"Itu yang namanya Nozka? Kok gue nggak pernah liat ya? Harusnya dengan personality yang friendly dan tampang kayak gitu seenggaknya cukup buat terkenal satu sekolahan atau minimal satu angkatan lah."
Kata Ega saat itu ketika akhirnya bertemu dan berkenalan dengan Nozka dua hari lalu di kantin.
Mendengarnya lantas membuat Kinan mendengus geli. "Tampang kayak gitu gimana emang?"
"Tampang yang …." Ega menjeda ucapannya mencari kalimat yang pas. "Gitu lah masa lo nggak ngerti maksud gue, sih. Bener kayaknya emang artis tuh orang."
Sontak tawa Kinan meledak begitu saja. "Bukan tau! Ngawur banget lo, Ga. Kayaknya dia lumayan dikenal di angkatan kita."
Kinan ingat tempo hari saat hendak mengembalikan kotak makan Nozka yang selalu lupa ia bawa. Laki-laki itu sedang bercanda dan mengobrol di koridor dengan beberapa siswa dan siswi yang sebagian dari mereka Kinan kenali karena berada di kelas yang sama dengannya. Sehingga, Kinan mengurungkan niatnya.
Lalu hal yang sama terjadi ketika Kinan selesai latihan karate, ia kembali berencana memberikan kotak makan itu kala melihat Nozka di kantin tengah berkumpul dengan beberapa teman laki-lakinya mengenakan pakaian olahraga. Beberapa murid yang lewat sempat menyapa Nozka dan menanyakan keadaan cowok itu yang nampak lebih baik melihat memar di wajahnya mulai memudar. Juga, Kinan sempat mencuri dengar saat tengah membeli minuman isotonik, ada satu siswi yang menghampiri gerombolan mereka dan mengundang mereka semua ke acara pesta ulang tahunnya dua minggu lagi.
Ketika Kinan hendak keluar dari area kantin, dirinya sempat bersitatap dengan Nozka. Laki-laki itu menangkap keberadaannya dan lebih dulu melempar senyum super ramah padanya. Kinan membalas dengan serupa. Namun ia memilih jalan lain untuk keluar dari Kantin sebab enggan berpapasan dengan Nozka. Lebih tepatnya dengan kawan-kawan cowok itu.
Sehingga, baru hari ini dia bisa mengembalikan kotak makan Mickey Mouse milik Nozka, itupun Kinan sempat tidak bisa menemui cowok itu lagi saat ke kelasnya. Temannya yang bernama Maura bilang bahwa Nozka sudah pulang. Beruntung, Kinan bertemu cowok itu di halte menunggu Bus Sekolah yang khusus mengangkut pelajar Jakarta sesuai rutenya itu.
"Santai aja, Nan. Kalo lo seneng sama kotaknya buat lo aja nggak apa-apa," kata Nozka bercanda setelah Kinan meminta maaf baru bisa mengembalikannya.
Kinan hanya terkekeh. "Mau pulang? Bareng gue aja," tawar Kinan, yang mana membuat dirinya tertegun sejenak. Apa ia yakin, hendak kembali ke tempat itu lagi? Tetapi, kalimat ajakan itu sudah terlontar dari mulutnya.
"Rumah lo searah emangnya?"
Kinan mengangguk. "Searah. Dulu… dulu gue juga sempet tinggal di situ."Nozka yang mendengar Kinan bercerita hanya tersenyum, tidak menampilkan raut terkejut sama sekali. "Ya udah deh boleh, gue yang nyetir tapi."
Kinan menatap Nozka ragu. Seakan mengerti, Nozka kembali berucap. "Gue punya SIM tenang aja."
Lantas, Kinan membiarkan laki-laki itu mengambil alih kemudi dan memberikan helm yang Ega pakai tadi pagi. "Pegangan, Kinan! Gue mau unjuk kebolehan skill nyetir gue yang mirip Rossi."
"Jangan macem-macem Nozka!"
Nozka tertawa membuat pundaknya bergetar. "Bercanda."
Kinan tidak menyangka kalau tawa Nozka bisa begitu terdengar menyenangkan di telinganya.
.
"Makasih, Kinan," ujar Nozka yang kini berdiri di depan pagar rumahnya. Sedangkan Kinan telah kembali mengambil alih kemudi. "Mampir dulu nggak? Minum dulu, mau minum apa ayok."
Di atas motornya, Kinan nampak berpikir. "Ada menu apa aja emang?"
"Lo pikir rumah gue kafe apa?"
Tertawalah Kinan mendengarnya. "Lagi lo nanya gitu."
Nozka ikut tersenyum memperhatikan Kinan membuat Kinan sedikit risih.
"Lo kenapa ngeliatin gue gitu banget?""Nggak kenapa-kenapa. Kalo dipikir-pikir, lo sering banget nolongin dan baik ke gue."
Belum sempat Kinan membalas, sebuah mobil hitam dari arah berlawanan berhenti di depan mereka dan mengklakson begitu kencang. Membuat Kinan terkejut dan Nozka berdecak kesal.
Namun yang lebih mengejutkan adalah ketika seorang laki-laki berusia sekitar dua puluh tahun keluar dari sana dan mengeluarkan kalimat berapi-api. "Minggir lo pada! Jangan halangin jalan."
Bukan nada suaranya yang membuat Kinan terkejut dan terdiam kaku di tempatnya. Melainkan ketika iris hitam milik laki-laki itu beradu pandang dengannya. Rautnya seakan juga menampakan sebuah rasa familiar terhadap Kinan. Kinan masih ingat jelas wajah itu. Wajah yang selalu muncul di kepalanya beberapa tahun lalu. Wajah yang membuat Kinan menekuni olahraga bela diri dan berusaha menjadi yang terbaik. Wajah itu, wajah yang selalu ingin Kinan hajar tapi kini ia malah duduk membatu di atas jok motornya.
"Sori, Abang gue emang judes mampus." Ucapan Nozka yang menyebut bahwa laki-laki itu adalah kakaknya seakan meninggalkan dengungan nyaring di telinganya.
Napas Kinan tersengal-sengal, sekelebat ingatan itu muncul di kepalanya. Cengkramannya pada stang menguat, ia menelan ludahnya susah payah. Karena itu, ia segera menyalakan mesin motornya tergesa lalu menancap gas begitu saja, meninggalkan Nozka kebingungan dan kakaknya yang sepertinya masih menggali ingatan akan Kinan.
Kinan sendiri pun dilingkupi kebingungan dan tanda tanya besar di kepala. Kenapa laki-laki sialan itu harus memiliki hubungan dengan Nozka, laki-laki yang baru saja membuat Kinan pelan-pelan menerima orang baru untuk menjadi temannya.
Air mata Kinan menggenang, lagi-lagi semesta mencuranginya.
.
; ♡⋆.ೃ࿔*
a.n:
ok...... keuwuan berakhir.....
KAMU SEDANG MEMBACA
dari saya, untuk kamu.
Conto"dari saya, semoga kamu nggak terganggu dengan pesan-pesan saya ini, ya. untuk kamu." © 2020 by mouly dree & radarneptunus