14. Kejujuran Yang Terlarang

4.3K 522 113
                                    

Episode 14

      "...menikahlah denganku. Aku akan menerima apapun identitasmu untuk membantumu, hm?" ujar Chan sambil menatap bola mata rusa Jaemin. Jaemin mengigit bibirnya ragu, sorot mata Chan terlihat tulus namun ketulusan itu terhalang oleh amarah.

Jaemin melepaskan tangan Chan yang mencengkram bahunya dan menatap mata pria itu dengan tatapan datarnya, "apa maksudmu?"

"Aku khawatir jika kau terluka lebih banyak lagi, menjadi Jaeyi sudah cukup berat. Apakah menikah dengan identitas Jaeyi pun adalah rencanamu? Kau adalah Jaemin, bukan Jaeyi. Aku akan membantumu untuk segera menjatuhkan Ratu Joohyun, tetapi tolong berhentilah menyakiti dirimu sendiri, Jaemin-ah."

Semua perkataan Chan benar, tetapi Jaemin bisa apa? Tidak ada jaminan jika ia membuka seluruh rahasianya maka ratu Joohyun akan di hukum atas kejahatannya atau keluarganya kembali utuh.

"Terima kasih telah mengkhawatirkanku, namun jika pangeran ingin tetap membantuku dengan cara seperti itu, maaf, aku tidak bisa. Aku sudah berjanji pada Jaeyi, akan membalas semuanya."

Chan mendesah kecewa, "baiklah, kalau begitu mau mu. Aku tidak akan memaksa, tetapi aku harap kau mengerti segala konsekuensinya terus dengan terus menggunakan identitas Jaeyi."

Dengan perkataan itu, Chan meninggalkan tubuh Jaemin sendirian disana. Jaemin yang menatap kosong kepergian sang pangeran dari sisinya. Ia mengerti kekhawatiran pria tersebut. Menjadi sosok adiknya bukanlah hal mudah, belum lagi rencana Jeno yang akan menikahinya? Jika Jaeyi belum sadarkan diri, apakah ia akan hidup sebagai Jaeyi seumur hidupnya? Apakah ia sanggup begitu?

Benar, seharusnya Jaemin segera menghentikan hubungan Jaeyi dengan kaisar terlebih dahulu. Daripada harus menanggung konsekuensi lainnya.

"Jaeyi? Sedang apa dirimu berada disini?"

DEG!

Entah sudah berapa kali jantungnya berdegup kencang karena terkejut. Ia mengenal suara yang memanggil nama kembarannya itu. Suara lembut tapi tegas, yang sempat menggetarkan hatinya. Namun, kini ia lebih terkejut karena kedatangan suara itu tepat beberapa saat Chan meninggalkannya.

"Yang mulia," ujar Jaemin berbalik badan dan membungkuk hormat. Tangannya mengepal gugup, mengira-kira apakah Jeno mengetahui tentang pertemuannya dengan sang pangeran.

"Aku bertanya padamu, kenapa kau belum kembali ke kamar dan malah berdiri disini?" tanya Jeno kembali.

"I-itu... bulan malam ini sangat indah, jadi aku ingin menghabiskan sedikit waktu disini, berharap agar aku bisa tidur lelap," jawab Jaemin asal.

Jeno terlihat menganggukan kepalanya samar, Jaemin menghela nafas lega karena Jeno terlihat percaya akan jawabannya, "kau tidak bisa tidur?" tanya Jeno lagi.

Kali ini Jaemin yang menganggukkan kepalanya dan tanpa sadar memajukan bibirnya, namun sedetik kemudian ia tersadar akan sikap tidak sopannya tersebut segera menjawab dengan cepat, "maksudku, I-iya!"

Jeno terkekeh, "mau menghabiskan malam bersama? Aku rasa akan menyenangkan jika kita bisa menghabiskan malam bersama, kau pun berkata bulan sangat indah malam ini."

Menghabiskan malam bersama? Otak Jaemin berputar mencoba mencari arti dan maksud yang pas dengan perkataan itu. Baginya kalimat tersebut memiliki makna ganda. Dua pria dewasa yang berada dalam sebuah hubungan, sial, Jaemin benci otaknya. T-tapi, apakah Jaeyi juga pernah melakukannya? Adiknya? Mana mungkin! Ha..ha

Melihat wajah pucat Jaemin setelah mendengar ucapannya, Jeno kembali terkekeh kali ini matanya membentuk bulan sabit, "bukan, maksudku bukan menghabiskan malam seperti itu. Aku ingin melakukan late night drive," ungkapnya.

[C] Hearts to Hurts - nomin [PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang