"Mie ayam bakso sama es teh manis punya Nozka nggak usah dibayar udah gue bayarin tadi pas gue pesenin," kata Caca setelah memesankan makanan untuk Daniel, Maura, Nozka, serta dirinya sendiri.
Dengan wajah semringah, Nozka mengucapkan terima kasih. "Wah asik, beneran? Makasih, Ca!"
"Sama-sama. Makasih juga yang kemarin."
Lalu Caca mengambil posisi duduk di sebelah Maura, berhadapan dengan Daniel yang duduk di sisi kanan Nozka. Maura dan Daniel yang bingung dengan pernyataan Caca tadi, mengamati Nozka yang sedang asyik bermain games di ponsel.
Merasa diperhatikan intens lantas membuat Nozka mengalihkan pandangan dari games The Sims Freeplay setelah menekan opsi WooHoo pada Sims-nya. Kedua alisnya terangkat. "Mau pinjem? Nih, ganti-gantian." Ia menyodorkan ponselnya pada Daniel dan Maura bergantian karena pikirnya kedua temannya juga ingin bermain.
Kedua orang itu malah mengabaikan Nozka dan menatap satu sama lain menyipitkan mata. Kemudian menoleh pada Caca secara serempak dan mulai menyuarakan kuriositasnya.
"Wah, kok cuma dia doang Ca, kita nggak?" tanya Daniel tidak terima.
Maura menimpali. "Ada apaan lo, Ca, sama ni bocah?" tanya Maura sambil mencondongkan badannya ke Caca.
Nozka memainkan ponselnya sambil bergantian mencuri tatap ketiga orang yang sepertinya akan berseteru di kantin begini. Kepalanya hanya bergeleng-geleng melihat kelakuan teman-temannya yang sepertinya memiliki masalah terhadap satu sama lain tanpa menyadari bahwa dia lah pokok permasalahan tersebut.
Caca membalas tatapan Maura dan Daniel yang menatapnya selama beberapa saat, kemudian membuka suara. "Astaga, kalian kenapa sih? Gue nggak ada apa-apaan sama Nozka."
Sejenak, Nozka memberhentikan permainan dan menunjuk dirinya sendiri dengan tampang bingung saat namanya disinggung. Sedang Maura dan Daniel masih menatap Caca curiga.
"Kemarin dia gantiin gue piket karena gue nggak enak badan dan harus langsung pulang. Dia nawarin bantuan, ya udah gue terima. Itu traktiran sebagai ucapan terima kasih walaupun Nozka nggak minta. Kenapa, sih, tiap orang berbuat baik dikit pasti langsung dikaitin ada apa-apa? Emangnya harus 'ada apa-apa' dulu kalo kita pure mau berbuat baik?" jelas Caca panjang lebar.
Kedua orang yang mencurigainya kembali memasang wajah normal dan ke posisi semula seraya berujar. "Sori, deh."
"Abis jarang-jarang nih bocah investasi amal baik," tambah Maura.
Kini, Nozka mengerti akar permasalahannya. Ia memasang tampang tersakiti sebelum berkata. "Yah, di mata Maura dan Kudanil attitude-ku selalu minus sih, yah."
Maura mendengus. "Emang!"
Tidak lama pesanan mereka diantar. Setelah mengucapkan terima kasih, keempatnya mulai menyantap makanan masing-masing. Tidak ada yang membuka suara hingga ketika Vin sang penyiar radio sekolah mereka membacakan pesan terakhir yang terpilih untuk segmen Dari Saya, Untuk Kamu.
"Pesan lo tadi dibaca sama Vin kayak kemarin nggak, Ka?" tanya Maura mengingat hanya beberapa pesan terpilih yang akan dibacakan, sisanya hanya diunggah di Instagram mereka dengan menandai akun orang yang dituju.
Nozka tersenyum jemawa. "Dibaca dong!"
"Cie elah, lo ngirim buat siapa, Ka? Cewek atau cowok, nih? Sok sweet amat," goda Caca.
Sebelum Nozka sempat membalas, Maura kembali mengajukan pertanyaan. "Yang mana sih dari lo? Bocorin dong nama pengirim lo siapa."
Seraya menyeruput es tehnya, Nozka terkekeh. "Kepo kalian!"
"Sial banget tuh hidup orang yang dapet pesan dari lo. Kasian gue," ledek Daniel.
"Kampret lo Kudanil!"
.
"Nan, setelah gue pikir-pikir nih, ya," ucap Ega, sambil mengunyah kerupuk udang dan menatap Kinan yang serius menyalin pekerjaan rumah milik Ega. "Gimana caranya Ian, atau siapapun lah, yang kerja di balik siaran, menyaring pesan-pesan cringe? Nah, gini, menurut gue, kalo ada cowok yang bilang lo cantik, itu bukan cringe, justru a compliment, cuma kata-katanya cringe. Nah, tuh, gimana?"
"Heh, Ga, belibet amat deh pemikiran lo? Lagian nih ya, lo pikir, gue peduli gitu, sama cara mereka menyaring pesan? Yang gue pikirin sekarang adalah gimana caranya biar anak itu nggak ngir—"
Lagi dan lagi, pembicaraan Kinan diinterupsi oleh suara menggema dari speaker, disusul suara riang ala Vin sebagai pembukaan segmen Dari Saya Untuk Kamu yang benar-benar Kinan ingin hapuskan.
"Tuh, lo tunggu aja, Nan," ujar Ega sambil terkikik. Diam-diam, dia sejujurnya mensyukuri kehadiran seseorang yang mengirimi Kinan pesan singkat ini, berharap siapapun dia, perempuan atau laki-laki, bisa memberikan warna baru bagi Kinan.
"Dari saya, 2i,
Jangan lupa senyum, Kinan! Because happiness looks gorgeous on you.
Untuk kamu, Raharjeng I. Kinandari."
"Siapa tadi namanya, Ga?"
Ega mendelik. "Lah, mana gue dengerin, Kinan. You’re the one who should pay attention, right?”
"Aduh, gue masih ribet ngerjain ini, keburu lupa nama pengirimnya."
Ega menggeleng-geleng. Hari kedua, tetap gagal. Ega 'kan, tidak punya kepentingan, mana dia mendengarkan siapa nama pengirimnya? Meskipun dengar, toh, Ega akan membiarkannya tetap menjadi sebuah misteri bagi Kinan, karena kalau Kinan mencari siapa pengirimnya, bisa-bisa bocah itu diancam dan tidak ada lagi yang perlahan-lahan menyusup ke kehidupan Kinan.
"Dih, siapa sih!!" ujar Kinan jengkel, tetapi otak dan hatinya masih konsentrasi pada buku tulisnya.
"Nan, katanya si pengirim, senyum. Senyum woi!"
Kinan mendengus, membuang wajahnya ke arah kanan, membuat matanya bersirobok dengan mata cokelat terang yang menatapnya. Dengan senyuman kecil yang dilempar, membuat Kinan menarik sedikit bibirnya. Bukan karena senyuman si pemilik mata cokelat, melainkan karena mata cokelatnya menghipnotis Kinan.
.
; ♡⋆.ೃ࿔*
a.n:
double update cs why the hell not?
this part is dedicated to sibocahkecil yang jarang komen tapi diam-diam selalu ada dan gerceppp!!♡
kalian ngeh ga mana yang tulisan w mana yang tulisan overzaturated?? hahshshah :'
KAMU SEDANG MEMBACA
dari saya, untuk kamu.
Conto"dari saya, semoga kamu nggak terganggu dengan pesan-pesan saya ini, ya. untuk kamu." © 2020 by mouly dree & radarneptunus