HAA 38: Kebangkitan Refan

440 54 18
                                    

Bismillahirrahmanirrahim allahummasholi alaa Muhammad
•••

Hari ini Haidar dan Aghata sudah pindah rumah. Untuk sementara mereka tinggal di rumah Bu Felly, sembari menabung untuk membeli rumah.

Aghata sedang sibuk memberesi barang-barangnya. Sedangkan Haidar sibuk mandi, kebetulan mereka baru sampai pukul 4 sore.

Aghata sudah selesai memberesi barang-barangnya. Aghata memilih turun untuk sekadar berbincang dengan Bu Sintya ataupun Aulia.

Terlihat Bu Felly sedang menyirami bunga, Aghata tersenyum dan menghampiri Bu Sintya.

"Bunda," panggil Aghata lembut. Bu Sintya sedikit terkejut melihat menantunya.

"Sini, bun. Biar Aghata saja yang siramin," ucap Aghata yang hendak mengambil selang air dari tangan Bu Sintya. Tapi, Bu Sintya menghalaunya.

"Jangan, sayang. Kamu ke kamar saja deh, manja-manja sana sama Haidar." Aghata sedikit tersipu. Bermanja dengan Haidar? Aghata menatap Haidar 1 menit saja sudah membuat jantungnya berdetak tidak karuan.

"Sini, bun. Enggak apa kok." Aghata masih keukeuh, tapi Bu Sintya pun menolak.

"Sudah, bun. Biarin saja dia." Suara Haidar, lelaki itu sedang bersender di pintu sembari mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk.

Bu Sintya menghela napas, ia beranjak pergi dan memberikan selang air itu pada Aghata. Membiarkan mereka berduaan.

Haidar tersenyum melihat Bundanya pergi. Ia menghampiri Aghata, memeluknya dari belakang sembari menempelkan dagunya di pundak Aghata.

"Kamu belum mandi tapi tetep wangi ya? Kamu pakai parfum cuma buat aku kan?" Aghata mengangguk kaku. Jujur saat seperti inilah yang membuat Aghata gugup.

Haidar memang buta tempat sepertinya. Haidar bermesraan di depan umum. Beberapa tetangga yang lewat, tersenyum-senyum melihat pengantin baru ini.

Tentu Aghata malu, sangat malu. Berulang kali Aghata berbisik agar Haidar melepaskannya. Tapi, lelaki itu malah semakin manja.

"Mas, nanti ah," ucap Aghata semakin kesal pada Haidar. Haidar lagi-lagi menggeleng manja.

"Biarin, biar mereka tahu kalau kamu punya aku." Sudah pasti pipi Aghata merona, terasa panas karena merona. Jantung Aghata pun semakin tidak teratur.

"Ma-mas, malu," bisik Aghata pelan di telinga Haidar. Haidar malah terkekeh pelan, raut Aghata sangat menggemaskan.

"Kan--"

"Ekhem!" Ucapan Haidar terhenti. Suara deheman yang cukup keras mengalihkan perhatian Aghata juga Haidar.

Haidar bukannya melepaskan pelukannya, malahan semakin mengeratkannya. Benar-benar tidak ingin melepaskannya.

"Re-refan?" Aghata sungguh terkejut melihat figur Refan saat ini. Aghata belum tahu jika Refan sudah sadar. Aghata menoleh ke Haidar sejenak.

Haidar masih memeluknya erat, bahkan raut manja Haidar sudah berubah. Haidar menatap Refan datar. Aghata takut dan sangat was-was.

"Assalamualaikum?" ucap Refan lembut, tampangnya biasa-biasa saja. Seperti tidak ingin mencari ribut.

"Wa-waalaikum--"

"Wa'alaikumsalam!" Aghata belum menjawab salam Refan, tapi Haidar sudah menjawabnya dengan nada jutek.

"Apa?!" tanya Haidar datar. Aghata mencoba membisiki kalimat istigfar di telinga Haidar.

Refan tersenyum lebar, ia menghampiri Haidar  dan menepuk pundak Haidar cukup keras. Haidar melepaskan pelukannya, tapi sekarang ia menggenggam erat tangan Aghata.

Pandangan Refan turun, mengarah pada tangan Haidar yang menggegam erat tangan Aghata. Refan terkekeh sejenak, ia kembali menatap Haidar.

"Enggak usah gitu juga lah, tenang bro, dia udah jadi milik lo. Sans aja gitu loh," ucap Refan santai. Haidar membuang muka, bagi Haidar menatap Refan lama membuat matanya rusak.

"Aghata?" Aghata yang merasa dipanggil pun menoleh ke arah Refan. Aghata sudah sangat gugup.

"Gue minta maaf," ucapan Refan itu membuat Aghata terkejut. Refan tersenyum lebar. "Lo berhak bahagia sama orang yang lo cinta. Gue pamit."

Refan berjalan mendekati mobilnya, sebelum masuk. Refan tersenyum lebar lagi.

"Assalamualaikum?" Setelah mengucap salam, Refan meninggalkan pekarangan rumah Haidar.

"Wa'alaikumsalam,"

Haidar masih penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi, tetap saja Haidar tidak ingin bertanya. Sedangkan Aghata bernapas lega, melihat kepergian Refan.

•••

Sejak Refan datang tadi, Haidar menjadi lebih diam. Bahkan sekarang, keduanya sedang berada di kamar. Tapi, Haidar seolah menyibukkan dirinya.

Aghata merasa ada yang mengganjal. Aghata berpikir mencari kesalahannya. Tapi, Aghata juga belum menyadari kesalahannya.

"Mas?" panggil Aghata membuat Haidar yang sibuk dengan ponselnya berdehem.

"Ak-aku ada salah?" tanya Aghata hati-hati. Haidar tampak berpikir sejenak, lalu ia menghela napas.

"Ada," balas Haidar datar. Aghata semakin bingung memikirkan kesalahannya.

"Semua orang enggak suka dibohongi," ucap Haidar tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

Sekarang Aghata sadar, Haidar ingin tahu tentang ia dan Refan. Aghata menarik napasnya dalam-dalam. Menyiapkan kata-kata untuk menjelaskan semuanya pada Haidar.

"Maafin aku, itu semua paksaan Refan. A-aku, aku waktu itu diancem sama dia. Aku bingung mau bilang apa ke kamu, terpaksa aku bilang kalau aku enggak cinta sama kamu."

Haidar menoleh, menatap Aghata yang menunduk. Haidar diam, menunggu kelanjutan Aghata.

"So-soal first kiss, anu em itu. First kiss -ku udah diambil paksa Re-refan." Aghata memejamkan matanya, menahan tangisnya. Aghata takut Haidar akan marah besar.

Haidar sejujurnya sangat marah, tapi ia mencoba menahannya. Haidar menarik Aghata pelan ke dalam pelukannya. Aghata sudah menangis sembari terus minta maaf.

"Sstt ... udah, sayang. Enggak apa kok, enggak apa. Karena," Haidar menggantungkan ucapannya. Haidar menangkup wajah Aghata. Mengusap lembut air mata Aghata.

"Karena sekarang kamu milik aku. Dan enggak akan aku biarin siapaun sentuk milik aku. Sedikitpun."

•••

Jangan lupa pencet bintang sebelah kiri:)
1 part lagi tamat nih. Mau happy ending apa sad ending nih? Hihihi

Humaira Aghata Asilla[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang