7. Putera Selir Kang

5.4K 649 36
                                    

Episode 7

Jaemin tertidur, entah karena sarayu terlalu berkerja keras hingga pertahanannya turun meninggalkan tubuhnya yang hanya terbalut pakaian kerjanya tertidur di atas kursi taman dengan cepat. Hampir hanya sepuluh menit ia duduk di sana setelah berbincang dengan Serim. Tanpa mengetahui pintu yang ia jaga ternyata terbuka memperlihatkan seorang pria tampan tengah tersenyum melihat keadaan Jaemin seperti itu.

GREP!

Jaemin sudah tidak ingat ketika tubuhnya diangkat dalam sebuah dekapan hangat antara perpotongan lutut dan bahunya. Matanya menolak untuk membuka dari rasa nyaman tersebut. Padahal ia tahu dengan pasti pangeran mana yang berani menyentuhnya selembut ini. Tapi Jaemin hanya ingin membiarkan perasaannya lebur untuk malam ini saja sebeum ia memulai membalaskan semuanya dan beranjak dari penggalan rasa yang sempat ada di delapan tahun yang lalu.

Tubuh kurusnya di baringkan di kasur milik sang pria tampan yang memiliki seluruh aset Istana ini. Ya, Jeno membawa Jaemin dalam gendongannya ke kamar pribadi. Ia hanya tidak ingin Jaemin terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Niatnya untuk berbicara pada Jaemin ia urungkan karena keterlambatannya. Hatinya memberontak, melihat Jaemin dari dekat seperti itu sangat menguras perasaannya. Di hadapannya, wajah yang sama sempat mengisi hari harinya.

Tangannya terulur dengan hati-hati menyentuh pipi lembut tersebut. Renjana terlalu membutakannya hingga berani menyentuh sosok penuh misteri ini.

"Sampai kapan kau akan menghukumku, hm? Tidak bisakah kau hanya jujur padaku, siapa dirimu sebenarnya?" Jeno tidak akan pernah lelah memelas pada sosok di hadapannya ini.

Jaemin membuka matanya ketika merasa Jeno sudah beranjak pergi, kepala tangan terlihat jelas seperti menahan rasa sakit di relung hatinya. Ia ingin sekali memberi tahu sang kaisar , rasa sakit yang dideranya sejak tujuh tahun yang lalu. Jika, Jeno adalah dirinya... apakah Jeno bisa menahannya?

-

"Astaga! Ya tuhan! Bagaimana kaisar bisa tidur disini? Apakah tidak ada pengawal yang memintanya pindah?"

Keributan di Istana di mulai saat Ketua Pelayan Kwon menemukan sang kaisar tertidur di ruang tengah Istana. Walaupun di sana terdapat sofa yang luas, tetapi seorang kaisar pantang tidur di luar kamarnya.

"Nyonya Kwon," panggil Jeno dalam matanya yang tertutup.

Boah segera mendekati Jeno, "Iya, Yang mulia? Apakah punggung anda sakit? Haruskah saya memijatnya?" tanyanya khawatir. Jeno tersenyum, satu-satunya orang yang tulus menyayanginya diantara para tetua hanyalah Pelayan Kwon yang telah melayani keluarganya begitu lama.

"Tidak usah, aku hanya meminta tolong untuk bangunkan teman-temanku yang berada di kamar tamu, Ryujin masih berada di ruang santai sepertinya. Serta tolong siapkan sup pengar untuk mereka."

"Baik, Yang mulia."

Sejujurnya, Jeno tidak bisa mengistirahatkan tubuhnya semalam. Pikirannya di penuhi oleh banyak hal yang berbeda. Ucapan Junho dan Serim salah satunya, mengenai perasaannya kepada Jaemin. Junho yang memang selalu melontarkan hal-hal yang mengejutkan di tambah Serim yang pemikirannya terlalu tajam.

"Lee Chan akan kembali esok hari ke Istana," tutur Jeno sebelum menegak alkoholnya.

"Lee Chan? Putra Selir Kang itu? Apakah masa belajarnya sudah habis?" tanya Junho.

Jeno mengangguk, "sesuai dengan kesepakatan. Ia akan kembali ketika aku menginjak umur 29 tahun."

"Untuk apa? Kau sudah menjadi raja, ia seharusnya bisa melepaskannya saja," ujar Junho.

[C] Hearts to Hurts - nomin [PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang