New Teacher

862 112 12
                                    

Tidurnya terganggu. Ia merasakan tepukan ringan dipipinya. Jaeyoung merubah posisinya menjadi duduk.

Matanya masih terpejam rapat. Enggan untuk membukanya. Lalu matanya membulat sempurna ketika merasakan sebuah benda lembut menyentuh keningnya.

Dia menatap orang itu horor. Taeyong mengecup keningnya! Meski sekilas, tapi rasanya masih membekas dan membuat kinerja jantungnya tak beraturan. Tetiba, wajahnya memanas. Sementara Taeyong tersenyum tipis kearahnya.

"Mandilah dan langsung berangkat. Maaf aku tak bisa membuatkan sarapan, kau bisa mampir ke kantin nanti. Kalau begitu aku duluan"

Jaeyoung hanya bisa menatap punggung lebar itu dengan pandangan terkejut. Taeyong ternyata sangat lembut. Beda jauh sekali dengan wajahnya yang terlihat tsundere.

Segera, ia lekas berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak butuh waktu yang lama. Jaeyoung keluar dengan seragamnya yang lengkap dengan atribut. Dia berjalan menuju nakas dan membuka lacinya. Mengambil satu tablet obat perubah suaranya lalu meminumnya.

Dia segera menyambar tas dan ponselnya dan berjalan menuju sekolah. Dia berlari disepanjang koridor asrama.

Jaeyoung itu sangat pintar dalam hal berlari. Karena itu sudah menjadi hobinya sejak kecil bersama Younghoon.

Younghoon?

Mengingat nama itu membuatnya sedikit sesak. Perlahan, larinya mulai melambat seiring dengan jatuhnya air mata diwajahnya.

Dia berhenti ditengah lorong. Menatap kosong lantai putih, pikirannya mengarah pada sosok lelaki yang ia cintai. Air matanya semakin deras turun. Dan itu tak luput dari pengelihatan Chanyeol.

Kakaknya itu memandangnya dari jauh, tak lupa ia menyadap alat pendengar suara agar ia bisa mendengar ucapan Jaeyoung dengan jelas.

"Hoonie-ahh...."

Chanyeol menatap sendu adiknya yang terisak menyebut nama Younghoon. Sebegitu spesialnya bocah tengik itu dihati adiknya. Dia tak akan membiarkan adiknya menangis karena siapapun. Lihat saja nanti.

"Chaeng.... Don't crying" lirihnya pelan lalu berlalu meninggalkan asrama.

Jaeyoung mengusap air matanya kasar. Lalu melanjutkan perjalanannya menuju kelas.

Dia mengeluarkan ponselnya dan memakai sebelah earphonenya. Menyetel lagu yang menenangkan.

Kakinya berhenti melangkah. Menatap pintu kelas dengan pandangan yang sulit diartikan. Dia membuka pintu kelasnya dan berjalan dengan langkah angkuh ditambah wajah datarnya. Mood nya benar-benar down saat ini.

Menduduki kursinya dan menatap lurus kearah luar jendela. Menikmati alunan melodi yang menenangkan. Baru saja ingin memejamkan matanya. Suara bising dari luar kelas mampu menarik perhatiannya.

Jeno, lelaki itu berteriak memanggil namanya tanpa rasa malu sedikit pun. Jaeyoung hanya bisa menghela nafas pelan. Lelaki itu kini berdiri dihadapannya. Menarik salah satu kursi dan mendudukinya. Kepalanya ia tumpu. Pandangannya lurus menatap Jaeyoung yang masih memandang keluar jendela.

"Berhenti menatapku!"

Jeno tersenyum, lalu ia menyodorkan sekotak bekal makanan.

"Makanlah, ku tahu kau belum sarapan dan tak mampir ke kantin"

Jaeyoung menatap lelaki didepannya ini malas. Dia yakin sekali, bahwa bekal yang dia bawa bukan miliknya tapi milik orang lain.

"Ku tebak, ini bukan milikmu" tangannya menarik kotak bekal itu dan mulai memakannya.

My Homoan Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang