Chapter 3

404 29 2
                                    

"La...la...la... tanaman-tanaman yang kusayangi cepatlah besar."

Thorny nama gadis yang sedang menyiram berbagai jenis tanaman di rumah kaca sekolah. Seringkali kali karena saking senangnya melakukan hobinya ini, ia sampai melupakan waktu untuk pulang. Beruntung karena selalu diingatkan oleh kakak dan sahabatnya, jadi ia bisa pulang sebelum malam tiba. Saat thorny sedang menyiram sambil bersenandung, tiba-tiba terdengar suara tapak kaki yang mendekat.

"Thorny, ayo pulang sebentar lagi gelap."

Thorny pov

Saat kudengar suara orang yang memanggilku, dengan segera kutolehkan wajahku untuk melihat siapa gerangan itu. Setelah mengetahui siapa gerangan tersebut, kufokuskan kembali pandanganku kepada tanaman-tanaman yang kusiram.

"Kak solar tunggu sebentar lagi ya, ini udah mau beres kok."

"Memangnya, apa sih asiknya berkebun sampai lupa waktu gini ?"

Kulihat kakakku yang sudah berada di sebelahku, ia sedang melihat-lihat tanaman-tanaman di depannya dengan terpaan sinar matahari yang menimpanya menambah kesan tampan di wajahnya.

"Tampan, eh apa yang kau pikirkan kan sih thorny dia ini kakakmu loh."

Batinku seraya menepuk-nepuk kedua pipiku yang bersemu merah.

"Kau ini kenapa sih ?"

Kakakku mendekatkan wajahnya ke wajahku membuat wajah kami hanya berjarak beberapa centi yang membuat wajahku bertambah merah.

"Wajahmu merah, kau sakit ya ?"

"Thorny gak apa apa kok cuaca hari ini agak panas sih, gimana kalo kita pulang aja ?"

"O,okay"

Dengan penuh semangat, kugandeng tangan kakakku meninggalkan rumah kaca sekolah yang terlihat indah di sore hari menuju parkiran sekolah.

Thorny pov end

Di dalam mobil

Perjalanan pulang terasa sunyi tidak ada yang berniat membuka suara karena solar yang sedang fokus menyetir dan thorny yang memilih diam karena tidak ingin menganggu konsentrasi kakaknya. Tiba-tiba satu suara memecahkan keheningan tersebut.

"Kak, mereka segitu sibuknya ya, apa mama sama papa ga punya waktu buat kita ?"

Entah mengapa perkataan itu terus terngiang-ngiang membuat kepalanya serasa ingin pecah. Setetes demi setetes air mata mulai membasahi pipi putih mulusnya yang diiringi oleh sesugukan yang berusaha ditahannya.
Dengan tiba-tiba solar menginjak rem dengan perlahan membuat mobil tersebut berhenti dengan mulus.

"Hei, berhentilah menangis aku tidak suka melihatnya. Aku tahu kau pasti sedih dan iri melihat anak-anak lainnya bisa menghabiskan waktu bersama orang tua mereka masing-masing kan."

Solar mengucapkannya sambil mengelap sisa air mata di wajah thorny menggunakan jari jempolnya.

"Bagaimana kakak bisa tahu ?"

"Aku ini kakakmu tentu saja aku tahu semua hal tentangmu."

"Jadi selama ini kak solar menganggapku sebagai adik ya, kok rasanya sakit ya."

"Ya meskipun mama sama papa ga ada kan masih ada kakak. Kakak janji akan selalu menemani thorny mau itu saat senang, sedih, ataupun saat yang paling mengecewakan sekalipun."

"Janji ?"

"Hm, janji."

Terdengarlah suara tawa serta senyuman lebar yang menghiasi wajah kedua insan tersebut, setelah selesai dengan tawa mereka solar menancapkan gas dan mengendarai mobilnya menuju ke rumah.

Setelah tiba di depan pintu rumah, solar pun membuka pintu dan mulai memasuki rumah yang terbilang mewah itu bersama thorny yang berjalan di sebelahnya. Tidak lama setelah mereka masuk, terdengar suara yang tidak asing di telinga keduanya.














































































"Kenapa sudah jam segini kalian baru pulang ? Segitu betahnya kah kalian di sekolah sampai lupa pulang ke rumah."

Sekarang dihadapan solar dan thorny berdirilah sesosok pria tua dengan pakaian formalnya, dibelakangnya terdapat sesosok wanita yang mengenakan gaun berwarna merah dengan polesan make-up natural di wajahnya membuat kesan cantiknya bertambah.

"Hah, papa mama ?"

"Sudahlah, sekarang ada hal penting yang perlu papa dan mama bicarakan dengan kalian berdua."

TBC

Vote dan comment ya!

Destiny (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang