Part : 8 Revisi

1.7K 119 8
                                    

My Lovely CEO

———

Riri memperhatikan Sue yang sibuk beradu argumen dengan sang papa di telpon. Entah apa yang sedang dibicarakan oleh Nona Muda Park itu hingga wajahnya terlihat kesal dan marah. Tapi kenapa wajah kesalnya itu menurut Riri sangat menggemaskan. Apalagi dengan rambut panjang bergelombangnya yang akan bergerak lucu setiap kali Sue menggerakan tangannya kesana kemari.

Trak!

Luna meletakan sepiring kue lezat di atas meja . Lalu gadis itu duduk sebelum dagunya mengedik ke arah Sue yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Dia kenapa?" Tanya Luna. Riri hanya mengangkat bahu sembari mencomot satu macaron dari atas piring dan makan dengan tenang.

"Eh, ceritakan," tiba-tiba Luna beralih topik dan mulai menyamankan posisi duduknya. Ia menatap Riri penuh antisipasi. Alis Riri terangkat sebelah.

"Apa?" Tanyanya setelah menyeruput orange juice-nya yang dari tadi menganggur.

Senyuman miring terkembang di bibir Luna, "One night stand-mu."

Riri seperti 'Ah' setelah mencerna maksud dari kalimat Luna barusan. Tapi baru saja bibirnya membuka untuk membalas perkataan Luna, Sue menginterupsi dengan gerakan kasarnya saat duduk di kursi kosong tepat di samping Riri.

Dua temannya itu saling melempar tatapan dan beralih pada Sue yang mood-nya mendadak buruk setelah mengakhiri konversasinya di telpon dengan sang papa. Pastinya pembicaraan tadi bukanlah hal biasa-biasa saja. Tapi meskipun demikian tidak ada satupun di antara Luna dan Riri untuk bertanya apa masalahnya. Mereka menunggu Sue sendiri yang bicara. Itu lebih baik.

"Papa memintaku untuk pindah ke Amerika," kata Sue akhirnya setelah keterdiamannya. Ia menghela dan menatap dua temannya bergantian.

"Aku tidak mau kita pisah," lanjutnya dengan bibir tertekuk.

Luna menepuk bahu sempit Sue, "Kita juga."

"Kuliah disana ya."

Entah itu sebuah pernyataan atau pertanyaan yang menguar dari bibir Riri, Sue hanya mengangguk pelan.

"Papa sudah membicarakan ini. Aku pikir papa tidak seserius itu. Tapi papa kembali bicara dan kali ini sungguhan. Aku harus bagaimana? Aku tidak mau pindah. Papa tahu jika aku tidak bisa hidup mandiri disana," dan airmata Sue akhirnya tumpah.

"Kenapa nangis ? Seperti bukan dirimu. Lagian kalau kamu kesana memangnya kita bukan teman lagi. Nanti kalau sudah lulus kan bisa kerja di sini," Riri mencoba memberi semangat pada Sue. Gadis ini biasanya tidak cengeng. Cerewet sih iya.

"Tidak semudah itu. Tujuan papa pasti untuk mendidikku agar bisa meneruskan perusahaannya disana. Ini akan sulit. Kamu tahu kalau aku tidak suka bisnis kan? Aku suka fashion dan papa tidak mengerti itu," Sue makin terisak. Lalu ia menatap Luna.

"Katakan sesuatu. Katakan jika aku tidak perlu menurutinya," rengek Sue.

Luna hanya bisa diam. Tidak tahu harus berbuat apa.

Haahh~~ sangat sulit memang terlahir di keluarga seperti Sue Park. Papanya yang konglomerat dan juga berkuasa. Kehidupanmu tidak akan pernah bisa berjalan seperti yang kamu mau. Semua akan di atur agar sesuai dengan keinginan sang papa. Sekeras apapun untuk menolak itu akan percuma.

"Gimana kalau coba bujuk papamu sekali lagi? Menangis di hadapannya mungkin bisa ampuh? Atau minta tolong sama sekretaris pribadi papamu? Kamu bilang papamu selalu menurut apapun yang dikatakan pria aneh itu."

Isakan Sue perlahan mereda setelah mendengar kalimat yang dilontarkan Riri barusan. Gadis itu mengusap air mata yang membasahi pipinya yang telah memerah seperti tomat masak.

"Kamu yakin?"

"Kalau belum dicoba mana tahu hasilnya 'kan?"

Luna mengangguk. Menyetujui usulan Riri.

Sue menyeka cairan yang keluar dari hidung bangirnya. Ia mengangguk mantap.

"Baiklah. Sekali lagi. Aku akan menemui Sekretaris Hwang dan memintanya membantuku."

———

Jaemin | My Lovely CEO [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang