1.6

23.1K 6.5K 4K
                                    

"Hp gue? B-buat apaan?!"

Soobin memicingkan matanya, tidak menurunkan tangannya sedikitpun. "Gue mau mastiin sesuatu."

Yeonjun merogoh saku celananya, mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Yeonjun. Jantungnya berdetak cepat, Soobin tidak ingin membuka-buka isi ponselnya, kan?

"Bin, jangan dibuka-buka ya, banyak dokumen rahasia kepolisian."

Soobin tak mendengarkan, dia membuka password ponsel Yeonjun dengan cepat. Loh, kok tau? Memang, kan dia pernah iseng mencoba, eh taunya bisa.

"Nah, ini dia!"

Soobin senyum sumringah sambil menekan salah satu aplikasi di dalam ponsel Yeonjun, dia terlihat menggeser-geser dan menghapus sesuatu.

"Apaan?!"

"Ini, tadi di komputer salah satu titik lokasi pelakunya ada di ponsel lo, gue berhasil hapus sesuatu. Lo mau dijebak, untungnya gue gak gampang percaya."

Yeonjun menghela nafas lega, untung saja.

"Ya udah, gue bawa pizza nih, makan dulu kuy!"

"Kak Njun, lo kan bawa empat kotak, dua kotak buat gue ya," pinta Beomgyu girang sembari merebut kantung plastik di pegangan Yeonjun.

"Enak aja, ini mahal tau! Gue ngutang sama temen gue gara-gara lupa bawa dompet!"

"Cih, jabatan tinggi tapi ngutang."

Pundak Beomgyu ditabok Yeonjun keras-keras, kenapa sih perkataan Beomgyu menohok hatinya? Dia kan jadi malu.

Drrt drrt

"Ini pasti si peneror itu," gumam Soobin seraya menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilannya.

"Gue tau kalian penasaran dan gak sabar untuk ketemuan sama gue. Jadi, ayo kita ketemuan sekarang."

"Ya ampun, saking ngefansnya sama gue lo mau ketemu gue sekarang?" Beomgyu pura-pura tercengang. "Wah, gue seneng deh, mau sekalian dinyanyiin gak?"

"Gak makasih. Jalan Anpanman nomor 9, sepuluh menit gak dateng siap-siap ada korban selanjutnya."

"Korban? Gue gak akan percaya."

"Yakin? Disini gue nyekap orang, temen kalian loh. Dia punya restoran, dia suka masak, gue jadi pengen masak dia deh buat makan."

"Kak Seokjin?! Sampe Kak Seokjin kenapa-napa gue bunuh lo!" Seru Yeonjun dari samping Soobin

"Yah, gimana ya. Baru aja gue patahin tangannya, kakinya otw nih. Hehe, semakin lama semakin cepat kematiannya~"

"Kenapa lo teror kita semua? Ada dendam apa lo ke kita?"

"Gue pingin selesaiin semuanya, yaitu dengan bunuh kalian. Kan kalian gak mati juga tuh, jadi teror ini gak akan berhenti sebelum kalian mati. Kok kalian semua targetnya? Yeonjun dan Hueningkai, kalian targetnya Taehyung tapi gagal, kalian harus tetap mati. Soobin dan Beomgyu adalah bagian keluarga yang membangkang, gak mau jalanin tradisi dan temenan sama kalian, dan Taehyun kan udah mati, jadi ya bodo amat."

"Oke, kita bakal dateng kesana sekarang juga."

Pip!

Soobin mematikan panggilan secara sepihak, kemudian menatap teman-temannya bergantian. Mereka semua mengangguk bersamaan, lalu menatap Kai yang masih duduk di kursi, hendak berdiri.

"Lo disini aja, lo gak usah ikut," larang Yeonjun.

"Loh, kenapa?"

"Liat kondisi, nanti disana lo bakal jadi incaran pertama. Beomgyu bakal temenin lo disini, oke?"

"LAH, GAK BISA GITU DONG! GUE MAU IKUT JUGA, KAN MAU LIAT SESI BAKU HANTAM!" Tolak Beomgyu mentah-mentah.

"Jagain Kai atau gue panggil arwah kembaran lo," ancam Soobin tak tanggung-tanggung, Beomgyu pun langsung merengut sebal.

"Iya deh, nasib gue molang amat."

"MALANG WOI, BUKAN MOLANG. ENAK AJA BONEKA KESAYANGAN GUE DISEBUT-SEBUT!" Seru Kai ngegas dan tak suka.

"Ck, Bin ayo. Beomgyu, jangan bikin ulah," ajak Yeonjun sekaligus memberikan peringatan sebelum berlari keluar bersama Soobin.

Terdengar suara mesin mobil milik Soobin, hingga akhirnya suara mesin perlahan terdengar samar-samar sebelum hilang, tak terdengar lagi.

Beomgyu merengut sembari menghempaskan badannya ke sofa.

"Gara-gara lo nih, gue jadi gak bisa ikut!"

Kai mendelik. "Justru bagus lo gak ikut, nanti disana lo malah bikin mereka berdua gak fokus karena ucapan lo yang gak bermutu itu!"

"Heh, walaupun ucapan gue gak bermutu dan bikin orang kesel, yang baca seneng-seneng aja tuh karena lucu. Ya gak, kiw."

Kai berkespresi seolah-olah mau muntah pas Beomgyu mengedipkan mata kanannya sambil cekikikan, ayo sabar.

Tok tok tok

"Aduh, siapa lagi sih!" Kesal Beomgyu sambil mengusak rambutnya. "Orangnya gak ada, lagi pergi!"

Kai menepuk jidat. "Punya temen gini amat sih."

"Punten, paket paket. Tok tok nugu eobseo."

"Argh! Bikin kesel aja, iya iya bentar!"

Beomgyu beranjak bangun dari duduknya menuju pintu. Omong-omong, tempat mereka berada tersebut ada di balik dinding. Nah, jadi dari pintu masuk itu harus belok ke kanan dulu, jadi yang mengetuk pintu tidak kelihatan.

Ceklek!

"Iya, cari siap-"




BUGH!




Suara pukulan terdengar begitu keras dari arah pintu. Tak lama kemudian, terdengar suara jatuh yang sama kerasnya, membuat Kai berjengit kaget hingga kursinya berdecit.

"Kak Beomgyu?" Panggil Kai ragu-ragu seraya berdiri dengan tongkatnya.

Kai berjalan pelan seraya berpegangan pada dinding, jantungnya berdegup cepat. Kenapa Beomgyu tidak menjawab panggilannya?

"Astaga, Kak Beomgyu!"

Seruan sontak keluar dari mulutnya ketika ia melihat Beomgyu terbaring tak sadarkan diri dengan darah mengalir di kepalanya.

Dia berjalan tertatih-tatih menuju Beomgyu lalu bersimpuh di sampingnya, menggoyang-goyangkan badannya berusaha membangunkannya.

Ini tidak benar, otak Kai baru mencerna semuanya.

Mereka dijebak.

"Halo, Hueningkai," sapa seseorang dari belakangnya, dengan nada yang dingin dan mampu membuat Kai mematung di tempat.

Pelan-pelan ia menoleh ke belakang, berbalik untuk melihat siapa orang tersebut.

Tapi sayangnya, lehernya tiba-tiba disuntikkan sesuatu, sebelum akhirnya kepalanya terasa berputar-putar dan semuanya gelap.





























Sebentar lagi pelakunya
ketauan nih :)

Jadi, sejauh ini
siapa pelakunya?

The Phone 3 | TXT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang