"Kak Bin, yang sabar ya..."
Beomgyu menatap Soobin sendu, partner debatnya itu terlihat seperti mayat hidup. Tanpa ekspresi, wajah pucat, dan diam seperti patung.
Beomgyu menghela nafas, pasti sulit untuk Soobin menerima kenyataan, tentu saja ia tahu, dia pernah mengalaminya juga.
Tak hanya Soobin, Beomgyu, Kai, dan Yeonjun juga merasa kehilangan. Bagaimanapun juga, sosok Sanha merupakan matahari mereka, dia penghangat suasana.
Sanha dinyatakan meninggal semalam dengan tiga luka tusuk di perutnya, entah siapa pelakunya. Bomin dibawa ke rumah sakit terdekat, beruntung nyawanya masih bisa diselamatkan.
Omong-omong, saat ini mereka berada di rumah Soobin setelah acara pemakaman Sanha selesai. Kok Kai ada? Dia memaksa untuk datang dan tidak mau dirawat di rumah sakit, dia takut peneror itu menyelinap masuk saat tidak ada orang di kamar rawatnya.
"Kenapa begini? Kenapa kita lupa tentang Sanha yang diteror juga?" Tanya Yeonjun frustasi, dia baru sadar akan hal itu.
"Kita terlalu fokus sama si peneror sampai lupa ada orang lain yang juga diteror," sambung Kai sambil memandangi kaki kirinya yang dibalut gips dan perban.
"Kak Bin..."
Soobin masih diam, tatapannya kosong dan tidak berkedip sejak tadi. Mereka paham perasaan Soobin, dia pasti sedih karena kehilangan saudara kembarnya.
"Gue gak bisa berpikir jernih sekarang," ujar Yeonjun mengutarakan isi hatinya. "Kepala gue cuma dipenuhi sama Taehyun rambut merah itu."
"Kak Beomgyu, Kak Jimin pernah bilang kalau Taehyun punya kakak, kan?" Tanya Kai tiba-tiba. "Apa mungkin kakaknya Taehyun mau balas dendam karena Taehyun meninggal?"
"Kalau dia mau balas dendam, otomatis pelakunya ada dua, si peneror ngeselin itu sama kakaknya Taehyun."
"Terus Taehyun yang mirip Taehyun itu siapa? Kenapa dia tiba-tiba dateng disaat begini?"
"Itu yang gue pikirin sejak tadi. Dia siapa? Apa mungkin dia kembarannya Taehyun?" Beomgyu mengusak rambutnya, ikut frustasi. "Yang jadi pertanyaaan sekarang, siapa pelakunya."
"Gue mau pindah."
Mereka berempat menoleh kaget ke arah Soobin yang tiba-tiba berbicara dengan datar.
"Pindah? Pindah kemana?" Tanya Kai heran, kenapa tiba-tiba sekali?
"Lo pikir dengan pindah masalah bakal cepet selesai?" Tanya Beomgyu sarkas. "Lo pindah malah memperburuk semuanya, bodoh! Yang ada lo mati karena lo lengah, lo sendirian! Disini kita bareng-bareng, kita bisa saling jaga."
"Lo tau apa soal perasaan gue..."
Beomgyu berdiri dari duduknya dengan emosi. "Tau apa kata lo? Gue tau lo belum terima kembaran lo mati, tapi lo gak bisa begini. Tenangin diri lo, jangan bersikap egois dengan tinggalin kita disini!"
"Kak Beomgyu, kondisi Kak Soobin lagi kurang baik, tolong jaga bicara lo," tegur Kai ketika merasakan ada hawa-hawa perkelahian disana.
"Heh, kalau gue pelan-pelan ngomongnya, dia pasti bakal tetep pergi dan bodo amat sama situasi. Katanya dia orang pinter, tapi masa beginian doang gak bisa mikir? OTAK LO KEMANA HAH? ILANG DICURI TUYUL?!"
"Beomgyu, udah cukup!" Seru Yeonjun menengahi. "Tolong maklum sama kondisi Soobin, lo gak bisa-"
"Lo diem, ya," balas Beomgyu dengan tatapan tajamnya. "Gue gak mau denger sepatah katapun keluar dari mulut lo sebelum gue selesai bicara."
"Lo mau ngomong apa lagi?" Tanya Soobin sembari tersenyum miring, mengejek Beomgyu.
"Mau tau? Oke, gue mau ngomong kalau sejak tadi gue kebelet, perut gue mules! Puas lo?!"