halo, selamat malam, teman-teman.
di desa sebelah rumah ada satu yg positif corona dan bikin penduduk was-was. tapi tetap positive thingking aja agar pasien sembuh terus gak ada yang tertular.
semoga kita sehat-sehat selalu ya.
*
*
Hampir setiap hari selama dua minggu Yoona datang ke kafe di sebrang kantor tempat Seohyun bekerja semata-mata ingin melihat ponakan Kim ahjumma. Memandang Seohyun dari jauh dan dalam keadaan baik-baik saja sudah cukup baginya. Dia takut jika datang ke sana yang ada malah merusak suasana. Irene dan Chung Ah sesekali terlihat menemani Seohyun. Bisa jadi kehadiran dia menimbulkan situasi dingin dan kurang nyaman.
Sampai tiba di hari konser kecil berlangsung. Yoona izin pulang sejam lebih cepat karena acara berlangsung di sore hari. Bersama tiket VIP yang didapat secara online dia berhasil duduk di barisan kedua. Sangat dekat dengan panggung.
"Ouh," desah Yoona ketika hendak duduk dia tak sengaja melihat Irene, Jennie, dan Chung Ah hanya berjarak lima kursi darinya. Terlihat jelas Irene acuh tak acuh, sedangkan Jennie dan Chung Ah yang juga membalas pandangannya sontak memberi senyum. Dia pun mematuk kepala menyunggingkan senyum kecil.
Yoona kemudian tergelak kaget melihat buket bunga mawar putih di pangkuan Chung Ah, sedangkan hanya ada sekuntum mawar merah di tangannya. Tapi masa bodoh. Dia sudah datang demi melihat Seohyun.
"Yoona?"
Andai Yoona melihat gurat senyum Seohyun yang mengintipnya dari balik tirai panggung. Seohyun berbinar senang mendapati putri bungsu pasangan Im sedang duduk di bangku VIP dan tertunduk gugup. Kapasitas semangat salah satu guru ini sontak meningkat pesat.
Sebegitu bahagia dia jauh lebih banyak menatap ke Yoona saat pertunjukkan solo. Tiap mata terpejam, wajah Yoona terbayang. Ketika terbuka, raut Yoona didapat. Gesekan violin bertajuk The Rose seakan hanya ditujukan kepada Yoona. Seraut wajah ukiran cinta bertinta merah.
Prok prok prok.
Acara satu setengah jam berakhir ditutup penampilan orkestra membawakan Symphony No. 40 G minor milik Wolfgang Amadeus Mozart atau lebih sering dipanggil Mozart. Penonton mulai berhamburan entah langsung keluar atau berswafoto sampai menghampiri para partisipan di atas panggung.
Yoona pun memutuskan naik ke atas panggung sambil membawa sekuntum mawar merah. Dia berharap Seohyun mau memaafkannya dan menerima pemberian tak seberapa ini. Jika bisa Yoona ingin memiliki waktu bersama dengan Seohyun seperti hari-hari sebelumnya. Dia mau bicara dari hati ke hati agar bisa mengobati rasa sakit hati guru violin ini.
"Seo-"
"Seohyunnie, daebak!"
Segelintir wanita datang mencuri perhatian Seohyun. Tentu mereka adalah Irene, Jennie, dan Chung Ah. Sebuket mawar putih pun langsung tersodor ke hadapan Seohyun membuatnya kegirangan sampai mengabaikan Yoona yang sedari tadi dia nantikan.
"Gomawoyo, Eonnie. Gomawo, Nini."
Rasa tidak percaya diri kembali menyelimuti Yoona hingga menyembunyikan kuntum bunga ke balik punggung. Tak sampai di sana pelukan Chung Ah dan kecupan kening bertahan belasan detik seperti menyungut api-api di dadanya. Dia reflek melangkah mundur sambil tertunduk menyadari bahwa perhatian Seohyun sepenuhnya telah diambil tiga wanita itu.
"Aku salah waktu dan tempat," ucap Yoona di dalam hati kemudian tenggelam di antara penonton yang membanjiri panggung. Dia melangkah cepat tak ingin melihat ke belakang.
"Yoona?" Seohyun sadar Yoona sudah tidak ada di sisinya. Tubuh tertarik ingin menyusul tapi tiba-tiba ketua penyelenggara memanggil dia untuk berfoto. "Ne, ne, Oppa!" jawabnya gelisah menatap ke sisa-sisa jejak kepergian Yoona. Sosoknya sudah tidak ada. Sudah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Room (YoonHyun dan JiRene)
Mystery / ThrillerYoona adalah sosok anti sosial dan perlahan Seohyun bisa menemukan alasan dari itu semua kecuali satu hal. Sesuatu di balik pintu yang acapkali Yoona larang ke sana. Sampai suatu hari isi ruangan terbongkar dan menguak fakta lain. *Bukan cerita horo...