Kim Younghoon

1K 132 4
                                    

Jaeyoung menatap bosan sekitarnya. Menunggu Jeno yang sedang memesan makanan ternyata membosankan. Ditambah lagi hampir seluruh pasang mata menatapnya.

Dia memainkan jarinya diatas meja. Menumpu kepalanya dengan tangan kirinya. Beberapa kali ia menghela nafas bosan. Dia ingin kembali ke sekolah lamanya. Disini sungguh membosankan.

"Apa aku lama?" Jaeyoung menatap orang itu malas.

"Kau sangat lama, Jeno, dan aku sudah tidak lapar"

Jeno menyodorkan semangkuk mie dihadapan Jaeyoung dan segelas Jus Jeruk. Lalu dia memakan miliknya. Saat ia mendongakkan kepalanya memandang Jaeyoung. Lelaki itu meletakkan kembali sumpitnya dan menatap Jaeyoung kesal.

"Yakk! Kenapa kau diam?! Jika mie mu dingin akan jadi tidak enak" Jaeyoung mendengus sebal. Bisa-bisanya bocah dihadapannya ini memaksanya.

Dengan sedikit paksaan, dia memakan mie itu dengan malas. Matanya menatap kesal Jeno. Tetapi ketika kepalanya menoleh kesamping. Sekilas ia melihat murid perempuan yang ditindas oleh beberapa laki-laki.

Dia yang memang dasarnya adalah perempuan pun merasa kesal. Manusia sejenisnya ditindas oleh lawan jenis. Ini tak bisa ia biarkan.

Jaeyoung beranjak dari duduknya dan menghampiri murid perempuan yang ditindas itu. Lalu tangannya membantu murid itu bangun.

Dia menghadap depan, menatap nyalang sang penindas. Dapat ia lihat dibagian nama. Bahwa siswa itu bernama Goo Junhoe.

"Goo Junhoe...." ucapnya memandang remeh nama tersebut.

"Kau sungguh lelaki jantan, huh?"

"Jika kau jantan, lawanlah yang seukuran"

Kantin pun menjadi ramai. Banyak yang melihat adegan tersebut. Jaeyoung tak peduli. Yang ia pedulikan adalah harga diri siswi yang ditindas tadi.

"Kau hanya murid baru yang tak tahu peraturan disini. Siswa bebas melakukan apapun yang ia mau. Jadi, tak usah jadi pahlawan"

Jaeyoung tertawa sinis. Sekolah ini benar-benar diluar nalar. Sampai ada peraturan seperti itu. Apa mereka semua waras?

"Kenapa kau tertawa?!"

Jaeyoung berhenti tertawa. Tatapannya mendatar. Dia menarik kerah baju Junhoe lalu mencondongkan wajahnya mendekat.
"Kau hanyalah seorang pengecut yang bisanya menindas seorang perempuan" ucapnya dengan remeh. Lalu melepaskan tarikan pada kerah baju siswa itu. Lalu dia menghadap siswi tadi.

"Apa ada bagian yang sakit?" tanyanya. Siswi itu menggeleng lalu tersenyum. "Tidak ada, Senior. Terima kasih telah menolongku" setelah membungkuk dia melenggang pergi meninggalkan kantin.

Baru saja ingin melangkah. Lengan mungil Jaeyoung ditarik kencang oleh Junhoe. Wajah lelaki itu memerah. Jaeyoung makin tersenyum mengejek. Lelaki ini sungguh mudah sekali untuk emosi.

"Ada apa?" tanya Jaeyoung dengan nada mengejek.

Tangan kiri Junhoe mengepal. Bersiap untuk menonjok wajahnya. Oh, tentu saja itu tidak bisa. Perlu diingat bahwa Jaeyoung bukanlah wanita yang lemah.

Sebelum tonjokkan itu mengenai wajahnya. Jaeyoung lebih dulu menyikut perut lelaki itu dengan dengkulnya. Lalu membenturkan kepalanya dengan kepala Junhoe. Meski sakit, tapi rasa sakitnya tak seberapa dengan rasa sakit melihat seseorang ditindas. Menindas perempuan. Mengingatkannya pada penindasan yang terjadi pada mendiang Ibunya.

Jaeyoung menatap kosong Junhoe yang terkapar dilantai. Hatinya sakit. Sekilas dia melihat beberapa kilasan masa lalu tentang tindasan yang diterima Ibunya hingga meninggal.

My Homoan Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang