HAA 47: Kalah

404 44 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim allahummasholi alaa Muhammad
•••

"You lose!"

Refan mencoba berdiri, badannya terasa sakit semua. Ia sudah kalah dari Pak Ali. Dan ia gagal untuk membantu Haidar. Ternyata Pak Ali sehebat itu dalam berkelahi.

Pak Ali tersenyum picik menatap Refan. Dia memang sudah om-om, tapi energinya masih anak muda.

Pak Ali mengulurkan tangannya, berniat membantu Refan berdiri. Refan pun tak ingin sok bisa, ia menerima uluran tangan Pak Ali.

"Katakan apa yang om mau," ucap Refan sembari memegangi pipinya yang lebam-lebam.

Pak Ali tersenyum sejenak, ia menepuk-nepuk pundak Refan. Dan itu sakit, badannya sudah remuk malah ditepuk-tepuk.

"Dah sana pulang." Refan tertegun mendengernya, ia pikir Pak Ali akan meminta hal macam-macam darinya. Tapi malah mengusir.

"Serius, om?" tanya Refan memastikan. Dan Pak Ali mengangguk yakin. Refan semakin heran, Refan pikir Pak Ali itu orang yang picik. Sekarang ia punya kesempatan mengapa disia-siakan saja?

"Om, saya harap om mau kembali ke Istri, om. Tanpa harus memisahkan Haidar dan Aghata," ucap Refan menasihati. Pak Ali tidak marah, ia tetap stay cool.

"Saya pernah berniat merebut Aghata, om. Tapi sayangnya Allah mentakdirkan mereka untuk bersama." Pak Ali kembali menepuk-nepuk pundak Refan, mencoba memberi semangat. Walau nyatanya itu malah membuat Refan kesakitan.

"Kita enggak bisa melawan takdir. Om juga pernah seperti kamu, hanya karena ego semata. Om sampai menyakiti banyak pihak. Dan nyatanya, om malah tidak bisa mendapat gadis impian om itu," ucap Pak Ali menceritakan sedikit masa lalunya. Refan terdiam, menunggu melanjutan dari Pak Ali.

"Karena kesalahan om itu, om sampai menyia-nyiakan orang yang mencintai om dengan tulus. Hingga sekarang ini."

Refan tersenyum, ia menepuk-nepuk pundak Pak Ali.

"Makanya, om. Sekarang ada kesempatan, balik gih ke Istri, om. Bahagiain dia, om. Dan juga Haidar, kebahagian Haidar itu sama Aghata, om. Maka jangan pisahin mereka lah."

Refan harap Pak Ali mau mengerti. Dan Pak Ali terdiam, ia berpikir-pikir sejenak. Aghata memang tidak tahu apa-apa soal masa lalunya dengan Ara dan Rey. Tidak seharusnya ia menaruh dendam, hingga menghancurkan kebahagian anaknya.

"Om, hujan. Saya pamit pulang duluan. Om juga pulang, jangan hujan-hujan. Assalamualaikum, om?"

"Wa'alaikumsalam." Setelahnya Refan berlari pergi menuju mobilnya. Begitupun Pak Ali yang pergi entah ke mana.

•••

"Hujan-hujan gini enaknya minum yang anget-anget nih," celetuk Haidar memberi kode pada Aghata. Aghata terkekeh, sejenak ia pergi ke dapur.

Tak lama Aghata datang sembari membawa secangkir teh hangat. Haidar tersenyum lebar.

"Sini." Haidar menepuk kasur di sebelahnya. Aghata duduk di samping Haidar sembari memberikan secangkir teh.

Humaira Aghata Asilla[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang