Jarak yang Terbentang antara Raja dan Ratu

24.3K 2.6K 96
                                    

Di malam hari bintang memamerkan sinarnya. Di era Joseon yang jauh dari kerlip lampu membuat pancaran bintang terlihat mencolok.  Bintang terus berkelip selaras dengan kedipan kedua mata Sung Hwa. Layaknya orang dalam kesendirian, Sung Hwa duduk termenung.

  Meskipun saat bersama orang lain, ia mampu menutupi emosinya namun saat ia sendiri ia tak perlu melakukannya lagi. Kedua mata Sung Hwa tak bisa menyimpan rahasia lagi. Sesukses apa pun perempuan itu, ia masih perlu pundak untuk bersandar. Terkadang ia merasa iri pada Ok Jung. Dia sangat dicintai oleh Raja sedangkan In Hyeon sebagai Ratu hanya dijadikan pajangan.

“Ayah, Ibu. Aku merindukan kalian.”

Betapa panjang malam di istana. Terkadang Sung Hwa merasa jenuh dengan kehidupan istana yang selalu monoton. Peraturan istana yang keras dan dingin acap kali membuat Sung Hwa harus memikirkan berbagai cara. Sung Hwa bersandar di kursi kebesarannya menghitung lilin-lilin yang mulai padam.

“Aku sangat bosan. Jika ada ponsel setidaknya aku tidak akan merasa kebosanan.”

Sung Hwa mendengar langkah kaki yang terburu-buru. Sebelum ia bisa menebak apa yang terjari. Dayang Jo membuka pintu dengan paksa.

“Jungjeon Mama.”

“Ada apa?” Sung Hwa melihat wajah dayang Jo yang memucat.

“Ibu Suri dalam keadaan yang memprihatinkan.”

“Apakah terjadi sesuatu saat perjalanan?”

“Sebaiknya Jungjeon Mama melihatnya sendiri. Saya tidak bisa mengatakannya.”

Langkah Sung Hwa terbilang terburu-buru karena dayang Jo selalu berbicara mengenai kesehatan Ibu Suri. Sung Hwa tidak bisa menebak selain melihatnya sendiri. Saat berada di paviliun Ibu Suri, semua dayang memberi hormat pada Ratu In Hyeon. Sung Hwa langsung memasuki kamar Ibu Suri namun sebelum ia dapat membuka pintu tersebut dengan samar ia mendengar Ibu Suri berbicara sendiri.

“Ini bukan salahku! Naik kuda adalah tradisi jadi jika ia mengandung ia harus menjaga kandungannya sendiri.”

Sung Hwa yang penasaran langsung masuk. Seketika itu pula ia melihat Ibu Suri seperti orang yang kehilangan akal. Ia mengalami gangguan kecemasan yang membuat seluruh tubuhnya menggigil. Perhatiannya hanya tertuju kepada masalah yang ia alami tapi Sung Hwa tidak tahu permasalahan apa itu.

“Ibu Suri, apakah Ibu Suri baik-baik saja?”

“In Hyeon.”

Ibu suri langsung menarik Sung Hwa.

“Ibu Suri, aku membawakan teh dan beberapa herbal untuk Ibu Suri.”

“In Hyeon. Kamu sungguh baik.”

Kecemasan Ibu Suri perlahan sirna meski meninggalkan jejak namun itu tak separah beberapa menit yang lalu. Aura yang dingin mencekam perlahan berubah.

“Ibu Suri saat aku berada di depan pintu, aku mendengar bahwa Ibu Suri mengatakan ‘mengandung’ siapa yang mengandung?”

Mata Sung Hwa hampir melompat saat mendengar cerita dari Ibu Suri. Ia bingung harus bereaksi seperti apa. Ok  Jung tengah mengandung namun ia harus keguguran karena insiden kecelakaan yang ia alami. Ok Jung terjatuh dari kuda.

“Mungkin ini adalah berkah yang dikirim langit untuk Ratu. Ratu harus bisa hamil terlebih dulu.”

Sung Hwa tidak bisa berkata lagi. Haruskah ia senang atau kah sedih. Senang di atas penderitaan orang lain bukankah itu jahat dan sedih ikut bersimpati, apakah Ok Jung pantas mendapatkan simpatinya? Menatap Ibu Suri kembali, Sung Hwa hanya bisa mengangguk tanpa berucap.

Melihat Ratu yang masih dalam keadaan bingung. Ib
u Suri menepuk tangannya. Bibirnya ingin mengeluarkan kalimat namun harus ditahan saat tiba-tiba Raja datang untuk berkunjung.

Sung Hwa langsung memberi hormat pada Raja. Mereka bertiga duduk namun mereka semua tenggelam dalam keheningan. Sung Hwa tidak tahan dengan suasana yang datang dibawa oleh Raja. Sung Hwa berspekulasi bahwa kedatangannya pasti berhubungan dengan Ok Jung. Raja baru saja pulang dari perbatasan dan datang ke paviliun Ibu Suri malam-malam. Melihat Raja yang sangat perhatian terhadap selirnya, Sung Hwa tersenyum mengejek.

“Kenapa Jeonha berkunjung malam-malam seperti ini?”

Lee tersenyum dan berkata dengan tenang, “ Kalian pasti sangat lelah karena perjalanan ini.”

Sung Hwa langsung menggeleng cepat. Suaminya bahkan tidak mengetahui bahwa dirinya tidak ikut dalam perjalanan ini karena sakit.

“Jeonha mungkin tidak mengetahui bahwa aku tidak mengikuti perjalanan karena sakit tapi aku dan Ibu Suri juga tidak bisa mengabaikan bahwa Jang Sukwon jatuh dari kuda. Itu membuatku merasa cemas.” Di akhir kalimatnya Sung Hwa menekan setiap kata per kata.

Lee sangat marah dengan Ratu In yang menurutnya munafik.

“Jungjeon selalu baik hati, lalu bagaimana denganmu Ibu Suri?” Lee mengejek Ratu In dan Ibu Suri.

“Ibu Suri juga mencemaskannya.” Sung Hwa menjawab pertanyaan Lee karena melihat kondisi Ibu Suri yang gemetaran. Sung Hwa tidak tega.

“Apa ibunda mengatakan, kenapa ia membiarkan Jang Sukwon yang mengandung untuk naik kuda?”

Sung Hwa terkejut mendengarkan ucapan Lee. Nada bicaranya sarat akan kebencian.

“Lee, bagaimana bisa-“

Belum sampai Ibu Suri menyelesaikan kalimatnya, Lee memotong perkataan ibunya.

“Aku kemari setelah aku mengetahuinya. Jadi jangan mencoba menyangkalnya.”

“Jeonha, kami baru mengetahuinya baru-baru ini. Jang Sukwon tidak mengatakan apa-apa sebelumnya. Jadi jangan salahkan Ibu Suri. Ibu Suri hanya menjalankan tradisi sebagai tetua.”

“Tradisi? Itulah dirimu. Kita memang mempunyai perbedaan pemikiran. Jadi jika kamu menuruti sebuah tradisi. Aku memintamu untuk menaikkan level Jang Sukwon ke level 1 Bin. Bukankah kamu Ratu, sebagai kepala Nae Myeon Bu. Aku memerintahkanmu!”

Sung Hwa tersenyum pahit. Ratu In Hyeon sama sekali tidak beruntung menikahi Raja Lee. Bagaimana bisa dia memintanya untuk menaikkan status selingkuhannya? Bagaimana bisa jarak antara Ratu dan Raja membentang sejauh ini? Dalam mata Lee hanya ada Selir kesayangannya.

Meskipun ia sebagai Ratu yang duduk di Tahta besar Istana. Tapi, seberapa banyakkah hubungan hal itu dengan makna kehidupan dan kenyataan? Apakah dia merupakan seorang  perempuan yang dicintai, diinginkan, dan dipilih? Atau kah  dia sekedar seorang pengantin yang dipilih demi masa depan pemerintahan?

Sung Hwa harus mampu menahan dan menanggung tekanan di bawah bayangan Ratu In Hyeon. Ini adalah pemikiran wanita cerdas dan modern.

“Putraku! Aku tidak bisa mengizinkan kamu mengangkat selir yang belum mempunyai anak ke level 1 Bin.”

“Ibu Suri sengaja membuat Jang Sukwon keguguran, artinya sama saja ia sudah melahirkan putraku.”
Sung Hwa melihat Lee yang sangat murka.

“Apa Ibu Suri tahu? Hal mengerikan apa yang Ibu Suri lakukan? Dan apa yang Ibu Suri harus bayar karenanya?”

Lee masih saja menyalahkan Ibu Suri tanpa memedulikan keadaan Ibu Suri yang sudah menangis. Wanita renta itu berusaha menjelaskan tapi Lee selalu memotongnya.  Sementara itu, bibir Sung Hwa terdiam dan membantu Ibu Suri agar tidak terlalu memaksakan diri karena kondisinya yang terbatuk-batuk.

“Jeonha, jika kamu memperingatkan Ibu Suri tentang bayaran apa yang diterimanya karena tindakkannya. Aku juga memperingatkanmu, kamu juga harus membayar apa yang kamu lakukan kepada Ibu Suri. Membentak orang tua dan menyelanya, apa itu adalah sikap lelaki yang bermartabat?”

“Min In Hyeon! Beraninya kamu!” bentak Lee lebih murka.

Ibu Suri tidak bisa melihat Ratu kesayangannya dibentak jadi satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah melakukan keinginan Lee. Lee Suk Jong langsung keluar tanpa memedulikan nasib ibunya yang semakin parah. Sung Hwa bingung saat Ibu Suri terbatuk-batuk semakin parah dan sempat mengeluarkan darah.

“Panggilkan tabib, sekarang!” teriak Sung Hwa.

LANDING ON YOU (Promo Spesial  30 September- 3 Oktober 2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang