Behind The Room

519 61 23
                                    

malam, teman-teman aku yang tercinta. 

*

*

"Omooo, bow ku di mana?" pikir Seohyun tak menemukan penggesek violin.

Sepintas ingatan saat di rumah Yoona pun hadir. Pagi tadi Yoona tak sengaja menjatuhkan gelas lalu meminta tolong. Dia langsung buru-buru menarik tas violin dalam keadaan ritsleting setengah terbuka. Setelah itu mereka sama sekali tak masuk kamar lagi dan langsung berangkat ke kediaman Bae dahulu.

"Teledor sekali aku ini," kesalnya menatap jam tangan. Lima belas menit lagi kelas akan dimulai. Jika kembali maka akan sangat telat. Mau tak mau dia baru bisa ke rumah Yoona saat jam istirahat.

"Mianhae, membuatmu tergesa-gesa sampai menjatuhkan alat musik. Ini kunci cadangan. Kau bawa saja dan kembalikan saat pulang agar tidak membuang waktu."

Seohyun memeluk kekasihnya sejenak kemudian melanjutkan langkah cepat menuju kompleks pemukiman mereka. Kaki panjang juga jalan yang cepat membuat Seohyun cepat sampai di rumah Yoona. Kondisi di hari kerja seakan menghilangkan awak-awak di sana. Tak satupun orang melintas apalagi rumah Yoona yang berada di lokasi agak ujung jalan. Sekitar 2 atau 3 rumah di sekitar pun tidak berpenghuni.

"Ahhh, syukurlah memang jatuh di sini," lega Seohyun melihat bow nya tergeletak di kaki ranjang.

Senang dan lega menemukan bow, dia bangkit keluar dan menutup kembali kamar Yoona. Tiba-tiba pandangan jatuh ke pintu di ujung yang menyimpan banyak kenangan buruk dan membuat Yoona menderita. Seohyun menggeleng hendak beranjak tapi seketika permintaan Krystal tersibak di benak. Menyusup masuk untuk mencari tanda-tanda yang bisa membawanya ke tempat di mana Yuri dan Sica berada. 

"Polisi sudah mengecek dan tidak ada apa-apa di sana," batin Seohyun. 

Meski begitu dia tetap melangkah lambat sambil mengamati daun pintu berbahan kayu yang bagian kenop mengalami patahan. Setelah didobrak oleh polisi, pintu itu hanya ditutup biasa tanpa dibenahi. Yoona sama sekali tidak mau disinggung apapun mengenai ruangan ini. 

"Untunglah tidak ada jendela di luar sini. Jika tersapu angin kencang maka langsung terbuka memperlihatkan suasana di dalam," ucap Seohyun dalam hati melihat keadaan di dalam. Tidak ada yang berubah sejauh ini. 

"Eonnie,kau juga seorang adik. Bagaimana jika hal begini terjadi pada eonniemu? ApaEonnie akan diam saja?"

Selorohan Krystal terus berkecamuk di benak. Seohyun kesal tapi juga kasihan. Di satu sisi setiap orang sangat wajar melakukan kesalahan dan pantas memperoleh kesempatan untuk berbenah. Namun, di sisi lain kesalahan berakibat fatal bahkan disengaja menutup rasa kasihan itu sendiri. 

"Haahhhh!" Seohyun mengembus napas berat. "Ini lancang tapi apa boleh buat. Aku akan berusaha menemukan sesuatu sebisa dan sesempatnya. Jika tak berhasil maka kuanggap tidak ada apa-apa."

Seohyun masuk ke dalam dan berjalan ke lemari tempat alat-alat bantu seks tersusun. Cukup berdebu mengingat tempat ini tak pernah dihuni jadi tidak dibersihkan. Sejauh mata menebar ke segala tempat memang tidak ada apa-apa atau tanda. Semua alat bantu tersusun rapi atau hanya ada 1 atau 2 jatuh berebah. Tidak ada pesan atau goresan di dinding, lantai, atau di mana saja yang memberi petunjuk. Ruangan ini tak lebih dari gudang biasa. 

"Bethany?" pikir Seohyun tersenyum aneh. Dia teringat salah satu adegan di mana tokoh utama wanita mencari keberadaan saudaranya yang ternyata berada di ruangan yang selama ini tidak dia ketahui. 

Kendati merasa aneh akan hal tersebut terjadi di rumah Yoona, dia justru membungkuk melihat bawah lemari atau tembok yang jelas-jelas tidak ada celah atau kolong. Namun, ada kaki lemari bagian samping yang sedikit terkelupas. Luas daerah tak lebih dari satu senti. 

Behind The Room (YoonHyun dan JiRene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang