenti di lantai. Rasa sakit dan sensasi basah dari kepalanya membuat visusnya menjadi buram dan perlahan gelap.


♡♡♡


“Jungjeon Mama.”

Sung Hwa berjuang untuk membuka matanya. Rasa sakit yang hebat berdenyut di belakang kepalanya. Dengan perlahan gadis itu membuka matanya.

“Jungjeon Mama, Anda sadar.” Perempuan yang duduk di samping Sung Hwa berseru dengan keras dan memegang tangannya.

“Siapa kamu?”

“Saya dayang Jo, Mama.”

Sung Hwa dengan bingung mengedipkan matanya. Memperhatikan sekelilingnya dengan baik. Ruangan ini di desain seperti zaman kuno era Joseon. Ketika Sung Hwa melihat dayang Jo, alisnya berkerut.

“Mengapa kamu memakai baju seperti itu?”

Ekspresi terkejut di mata Sung Hwa menjadi lebih jelas melihat pakaian yang ia kenakan sendiri. Semakin ia berusaha berpikir semakin membuat kepalanya terasa sakit.

“Kamu...”

“Jungjeon Mama!” tabib Ma terkejut.

“Tabib Ma, periksa Jungjeon Mama.”

Di salah satu ruangan istana Mawar. Dua orang tengah saling menatap. Salah satunya lebih mendominasi. Layaknya seperti pemangsa Sung Hwa menatap tajam ke arah dayang Jo.

“Jungjeon Mama.”

“Kamu selalu memanggilku Jungjeon Mama. Aku bukan...tunggu kamu memanggilku siapa?”

“Jungjeon Mama.”

Sung Hwa langsung keluar dari ruangannya dengan bertelanjang kaki. Pelayan yang berjaga di depan pintu terkejut. Sung Hwa pun tak kalah terkejut melihat pemandangan yang berada di sekitarnya. Gadis itu pun merasa tidak berdaya. Sung Hwa jatuh terduduk ke tanah. Kakinya seakan menjadi jeli.

“Apakah aku melintasi waktu? Kenapa aku bisa berada di sini? Apakah karena aku terjatuh? Tidak ini hanya mimpi, pasti mimpi. Tapi jika ini nyata apa yang harus aku lakukan? Sung Hwa, tamatlah riwayatmu.”

“Jungjeon Mama!” teriak dayang Jo saat mendapati ratunya terduduk di tanah yang kotor.

Dayang Jo segera menghampiri ratunya dan menyuruh dayang lain untuk membantunya. Sung Hwa yang terlihat sangat terkejut hanya pasrah saat kakinya dituntun untuk memasuki istana. Bibirnya tidak mampu lagi untuk membantah. Pikirannya menerawang di ambang kepanikan.

“Teh ini akan membantu Mama agar lebih baik.”

Sung Hwa menerima secangkir teh yang mempunyai aroma yang sangat sedap. Teh ini bukan teh botol yang di jual di toko-toko. Teh ini mempunyai rasa dan aroma yang autentik. Dan benar saja hanya seteguk saja, Sung Hwa sudah merasa jauh lebih baik.

“Siapa aku?”

“Mama!”

“Jawab saja.”

“Menjawab Mama, Anda adalah ratu di negeri ini.”

“Siapa namaku?”

“Min In Hyeon.”

“Kenapa nama itu tidak asing bagiku? Kamu bilang aku adalah Ratu di negeri ini, siapa yang menjadi Raja?”
“Lee Suk Jong.”

Sung Hwa terlihat sedang berpikir, jika dia mengatakan bahwa dirinya dari masa depan tentu saja pelayannya tidak akan percaya. Bisa-bisa dia akan dianggap sebagai orang gila. Satu-satunya cara dapat dia lakukan adalah mengubur kebenaran dan memerankan peran dengan sangat baik.
“Dayang Jo, ceritakan mengenai  Apa yang dia suka dan tidak suka? Bukan-bukan. Ceritakan latar belakang Ratu In Hyeon! Orang seperti apa dia, musuh, sahabat apa pun itu jangan sampai terlewat. Dan satu lagi kenapa Ratu In Hyeon bisa sakit?”

“Jungjeon Mama, apa Anda merasa kurang baik? Saya akan memanggil tabib Ma.”

“Tidak, jangan lakukan! Aku baik-baik saja. Lakukan saja apa yang aku suruh.”

Sung Hwa hampir tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh dayang Jo. Min In Hyeon  adalah putri satu-satunya dari perdana menteri Min. Menteri Min dikenal sebagai orang yang ambisius dan gila kekuasaan sedangkan putrinya dikenal seorang gadis yang pendiam dan penurut.

Saat pemilihan Sejabin atau Putri Mahkota, In Hyeon menjadi salah satu kandidatnya. Karena perangainya yang baik dan perilakunya yang sopan, menjadikan gadis itu sebagai umpan yang baik. Ayahnya melakukan berbagai cara untuk menjadikan putrinya sebagai Putri Mahkota.
Pada akhirnya In Hyeon diangkat menjadi Putri Mahkota dan seiring berjalannya waktu dia menjadi Ratu mendampingi Raja. Meskipun begitu  kehidupan In Hyeon sangat tidak bahagia. Sang Raja tidak menyukainya.

Di malam pertamanya Raja meninggalkan Ratu In Hyeon sendirian di kamar sedangkan dia sibuk mencari selir.  Dalam kehidupan pernikahan mereka, Raja tidak menyentuh Ratu sama sekali. Sikap dingin sang Raja membuat Ratu sangat sedih. Di dalam istananya sendiri tidak ada tempat untuk bersandar. Raja asyik dengan selir yang dia cintai. Selir itu sebenarnya diangkat oleh In Hyeon sendiri karena perjanjiannya dengan Raja.

In Hyeon merasa tertekan setiap hari. Penghinaan dan ejekan setiap hari dilayangkan untuknya. Setiap orang yang tidak suka padanya melakukan berbagai cara untuk melengserkan kursi Ratu.

Hingga suatu tragedi mengenaskan terjadi. In Hyeon tercebur di  dalam kolam istana. Meskipun In Hyeon terjatuh di depan sang Raja. Raja sama sekali tidak berpindah dari tempatnya berpijak. Dia hanya menyaksikan kematian Ratunya di depan matanya.

Ekspresi Sung Hwa berubah menjadi kekesalan. Tenggorokan dan bibirnya menelan kata umpatan. Sumpah serapah ingin dia layangkan di depan sang Raja. 

Di tempat lain, mata elang itu masih setia menatap gulungan kertas yang berada di tangannya. Menelisik setiap laporan yang diserahkan para pejabat saat pertemuan dewan kemarin. Kegiatannya terusik saat kasim Yang meminta masuk.

“Jeonha.”

“Ada apa ? Apa terjadi?”

“Menjawab Jeonha, Jeongjun Mama tersadar dari komanya.”

“Wanita itu bisa bertahan,” Sahut Lee Suk Jong dengan nada mengejek.







LANDING ON YOU (Promo Spesial  30 September- 3 Oktober 2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang