Part : 13 Revisi

1.2K 90 18
                                    

My Lovely CEO

———

Sekretaris Lee tengah memeriksa hasil meeting atasannya hari ini dengan Grup Park. Sesekali ia mengecek arloji lalu melirik ponsel Na Sajangmin yang tergeletak di atas meja beserta dompetnya. Sekretaris Lee menghela panjang sebelum melepas kacamata yang bertengger di hidungnya.

Sebenarnya pergi kemana Na Sajangnim ? Tadi katanya hanya ingin berjalan-jalan sebentar untuk melihat sekitar resort. Dipikir Sekretaris Lee benar-benar sebentar. Tapi ini sudah terlalu lama menurutnya. Apalagi Na Sajangnim meninggalkan benda yang sangat penting yaitu ponsel.

Drrttt. . .

Drrrrrtt. . .

Ia terperanjat dan segera melihat siapa yang menelpon ke ponsel atasannya itu. Sekretaris Lee segera meraih benda pipih persegi itu dan membaca id caller yang tertera.

Sister

Sekretaris Lee tidak menjawab panggilan tersebut. Ia hanya membacanya lalu meletakan benda itu lagi ke atas meja. Beberapa kali ponsel Na Sajangnim kembali bergetar, tapi Sekretaris Lee sama sekali tidak berniat mengangkatnya. Karena jika ia mengangkat panggilan itu, ia tidak tahu harus menjawab apa. Daripada itu, lebih baik dirinya kembali meneruskan pekerjaannya yang tertunda.

Drrrttt. . .

Drrrrttt. . .

"Nona Yoo sangat keras kepala-Oh! Nomor siapa ini?"

Sekretaris Lee melihat jika yang menelpon sekarang bukan Nona Yoo yang dimaksudkannya. Tetapi nomor asing. Ia menelengkan kepalanya. Ragu antara mau menjawabnya atau tidak.


———

Riri sudah memakai bathrobe-nya begitupun dengan Jaemin. Rambut pria itu masih basah, sama sekali tidak berniat mengeringkannya. Ia berdiri menjulang di depan Riri, dengan senyuman manis andalannya. Oh ya ampun! Hanya dengan senyuman itu mampu membuat jantung Riri kembali berdetak tak normal. Bahkan ia merasakan pipinya menghangat jika mengingat kejadian di kolam tadi.

"Kamu mau pulang?" Tanya Jaemin kemudian membuat lamunannya buyar seketika.

"Aku sedang menunggu temanku," jawab Riri.

Dahi Jaemin mengernyit, "laki-laki atau perempuan?"

"Perempuan," Riri tersenyum. "Kenapa bertanya?"

Bahu Jaemin terangkat, "hanya memastikan."

Riri tertawa sebelum meraih handuk kecil di atas meja lalu mengeringkan rambutnya. Jaemin memperhatikan tiap gerak gerik gadis itu lalu dengan lembut meraih handuknya dan menggantikan Riri untuk mengeringkannya.

"Besok ada waktu?" Tanya Jaemin setelah diam beberapa saat.

"Kenapa?"

"Kencan," jawab Jaemin lalu menyesap perpotongan leher Riri. Ia memejamkan mata, menghirup aroma yang menguar dari tubuh gadis itu yang sungguh memabukan.

Oh kenapa dengannya? Gadis ini terlalu banyak mempengaruhinya bahkan hanya dengan sentuhan kecil. Rasanya ia selalu ingin merasakan setiap jengkal tubuh gadis ini. Bagai heroin. Ia telah kecanduan karenanya.

Ciuman Jaemin dileher Riri berubah jadi gigitan-gigitan kecil. Gadis itu menelan ludahnya, menahan sesuatu dalam dirinya yang siap meledak kapan saja. Perlahan ia menjauhkan diri menyadarkan Jaemin yang telah tenggelam dalam kegiatannya, lagi.

"Temanku pasti sedang menunggu," kata Riri dengan senyuman tipis.

Jaemin menatapnya sejenak, "berikan aku satu kecupan dan ini akan selesai," bisiknya parau.

Riri seperti menimang sebelum kemudian memiringkan kepala dan meraih bibir tipis Jaemin yang sewarna pink. Pria Na itu menyambutnya dengan baik. Ia menarik tengkuk Riri, memperdalam ciumannya.

"Ini bukan kecupan-" kata Riri sejenak melepas pagutan Jaemin yang begitu menuntut.

"Memang bukan," Jaemin mengecup bibir itu sekali lagi sebelum memundurkan kepalanya. Memberi jarak namun masih begitu dekat. Deru napasnya menerpa kulit wajah Riri membuat ia terlena sesaat.

"Besok kencan pertama kita? Call?"

Riri tersenyum manis dan mengangguk kecil. Jaemin mengecup ujung hidung Riri sebelum memeluk gadis itu erat. Menyimpan banyak-banyak aroma Riri yang pasti akan dirindukannya nanti malam.

"Oh ya," Jaemin melepaskan pelukannya, "bisa pinjam ponselmu?"

"Tentu," Riri meraih ponselnya dan mengangsurkan benda itu pada Jaemin.

Pria Na itu mengetikan sederet nomor disana lalu menekan icon telpon pada layar. Ia menempelkan benda tipis itu ke telinga sebelum akhirnya seseorang menjawab panggilannya di seberang sana.

"Hallo, sekretaris Lee ini aku, Jaemin."

". . ."

"Bisa carikan aku satu stel pakaian?" Jaemin melirik Riri saat mengatakan hal itu. Ia tersenyum lagi saat tatapan mereka bertemu.

". . ."

"Sebentar lagi aku kesana."

Pip!

Jaemin memutuskan sambungannya. Lalu mengutak-atik ponsel Riri sebelum mengembalikannya.

"Telpon aku jika sedang bosan," kata Jaemin di iringin kerlingan menggodanya.

———

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jaemin | My Lovely CEO [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang