My Lovely CEO
———
Jaemin terbangun berkat ponselnya yang bergetar. Ia melenguh pelan, merenggangkan ototnya yang kaku. Matanya memicing, menyesuaikan bias cahaya yang masuk melalui tirai jendela kamar hotel yang sedikit tersibak. Pun lelaki itu duduk di tepi ranjang, memijat tengkuknya yang terasa berat. Hm, dia terlalu banyak minum semalam.
Pria itu meraih ponselnya yang kembali bergetar. Jaemin melihat id caller. Bibirnya langsung tertekuk kemudian tanpa pikir panjang langsung me-reject panggilan itu. Jaemin melempar ponselnya asal ke atas ranjang sebelum memungut pakaiannya yang berserakan di lantai. Setelah semua melekat sempurna ditubuh atletisnya, Jaemin beranjak dari sana.
Dirinya membasuh wajah di washtafel, netranya menatap refleksi dirinya pada cermin di hadapannya. Pun pandangannya tertumbuk pada bekas kemerahan di lehernya. Bukan hanya satu, ada beberapa. Jaemin mendecak lalu mengusap bekas itu pelan. Tentu saja tidak akan hilang. Pria itu mendesah panjang memutar memori semalam. Jaemin lepas kendali. Kenapa bisa? Biasanya dia tidak bodoh seperti ini.
Jaemin mengeringkan wajahnya sebelum keluar dari sana. Ia di sambut keadaan kamar hotel yang berantakan. Baru sadar ternyata sekacau ini. Jaemin menggeleng pelan, tak habis pikir dengan tindakannya semalam. Tawa kecil menguar dari sela bibir tipisnya. Dia bahkan tidak mengenal siapa gadis yang tidur dengannya kala itu. Ini benar-benar gila.
———
Jaemin baru saja selesai dengan meeting pertamanya siang ini. Dengan sedikit keterlambatannya yang tentu saja di maklumi semua orang. Karena ya, dia CEO-nya. Siapa yang berani memarahinya walau dia terlambat. Bahkan dia punya wewenang untuk menunda rapatnya. Tapi sebagai pemimpin yang baik, ada rasa tidak enak karena sudah membuat karyawannya menunggu. Tahu apa? Menunggu itu tidak enak.
"Minggir, aku mau masuk. Kamu tidak tahu siapa aku huh?!"
Jaemin meletakan cangkir kopinya di atas meja. Melihat dari tirai jendela ruangannya yang terbuka. Pria itu mendengkus saat mengetahui siapa gerangan yang membuat keributan di kantornya. Jaemin menekan handsfree telpon.
"Biarkan dia masuk," titah Jaemin pada sekretarisnya.
"Baik, pak,"
Tidak lama pintu ruangan Jaemin terbuka. Seorang gadis yang kini wajahnya tengah tertekuk masam masuk ke dalam ruangan Jaemin. Walau demikian tidak mengurangi kadar kecantikannya. Seperti biasa, penampilannya terlihat glamour layaknya puteri raja dan terbuka. Ia melepas kacamata fashion yang bertengger di hidung macungnya dan menatap tajam Na Jaemin.
"Kenapa oppa tidak mengangkat telponku?" Tanyanya dengan nada kesal.
Jaemin menatap gadis cantik di hadapannya jengah, "Oppa sibuk. Kamu tahu itu."
"Sibuk? Okay, sibuk," ia merotasikan bola matanya, "Terus semalam kemana? Setelah mengantarkanku ke mobil. Oppa tidak pulang kan?"
"Melanjutkan pesta," jawab Jaemin seadanya.
"Sampai pagi?"
Ayolah, kenapa gadis ini selalu ingin tahu apa yang dilakukan Jaemin? Terserah Jaemin mau melakukan apapun, dia tidak perlu ikut campur. Mau pesta sampai pagi, mau dirinya tidak pulang, itu urusannya.
"Kenapa cerewet sekali hm? Oppa tidak suka kamu mulai mengatur ini dan itu."
Gadis itu mendengkus, "Oppa, sebentar lagi kita akan menikah. Wajar jika menanyakan hal itu padamu."
Cih! Menikah katanya?
"Jangan bicara omong kosong Yoo Jimin."
Rahang Jaemin mengeras. Ia menatap tajam gadis itu yang sekarang terdiam di tempatnya.
"Sekarang pulang. Oppa tidak punya waktu untuk meladenimu."
Jaemin mengambil tablet nya dan mulai fokus membaca laporan yang diberikan sekretarisnya selesai rapat dewan tadi. Kedua tangan Jimin mengepal erat. Matanya sudah memerah menahan kekesalan.
"Oppa sudah berjanji padaku."
Pria Na itu sama sekali tak menggubris perkataan Jimin. Bahkan sekedar menatap gadis itu pun tidak.
"Oppa-"
"Sekretaris Lee, tolong bawa Nona Yoo keluar," final Jaemin setelah menekan handsfree.
"Baik, pak."
Tidak lama Sekretaris Lee masuk ke dalam ruangan Jaemin.
"Mari Nona Yoo. Saya antar," katanya sopan.
"Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri!"
Blamm!!!
Lalu menutup pintu dengan kuat.
Sekretaris Lee melirik atasannya. Nampak Jaemin memijat pelipisnya yang terasa sakit. Ia melirik arloji.
"Siapkan mobil."
"Baik, pak."
———
![](https://img.wattpad.com/cover/229278261-288-k726456.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaemin | My Lovely CEO [COMPLETED]
Fanfiction[M] | Completed Dia jatuh cinta pada situasi yang salah. . . Na Jaemin x Riri Choi and others :: Mature content, bijaklah memilih bacaan :: Part sudah lengkap :: Don't be silent readers